Di Siksa

4.1K 145 15
                                    

Ruangan besar bernuasa gelap hanya ada beberapa lampu saja yang hidup meskipun redup, seorang gadis terikat di kursi dalam keadaan naked.

Byur!

Jimin menumpahkan seember air penuh ke arah gadis yang tidak sadar sadar kan diri. Sontak gadis itu terkejut dan tersadar sambil batuk-batuk.

"Akhirnya lo bangun juga!" Jimin berseru senang melihat mata gadis itu terbuka.

Gadis itu yang tak lain adalah Lee Jiani. Jimin membawanya ke tempat yang sangat jauh agar Namjoon dan Hoseok tidak bisa menemukan keberadaannya.

Srek!

Jimin melepas lakban yang menutup mulut Jiani dengan sangat kencang.

"Lepasin gue!" bentak Jiani memberontak ingin melepaskan ikatan di tubuhnya.

"Gue gak bakal ngelepasin lo sampe kapanpun, lo itu milik gue, Jia!"

"Gila lo!"

"Iya, gue gila! Gila gara-gara lo, Jia. Gara-gara lo!"

"Bukan, lo emang gila dari sananya. Lepasin gue!"

"GUE BILANG ENGGAK YA ENGGAK!" Jimin meninggikan suaranya membentak gadis yang duduk di hadapannya.

Jiani terdiam memejamkan matanya menahan agar buliran air tidak bisa keluar begitu saja dari matanya. Percuma. Jimin tidak akan melepaskannya.

Jimin menarik dagu Jiani hingga mendongak paksa untuk bisa melihat wajah cantik gadis itu.

"Lo cinta sama gue kan?" tanya Jimin menyorot tajam ke arah Jiani.

Gadis itu menggeleng lemah. "Gak."

"Bohong," ucap Jimin memelankan suaranya.

"Gue gak cinta sama lo, Park Jimin."

"Tatapan mata gue kalo lo beneran gak cinta sama gue."

Mendengar perkataan Jimin, Jiani membuka matanya dan menatap Jimin seperti apa yang dikatakan cowok itu. Jujur, itu sangat menyakitkan. Jiani sangat mencintai Jimin, namun ia memiliki seseorang yang harus ia jaga perasaannya.

"Lo beneran gak cinta sama gue?" Jimin mengulangi pertanyaan yang sama lagi.

"Gak."

"Kenapa?"

"Lo gak pantes dicintai," ucap Jiani lirih.

"Alasan?"

Jiani menghela nafasnya. "Karena lo manusia terbrengsek yang pernah gue temuin, Jimin! Lo gila, sakit jiwa!"

Plak!

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi kanan Jiani hingga memerah dan sudut bibirnya sobek akibat tamparan itu. Mendadak kepalanya pusing, udara dingin menyergap tubuhnya yang telanjang bulat dan basah.

"Ngomong sekali lagi coba," tantang Jimin membuat Jiani tersenyum tipis dan berusaha menatap manik mata Jimin yang sedang menatapnya tajam.

"Lo gila, Park Jimin...." Lirih gadis itu.

Cowok bermarga Park itu tertawa keras lalu membukakan ikatan di sekujur tubuh Jiani dan dengan brengseknya dia melepaskan celana jeans-nya mengeluarkan juniornya yang sesak sedari tadi. Tak lama ia langsung memasukkannya ke dalam miss V Jiani sekali hentakan dan sangat brutal.

"Ahh... Sakithhh!" jerit Jiani menahan Jimin agar tidak menggerakkan pinggulnya lagi. Namun, sia-sia saja. Namanya juga nafsu mana bisa dihentikan?

"Aaahh... Jiminhhh... Stopphhhh.... Sakithhhh..."

Sungguh sangat menyakitkan baginya, miss v nya belum benar-benar sembuh semenjak Jimin dengan gilanya memasukan penisnya ke dalam vagina Jiani yang jelas-jelas Hoseok sedang memasukinya.

"Call my namehhh sshhh..." desah Jimin mendongakkan kepalanya. Miss V Jiani sangat memuaskan dan tidak ada satupun yang bisa seperti Jiani. Ah, bagaimana gadis itu menjaga miliknya agar tetap sempit walaupun sudah dimasuki berkali-kali?"

"Jiminnhhhh... Aahhh..."

"Panggil nama gue terus Jiaaahhh..."

"Jimhhh aahhh fasterhhh" pinta Jiani, ia ingin berklimaks.

"Keluarinhh aajahhh nghhh aahhh..."

"Aaahhh yashhh aahhh aahhh..."

Tak lama Jiani mengeluarkan cairannya yang sangat banyak. Rasa sakit itu berubah menjadi rasa nikmat. Ia mengabaikan rasa sakit yang mungkin akan menyerangnya setelah melakukan ini.

"Giliran gue sekarang." Jimin memutuskan kontak kelamin mereka, ia mengangkat tubuh Jiani dan mengikatnya di tambang yang sudah disediakan olehnya.

Gadis itu terkejut bukan main dirinya digantung layaknya daging yang akan digantung di dalam lemari.

"Jim, lo mau apa?" tanyanya takut.

"Nikmatin aja, lo pasti suka."

Plak!

Jimin mencambuk bokongnya sangat keras.

Plak!
Plak!

"ARGH!" Jiani menjerit kesakitan saat Jimin mencambuk perutnya dan punggungnya.

Jimin meninggalkan banyak sekali memar merah kebiruan di tubuh mulus Jiani. Gadis itu menangis menerima cambukan dari Jimin.

Setelah puas membuat mahakarya buatannya, Jimin mengangkat paha Jiani lebar-lebar dan memasukan juniornya kembali lalu menggerakkan pinggulnya perlahan.

"Mpphhh..." Jiani menahan desahannya agar tidak keluar.

Jimin memeluk erat tubuh gadis itu. "Jangan ditahan, Jia." Bisiknya. Kemudian ia mencium bibir Jiani dan melumatnya lembut, Jimin bisa merasakan bahwa pipi Jiani basah namun ia menghiraukannya.

Jimin setengah mati menggerakkan pinggulnya dan mencari kepuasannya sendiri, tak peduli jika Jiani menjerit kesakitan bahkan sampai minta berhenti, ia tidak peduli.

"Aahhh... Ahhh..." Desahan Jiani mengisi seisi ruangan setelah Jimin melepaskan bibir manisnya. Tangan Jiani menggenggam erat tali yang ada ditangannya menyalurkan rasa nikmat yang ia dapatkan dari Jimin.

Hampir 8 menitan Jimin tak kunjung keluar, Jiani merasakan miliknya berkedut dan ingin berklimaks yang entah sudah berapa kali keluar membuat tubuhnya lemas.

"Sebentarhh lagihh aahh..."

Jiani merasakan milik Jimin makin membesar dan keras di bawah sana, ia menggigit bibir bawahnya menahan sakit dan nikmat secara bersamaan.

Dan....

"Ahh.." desah keduanya. Jimin mengeluarkan spermanya di dalam rahim Jiani.

Jiani memejamkan matanya merasakan hangat dan lelah, ia ingin tidur dan tidak ingin bangun lagi rasanya.

Jimin melepaskan juniornya, lalu meninggalkan Jiani begitu saja yang masih tergantung dengan keadaan yang sangat mengenaskan. Wajah pucat, rambut berantakan, basah, memar-memar di tubuh, dan tak sadarkan diri.






To be continued!

I Love a Bad Boy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang