Mual

2.4K 146 24
                                    

Sial! Jimin meringkuk kesakitan memegang tangan kanannya yang terjepit pintu, ia telat dan gagal mendapatkan gadis incarannya.

"Bangsat! Keluar lo sialan!" gertak Jimin seperti orang kesetanan, ia tak akan pernah menyerah sebelum benar-benar mendapatkan Jiani. Entah karena ia mencintai Jiani atau terobsesi dengan gadis itu.

Di dalam sana, Jiani menutup kedua telinganya rapat-rapat, bergumam menyebut nama Hoseok dan berdoa agar Jimin tak bisa masuk ke dalam ruangan rahasia itu.

Jiani menangis sesenggukan, dia sangat ketakutan melihat wajah cowok bermarga Park itu. Jiani benar-benar ingin pergi jauh agar tidak bertemu dengan cowok yang merusak dan menyakiti dirinya.

Brak!
Brak!

Terdengar Jimin melempar semua buku yang ada di rak berukuran besar yang merupakan pintu ruangan rahasia tersebut. Jiani yang berada di dalam sana makin ketakutan. Jimin benar-benar sudah gila! Dia seperti psikopat yang ingin membunuh targetnya.

"PARK JIMIN!"

Bentakan seseorang mengalihkan perhatian Jimin. Hoseok datang tergesa-gesa bersama Namjoon dan juga Hara yang khawatir saat menerima pesan singkat dari Jiani.

Jiani mengirimkan satu kata di grup sekolah membuat satu angkatan geger dan Hara yang tak sengaja melihat layar ponselnya panik mencari Hoseok dan Namjoon.

"Ngapain lo berantakin apartemen gue? Siapa yang suruh lo masuk ke dalam apartemen gue, hah?!" tanya Hoseok menggertak Jimin sambil menarik kerah seragam sekolah Jimin yang sudah berantakan tak karuan.

"Mau jemput Jiani, dia cewek gue!" balas Jimin membuat keadaan semakin sengit dan panas.

Hoseok memberikan sebuah pukulan kencang mendarat di pipi kanan Jimin. Pada akhirnya mereka saling melemparkan pukulan dan tendangan satu sama lain. Hara makin panik melihat perkelahian antara Hoseok dan Jimin. Namjoon membawanya menjauh dari dua sahabatnya yang sedang berantem.

Bugh!
Bugh!
Bugh!

"Bangsat, dia cewek gue sekarang!"

"Mimpi lo! Jia gak cinta sama lo, dia cintanya sama gue!"

"Lo gila, Jimin!"

"Iya, gue gila karena Jiani!"

Itulah suara perdebatan yang tak ada hentinya. Apartemen Hoseok mendadak ramai, para penghuni di sana keluar dari apartemennya masing-masing dan menonton perkelahian. Mereka menelepon polisi melaporkan adanya perkelahian yang menganggu orang-orang sekitar apartemen itu.

Tok!
Tok!
Tok!

Namjoon mengetuk bagian rak buku tertentu agar Jiani yang berada di balik rak itu mendengarnya.

"Gue Namjoon, keluar jangan takut," ucap Namjoon lembut. Hara pun ikut membuka suaranya memanggil nama gadis bermarga Lee itu.

Tak lama rak buku itu bergeser saat Namjoon menarik buku berukuran besar dan tebal, ia masuk perlahan. Ruangannya sangat gelap dan sunyi, tak ada suara Jiani sedikitpun.

"ASTAGA JIA!" pekik Hara terkejut melihat Jiani yang sudah tidak sadarkan diri di lantai, wajahnya pucat, pipinya basah dan hidungnya memerah kebanyakan menangis.

"Jia, Jia!" Namjoon menepuk pelan pipi gadis itu terasa sangat dingin.

"Joon, gimana nih?" tanya Hara panik.

"Kamu tenang dulu ya, dia gak apa-apa kok." Namjoon berusaha menenangkan Hara. Namjoon mengangkat tubuh Jiani dan membawanya keluar, Hara mengekor di belakang Namjoon.

I Love a Bad Boy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang