19. TIGA DARAH

59.3K 5.7K 2.5K
                                    

***

"Anjir! Ngapa banyak darah disini." Gavriel tidak salah lihat apa yang berada di lantai gudang. Disini banyak darah yang berceceran.

Dahi Arsen berkerut. Darah ini menuju ke suatu tempat. Tetesan darahnya memberi arah. Pasti ada apa-apa di balik darah ini.

"Kita ikutin tetesan darahnya."

Gavriel mengangguk setuju. Sejak kapan dirinya menjadi dekat dengan Arsen. Bahkan nurut dengan ucapan cowok itu. Mungkin demi Zera?

Arsen menghentikan langkahnya. Jantungnya berpacu dengan cepat saat melihat tetesan darah itu menuju ke rooftop, dengan segera Arsen berlari bahkan meninggalkan Gavriel sendiri.

Tidak mau membuang waktu lagi Gavriel ikut berlari memijak banyaknya anak tangga yang menuju ke rooftop. Bahkan keringat di tubuh keduanya sudah tidak lagi mereka hiraukan.

Satu yang ingin mereka tau.

Darah siapa ini.

Dan Arsen berharap bukan darah Zera.

"Lo mikir kalo ini darah seseorang kan?" Arsen bertanya pada Gavriel. Mendadak cowok itu terdiam membeku.

"Udah gak usah banyak mikir! Mending langsung gas," sindir Gavriel kembali berlari.

Arsen terdiam di tempat dengan perasaan bimbangnya.

***

"Elxon?"

"Zera!"

Orang itu. Dia sudah tidak ada disini, sebelum Elxon datang.

Elxon berusaha meraih tangan Zera. "Zera pegang tangan gue."

"Zera udah gak kuat Elxon." suara Zera melemah. Tenaganya sudah terkuras habis. Apalagi banyaknya luka yang berada di tubuhnya.

"Enggak Zee, lo kuat. Pegang tangan gue, dengerin El. Zera gak akan kenapa-napa oke."

Mendengar kalimat menenangkan dari Elxon membuat Zera mengangguk pelan. Cewek itu berusaha meraih tangan Elxon. Tangan keduanya tertaut. Seberusaha mungkin Elxon menarik tubuh Zera. Darah di tangan Zera bahkan mengenai telapak tangan Elxon.

"Zera udah gak kuat El."

"Enggak. Jangan bilang kayak gitu Zee."

"Nanti kalo Zera pergi jagain Abang ya."

"Sekali lagi lo bilang gitu, gue akan ikut jatuhin diri. Kita mati sama-sama." banyak orang yang rela berkorban untuk Zera. Terkadang Zera bersyukur mempunyai mereka. Namun hidupnya tidak berjalan dengan mulus. Selalu banyak masalah yang datang secara beruntun untuk Zera.

BRAK!

"BANTUIN GUE!" Elxon berteriak kearah Gavriel dan Arsen yang baru saja tiba di rooftop.

"ZERAAA!" keduanya memekik kaget. Dengan segera Gavriel dan Arsen berlari dan ikut berusaha menarik tubuh Zera naik ke atas.

"Stttt," ringisan Zera terdengar. Rasa sakit itu kian menyebar ke seluruh tubuhnya. Pandangannya kembali mengabur ketika kepalanya kembali merasakan sakit.

"Yang bener tolol! Lemah banget lo pada!" umpat Elxon masih berusaha menarik tangan Zera.

Gavriel dan Arsen terus berusaha menarik Zera ke atas. Ringisan dari mulut Zera membuat ulu hati ketiganya terasa menyakitkan. Dahi berdarah, hingga hidung, sudut bibir. Semuanya berdarah. Bahkan Zera terlihat begitu kacau.

"Sakit...."

"Zee lo tenang aja. Kita pasti selamatin lo." nada Gavriel terdengar tulus, berhasil membuat hati Zera sedikit menghangat. Biasanya cowok itu tidak akan peduli jika dirinya terluka. Oh iya lupa. Kan biasanya Gavriel yang selalu menyakiti dirinya.

GAVRIELZE [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang