41. 00.00

70.2K 4.8K 1.9K
                                    

"Yah, gak berguna banget kalian dateng kesini. Zeranya gak bisa diselametin. Ups!"

"ZERAAA!" Gavriel dan Arsen kembali ke Zera. Mereka berdua sampai lupa dan meninggalkan Zera sendiri karena tersulut emosi perbuatan Sean. Sedangkan Elxon ikut menghampiri tubuh Zera yang kini kejang sambil memegang bagian bawahnya yang nyut-nyutan.

Arlan berdiri, memegang kepalanya yang bocor karena dihantam oleh Sean menggunakan tongkat basseball. "Bawa Zera ke Rumah sakit sekarang."

"Tapi Ban—"

"GUE BILANG BAWA ZERA KE RUMAH SAKIT SEKARANG!" bentak Arlan, kemudian langsung diangguki ketiganya. Gavriel membopong tubuh Zera keluar dari ruangan ini.

Kini tersisa Aluna, Arlan, dan Sean yang sudah tidak sadarkan diri. Tubuh Aluna bergetar saat Arlan mendekat kearahnya dengan tatapan begitu tajam, mengerikan.

"Bitch, lo bodoh." Arlan terus mendekat.

Aluna mundur hingga mentok ke tembok. "Arlan lo mau ngapain?!"

"Tadi lo yang bermain, sekarang giliran gue."

"Em— Arrrr!—" Nafas Aluna tercekat saat Arlan mencekik lehernya. Bahkan mengangkat tubuh cewek itu hingga kakinya tak lagi nampak di lantai. Wajah Aluna memerah saat tidak mendapat pasokan udara sama sekali.

"Masalah utamanya itu lo. Kotoran."

Brak!

Arlan tidak segan-segan melempar tubuh Aluna hingga terjatuh menghantam tembok. Buku-buku cowok itu memutih tanda ia benar-benar emosi.

Aluna meringis saat tubuhnya terasa begitu sakit. Tulang-tulangnya seakan-akan remuk saat dihantamkan ke tembok.

"Lo mau ngerasain jadi Zera gak? Lo mau diposisi Zera 'kan?"

Arlan memaksa Aluna berdiri, bersandar di tembok. "Berdiri yang tegak."

Jleb!

Satu kali lemparan. Pisau itu berhasil menancap di tangan kanan Aluna. Tangan keji yang sudah berani-beraninya menyakiti Zera.

Jleb!

Satu lagi berhasil menancap di lengan kiri cewek itu. Segala teriakan Aluna tidak Arlan hiraukan. Cowok itu masih senang bermain-main dengan mainannya kali ini. Aluna merasa dikuliti hidup-hidup.

"Arlan stop! ARGHH! SAKITT!"

Arlan melangkah pelan ke arah Aluna. Menatap wajah kesakitan yang mampu membuat bibirnya tertarik ke atas mengukir senyuman. Cowok itu menarik kedua pisau hingga darah semakin keluar begitu banyak. Persis seperti yang Aluna lakukan pada Zera.

"Kenapa lo gak curiga?" Arlan berbisik tepat di telinga Aluna. "Selamat tinggal."

Tubuh Aluna kejang dan membiru saat Arlan menyuntikkan sebuah racun dengan begitu dalam dileher Aluna.

"Yah, gitu aja mati."

Ya sejujurnya Arlan tau bahwa Aluna mengidap penyakit paranoid, atau bisa disebut sakit jiwa.

Selanjutnya Sean. Penyesalan adalah hal yang paling menyakitkan. Oleh karena itu Arlan akan tetap membiarkan cowok itu hidup di dalam jeruji besi. Hingga frustasi.

***

Gavriel langsung berlari dari parkiran hingga koridor Rumah sakit sambil membopong tubuh Zera yang melemah. Cewek itu memang masih bernapas, namun denyut nadinya melemah.

Arsen dan Elxon berteriak memanggil seorang perawat. Dan dua orang perawat mendekat sambil mendorong sebuah brankar. "Lo berdua sih goblok! Kalo waktu itu gue langsung selametin Zera. Dia gak akan begini." Gavriel mengepalkan tangannya.

GAVRIELZE [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang