Seulgi?

3.4K 132 6
                                    

Sudah hampir tiga jam Jimin mencari keberadaan Jiani. Pukul 5:10 AM, Jimin kembali lagi ke apartemen Jiani yang kosong.

Ia merebahkan tubuhnya yang penat di ranjang milik Jiani, biasanya terasa sangat nyaman namun kali ini rasanya hampa.

"Lo kemana sih, Jia?" gumam Jimin.

Jimin sudah mencari Jiani ke rumah Hara, Namjoon, Hoseok, bahkan di sekolahan pun tidak ada. Hanya menemukan seragam Jiani yang sobek karena ulahnya Namjoon.

Hampir sejam Jimin di apartemen Jiani, ia bergegas pulang ke rumahnya terlebih dahulu sebelum berangkat ke sekolah. Bersiap-siap untuk mandi, ganti seragam dan mengambil buku pelajaran hari ini.

Saat Jimin masuk ke dalam lift dan pintu mulai tertutup, Jiani keluar dari lift bersama Hoseok. Gadis itu meminta pada Hoseok ingin ke apartemen dulu mengganti seragam sekolahnya, tidak mungkin kan ia sekolah memakai kaos kebesaran milik Hoseok.

"Hoseok, masuk dulu." Jiani memasukkan pin kamarnya lalu membuka lebar membiarkan Hoseok masuk.

"Apartemen lo lebih luas dari apartemen gue, kenapa lo tinggal sendirian disini?" tanya Hoseok sambil melihat-lihat isi apartemen Jiani yang terbilang luas dan hanya ada beberapa barang yang penting menurut gadis itu adalah kulkas, sofa, dan televisi.

"Bokap sama nyokap gatau kemana, disini gue tinggal sama om tante."

Jiani mengganti pin apartemennya takut tiba-tiba Jimin masuk tanpa permisi. Hoseok melangkahkan kakinya menuju ke dapur, ia membuka kulkas Jiani yang kosong dan hanya ada beberapa bahan makanan yang sebentar lagi kadaluarsa.

"Jia, lo jarang masak ya?" tanya Hoseok saat Jiani melewati dapur dan berjalan ke tempat cuci.

"Iya, gue males." jawab Jiani sambil melepaskan kaos yang melekat ditubuhnya.

Hoseok terdiam melihat Jiani yang santai melepas pakaian dihadapannya, gadis itu hanya memakai bra dan cd berwarna krem.

Ehem!

Cowok itu berdehem. "Berani banget lo buka baju di depan cowok," ucap Hoseok sambil mencari peralatan masak yang ingin ia pakai.

"Lo kan udah pernah liat semuanya, buat apa gue takut?"

"Lo gak takut kalo misalnya gue tiba-tiba nyerang lo?"

Jiani menggelengkan kepalanya.

"Kata Namjoon, lo bukan pemaksa dan gak bakal nyerang gue," jawab Jiani membuat Hoseok tertawa kecil.

Hoseok menghampiri Jiani yang memunggungi dirinya, gadis itu sedang mencari seragam cadangannya.

"Gue itu cowok normal, Ji. Kata-kata Namjoon gak bisa jadi jaminan lo aman atau engga saat buka baju di depan gue," ucap Hoseok melingkarkan tangannya di perut Jiani yang rata.

"Nghh.." desah Jiani saat Hoseok mengelus perutnya perlahan dan bermain di atas sana.

"Gue bisa lakuin apapun yang gue mau, Jia. Jangan main-main sama gue," ucap Hoseok memperingati gadis itu.

Jiani membalikkan tubuhnya, kini mereka berhadapan satu sama lain.

"Kalo gitu lakuin apapun yang lo mau," kata Jiani. Hoseok menatap Jiani bingung seraya berkata, "Kenapa lo bilang kaya gitu?"

"Karena emang itu faktanya, Hoseok. Gue cuma mainan kalian bertiga, engga ada gunanya untuk berontak sana-sini tapi hasilnya sama aja kalian berhasil nidurin gue." ucap Jiani, matanya panas, hatinya sakit seperti di tusuk dengan ribuan jarum.

"Lo juga nganggep gue sebagai mainan lo aja, gue ngerti!"

Hoseok menghela nafasnya kasar.

"Jangan pernah bilang kalo lo itu mainan gue, Jia. Lo bukan mainan gue, lo itu spesial buat gue," sergah Hoseok sambil mengusap air mata Jiani. Dia paling tidak suka melihat perempuan menangis, apalagi Jiani. Ah, dia sangat tidak suka.

I Love a Bad Boy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang