18. SECOND OF DEATH

60.4K 5.8K 2.2K
                                    

"Terluka itu udah biasa, hingga luka dan lara seakan mati rasa."
—Elzera Grizelle Auristela.

***

Suatu momen langka hari ini.
Mungkin bisa menjadi hari bersejarah bagi seorang Zera. Cewek yang biasa berangkat terlambat dan harus berurusan dengan Pak Dudung atau paling tidak Bu Susi. Namun sekarang Zera berangkat lebih awal. Bahkan gerbang sekolah baru saja dibuka. Sekolah masih begitu sepi.

Semangat menuntut ilmu? Enggak sih. Zera mau numpang tidur di perpustakaan yang ada AC nya. Gara-gara Gavriel semalam. Kini dirinya jadi tidak bisa tidur. Jikalau Zera tidur di rumah. Pasti akan kesiangan. Jadi Zera memutuskan untuk tidur di sekolah aja.

Tidak terlambat tapi niat membolos.

Ya itu Zera.

"Aduh Neng Zera rajin banget ya jam segini udah berangkat."

Zera menggaruk rambutnya yang tidak gatal. Zera merasa jadi anak baik-baik hari ini. Padahal ada niat lain dirinya berangkat jam segini.

"Iya Pak. Lagi niat aja hehe." Zera membalas ucapan tukang kebun di sekolah.

Zera memperhatikan setiap koridor yang nampak begitu sepi. Masa sih baru dirinya yang berangkat? Ya sudah, jadi Zera bisa tertidur dengan tenang tanpa ada yang menggangu.

Setiap koridor yang begitu sepi terkadang membuat bulu kuduk Zera merinding. Bagaimana dengan para kutu buku yang setiap hari berangkat pagi? Padahal ini terlihat mengerikan bagi Zera. Masih mending berangkat terlambat kalo gini ceritanya.

"Perpustakaan udah buka belum ya jam segini?" gumam Zera melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

Zera sebenarnya tidak tahu. Kan biasanya Zera berangkat telat. Mentok-mentok 1 menit sebelum bel masuk  berbunyi.

Sretttt!

"Anjir! Apaan tuh?" Zera menggigit kukunya. "Setan kah? Anjir masa pagi-pagi udah ada setan? Kalo gue kesurupan gimana?" lanjut Zera berbicara sendiri.

"Gak mungkin kesurupan. Kan gue setannya."

Zera terus melangkah tanpa memedulikan suara-suara aneh yang terdengar. Zera mempercepat larinya saat mendengar suara langkah kaki yang semakin mendekat kearahnya. Zera tidak berani menatap kebelakang. Kalo itu Pocong atau Mbak Kunti yang lagi bawa anaknya gimana?!

"Emhhh!!" sial! Seseorang berhasil membekap mulut Zera. Menarik tubuh Zera dengan sadis.

"Arghh! Lepasin gueee!" Zera berteriak namun percuma saja karena posisinya sekarang berada di dekat gudang. Waktu banyak murid yang berangkat saja disini sepi. Apalagi jam segini?

Zera memejamkan matanya. Bahkan ia merasa bahwa kulit kepalanya seakan ingin terlepas. Bayangkan saja orang itu menarik rambut Zera dan melarak Zera dari area perpustakaan hingga gudang. Lutut Zera bahkan sudah berdarah-darah karena tergores lantai.

Zera terus memberontak kesakitan. Berusaha agar tarikan itu lepas dari rambutnya. "Lo siapa hahhh?!"

Tidak ada jawaban dari seseorang yang tidak diketahui wajahnya. Orang itu menutup rapat-rapat seluruh tubuhnya, membuat Zera tidak dapat mengenali orang yang ingin menyelakai dirinya kali ini.

BUGH!

Tubuh Zera di lempar hingga menghantam tembok. Rasa sakit itu kian menyebar ke seluruh tubuhnya. Orang itu semakin berjalan mendekat kearah Zera dengan tangan kanan yang menggenggam pisau tajam.

Srett!

Tubuh Zera sudah melemah sebelumnya dan kini semakin melemah saat orang itu menggoreskan pisau tepat di tangan kanan Zera.

GAVRIELZE [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang