20. BERBEDA

60.6K 5.6K 1.3K
                                    

"Elxon mana?" Zera berujar datar. Tak mau menatap kearah Gavriel yang berusaha menyuapi dirinya.

"Elxon lagi nganterin Azkia."

Mendengar ucapan Gavriel membuat Zera diam tidak berkutik. Harusnya dirinya sadar bahwa Elxon juga punya pacar. Gak seharusnya selalu jagain dirinya di Rumah sakit.

Zera menghembuskan nafasnya. Jika ia takut. Yang ingin menyakiti dirinya malah semakin gencar. Merasa bahwa mangsanya lemah pasti para musuh dengan mudah akan menyelakai Zera.

"Lo pulang aja. Gue gakpapa sendiri." Zera merebahkan tubuhnya dan menutup seluruh tubuh dengan selimut. Cewek itu tidur memunggungi Gavriel.

"Ini udah 3 hari lo di Rumah sakit Zee."

"Kalo lo ngejagain gue hanya karena rasa bersalah. Mending gak usah. Bukannya lo gak pernah salah? Bukannya cuman gue yang selalu salah dimata lo?"

"Enggak Zee, bukan gitu."

"Biarin gue sendiri Gav. Gue gak butuh lo."

"Tapi gue butuh lo." Gavriel membalikan tubuh Zera agar mau menatap kearahnya.

Zera merubah posisinya menjadi duduk. Ia menatap kearah Gavriel dengan kecewa. "Kenapa Gavriel? Disaat gue udah nyerah lo selalu berusaha deketin gue? Bukannya ini yang lo mau? Lo maunya gue pergi jauh dan gak ganggu lo lagi kan? Kenapa disaat gue udah berusaha lupain lo! Tapi lo malah berusaha menghancurkan pertahanan gue."

"Zera gue sadar gue salah, gue bego udah jahatin lo. Tapi gue mohon kasih gue kesempatan buat memperbaiki semua ini."

"Gaada yang perlu diperbaiki. Karena semuanya udah hancur berkeping-keping. Termasuk hati gue. Pergi. Gue gak mau lihat lo lagi."

"Kalo gue pergi, nanti yang jagain lo siapa Zee?"

"Jagain?" Zera terkekeh sinis. "Bukannya dari dulu lo cuman bisanya nyakitin gue? Sejak kapan lo jagain gue? Bahkan gue selalu sakit hanya karena lo! Lo dan loo!"

Gavriel terdiam membeku di tempatnya. "Kalo begitu izinin gue buat jaga lo ya?"

"Cih! Mau jadi Pahlawan kesiangan?"

"Kalo gue kemaleman." Gavriel berujar santai dan mendudukan dirinya di atas brankar bersama Zera. Cowok itu mengambilkan bubur yang belum di sentuh Zera sama sekali.

"Gue gak mau!"

"Bawel!" Gavriel mencubit hidung Zera. "Lo fikir dengan lo marah-marah kayak gitu. Lo kelihatan galak?" Gavriel tersenyum miring. Cowok itu mendekatkan wajahnya ke Zera. "Jadi makin gemesin."

"Lo fikir dengan lo bicara gitu gue bakalan luluh?" Zera tersenyum sinis. "Gak akan."

"Siapa juga yang mau buat lo luluh? Palingan bentar lagi lo rindu gue. Zera, gue kenal lo. Zera yang Gavriel kenal gak bisa jauh-jauh dari Gavriel."

"Itu dulu. Sekarang gak lagi," balas Zera malas.

"Masa?" Gavriel terkekeh menggoda.

"Apasih!"

"Galak juga ya ternyata." Zera menatap sinis kearah Gavriel.

Grep!

Tubuh Zera menegang saat Gavriel memeluknya erat. "Sebagai pengganti luka yang pernah gue beri buat lo. Izinin gue buat jagain lo kali ini. Bukan karena rasa kasihan, tapi gue tulus mau jagain lo Zee. Lo boleh benci gue kalo gue nyakitin lo lagi."

Tanpa keduanya sadari seseorang melihat semuanya. Arsen tidak jadi masuk ke dalam ruangan saat melihat Zera berada dalam pelukan Gavriel. Cowok itu menghembuskan nafasnya dan kembali berjalan menjauh meninggalkan ruangan.

GAVRIELZE [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang