36. TELAH KEMBALI

36.3K 3.4K 605
                                    

"Hari ini latihan hari kelima. Kalian harus bisa lebih baik daripada hari sebelumnya."

"Siap Pak! Biasanya juga kita selalu keren," timpal Somad mengibaskan rambut berharap ada yang terpesona.

Gavriel terkekeh kecil lantas mengambil air minum serta meneguknya sebelum kembali latihan. Hari-hari biasanya Zera selalu menemani dirinya latihan. Meski terkadang cewek itu sampai tertidur sendirian.

Setidaknya setelah insiden waktu itu. Kini Zera telah bersikap layaknya hari-hari biasa. Tidak selalu murung dan banyak diam. Tadi cewek itu menunggu sambil memakan banyak cilok, sampai berkali-kali Gavriel tegur. Ya dan benar saja sekarang izin ke WC karena mules.

Keringat menetes dari dahi Zera. Cewek itu celingukan memastikan bahwa di kamar mandi sepi. Karena sesuatu yang sudah tidak dapat ditahan memaksa keluar.

"Iya tai, sabar ngapa tai astaghfirullah. Lo jangan gegabah keluarnya. Antri! Dikira gak sakit perut gue." Zera mengunci pintu rapat-rapat.

Tak disangka seseorang tersenyum sambil menunggu di luar kamar mandi. Aluna bercermin menatap wajah cantiknya dibalik pantulan cermin. Cewek itu melihat jam dipergelangan tangan, menghitung waktu yang sudah ditentukan. "Sebentar lagi lo bahagia Zeraaa.... Bahagia di akhirat."

"Abang emang paling best deh." Aluna memainkan rambutnya. Mendadak bau tidak enak memasuki indra penciumannya. Sial! Jadi bener Zera buang air besar. Mana lama sekali.

"Idih! Zera kalo berak bau banget. Makan apaan sih?! Jengkol?" Aluna menutupi hidungnya sambil menahan bau tidak sedap selama menunggu Zera selesai buang air besar.

Ceklek!

"Ah lega." Zera mengelus perutnya. Mungkin efek terlalu banyak makan cilok hingga mules seperti ini. "Hoh? Ngapain lo disini?"

"Hallo Kak Zera, ekh Zera aja deh gak usah pake Kak. Terlalu sopan kesannya." Aluna melangkah ke arah Zera lantas memperhatikkan Zera dari atas hingga bawah.

"Anak curut, gak sopan banget lo." Zera mendorong tubuh Aluna menjauhi dirinya. Risih ditatap seperti itu. Seakan-akan menatap dirinya murahan.

"Zera, Zera... lo itu jangan kasar sama gue. Harusnya lo baik-baikin gue buat akhir-akhir ini kalo mau selamat. Karena sebentar lagi lo dalam bahaya."

"Tau apa lo. Emang lo Tuhan?" sinis Zera.

"Setidaknya gue udah ngerencanain dan kali ini bakalan berhasil."

"Dih rencana apaan? Lo mau nikah terus ngundang gue gitu? Mon maap nih gue sibuk," lantur Zera.

Aluna menghentakkan kakinya. "Kak Zera itu ya! Gak pernah bisa serius!"

"Ngapain gue seriusin lo? Sesama cewek juga." Zera melangkah ke arah cermin. Cewek itu merapikan seragam yang sedikit acak-acakan tanpa memedulikan Aluna yang mencak-mencak dibelakangnya.

Dug!

"Awh! Sakit bego!" Zera mengelus dahinya saat Aluna mendorong tubuhnya dengan kasar hingga membentur tembok.

Plak!

"Murahan." Aluna berdesis. Cewek itu mencekeram dagu Zera dengan kasar lalu menghempaskannya.

"Gue bakalan rebut Gavriel dari lo Zera.... Dan Gavriel bakalan jadi milik gue."

Zera terkekeh pelan tanpa memedulikan sudut bibirnya yang berdarah. "Rebut? Jadi bisa diliat kan sekarang, siapa yang murahan?"

"Gue rebut apa yang seharusnya milik gue. Bodoh." Aluna menatap Zera tajam. "Lo yang rebut Gavriel dari gue dulu. Lo yang MURAHAN."

Zera berfikir sejenak. "Oh atau jangan-jangan lo yang sering nyelakai gue hanya karena Gavriel?"

GAVRIELZE [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang