Hari ini Zera memakai jaket yang kini membalut tubuh cewek itu. Zera menguncir rambutnya dan bersiap akan pergi ke sekolah karena 15 menit lagi gerbang sekolah akan di tutup.
Zera mengambil nasi goreng dan disiapkan dalam kotak bekal makan untuk Gavriel. Bodoamat kalau cowok itu akan bosan, karena beberapa hari ini Zera hanya memasak nasi goreng saja.
Suara langkah kaki terdengar membuat fokus Zera terpecah. Zera menatap kearah Abangnya yang sudah lebih baik daripada kemarin. Penampilannya juga lebih rapi.
"Bang, Zera udah masakin nasi goreng buat Abang. Jangan lupa di makan."
Rama mengacak rambutnya, ia menatap datar kearah Zera. "Oh."
Zera mendengus mendengar jawaban Rama, udah baik dirinya masakin. Kalau Zera kejam, udah pasti Zera biarkan Abangnya ini kelaparan.
"Ambilin," suruh Rama fokus dengan ponsel ditangannya. Cowok itu duduk di kursi makan sambil mengangkat kaki satunya.
Meski kesal, tapi Zera tetap menuruti ucapan Abangnya. Makin lama, Rama makin menyebalkan menurutnya. Zera melangkah kearah Bang Rama sambil membawa 1 piring ditangannya.
"Nih."
Alis Rama terangkat sambil menatap wajah Zera. "Lo udah makan?"
Perkataan singkat namun berhasil membuat hati Zera menghangat. Selama ini Bang Rama tidak pernah menanyai apa-apa tentang dirinya. Rama selalu cuek, tanpa peduli akan Zera.
"Belum." Zera menggeleng.
"Kenapa gak makan? Terus bekal makan buat siapa?"
Zera menunduk melihat kotak makan untuk Gavriel nanti. "Buat Zera."
Zera menjawab dengan bohong, padahal aslinya ini buat Gavriel. Sejujurnya Zera lapar, tapi entah kenapa jika dirumah dirinya tidak nafsu makan. Zera akan memilih makan di kantin saat jam istirahat nanti.
"Oh." Rama menganggukan kepala sambil kembali menyuapkan nasi ke dalam mulut. Cowok itu kembali fokus ke ponsel melupakan Zera.
Zera mengambil tas sekolahnya, dan bergegas akan pergi ke sekolah. "Bang, Zera berangkat dulu."
Rama mengangguk tanpa melihat Zera. "Ya."
Zera menghembuskan nafasnya kesal. Setelahnya Zera melangkah meninggalkan Rama. Hingga suara Rama kembali terdengar menghentikan langkah Zera.
"Tadi malam minum obatnya gak?"
Zera terdiam, ingin sekali bertanya kepada Rama. Namun lagi-lagi dirinya mengurungkan niat. "Minum."
Rama mengangguk sambil tersenyum sinis. Ia kembali memakan nasi goreng tanpa mempedulikan Zera yang masih diam di tempat.
"Bang."
"Apa?" alis Rama terangkat melihat Zera yang kembali berbalik.
"Kalau boleh tau itu obat apa? Zera jadi sering—"
Rama menyela ucapan Zera. "Gak usah banyak nanya, tinggal minum aja apa susahnya. Lo udah gede!"
"Oke." Zera melangkah keluar rumah meninggalkan Rama yang mengukir senyum miringnya.
Rama menatap kepergian Zera, cowok itu mengedikkan bahunya. "Bawel."
***
"KEIRAAAA! DEMI APAA! GAVRIEL GANTENG BANGETTTTT!!!"
Pekikan Zera terdengar saat melihat Gavriel yang sedang berolahraga. Zera bersyukur karena hari ini kelasnya jam kosong, jadi Zera bisa melihat Gavriel yang sedang bermain basket. Begitu menggoda, apalagi keringat yang menetes dari dahi cowok itu. Membuat ketampanan Gavriel berkali-kali lipat lebih tampan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAVRIELZE [Completed]
Dla nastolatków[JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM BACA] Gavriel Elard Raymond Kehidupan Gavriel berubah setelah bertemu dengan Elzera, cewek gila yang pernah dia kenal. Elzera selalu berusaha mendekati dirinya dengan segala cara. Padahal sudah beberapa kali Gavriel lonta...