Kehilangan dan Akhir dari kita

3K 149 39
                                    

Jiani dilarikan ke rumah sakit, ia mengalami pendarahan akibat tusukan yang lumayan dalam di bagian perutnya. Sudah hampir 4 jam Jiani menjalankan operasi darurat namun ia tak kunjung keluar, dokter belum ada satupun yang keluar untuk memberitahukan bagaimana keadaan Jiani saat ini.

Hoseok dan Jimin menunggu di depan ruang operasi gelisah, takut akan terjadi sesuatu pada Jiani.

"Ini salah gue," gumam Jimin mengulangi kalimat yang sama. Hoseok hanya menoleh sekilas dan mengabaikan Jimin yang panik setengah mati seperti orang gila.

"Iya, itu salah lo. Lo bego banget jadi cowok gampangan banget percaya sama cewek kayak Seulgi," cetus Hoseok sinis. "Seharusnya lo bisa ngelindungin dia, ini malah dia yang ngelindungin lo."

"Gue harus gimana, Seok?"

"Pergi dari kehidupan Jiani atau tidak? Itu pilihan yang harus lo pilih, Min. Lo gak boleh egois mikirin diri lo sendiri dan terus nyakitin Jiani," jawab Hoseok. Jimin terdiam memikirkan perkataan Hoseok. Dia tidak bisa menjauh dari Jiani, saat gadis itu pergi dirinya seperti orang yang kehilangan arah dan tidak tahu arah kemana.

"Gue sayang sama Jiani, Seok."

"Iya gue tau. Tapi, lo udah banyak nyakitin dia, Jimin."

"Gue mau memperbaiki semuanya."

"Lo harus tunggu keputusan dia gak bisa asal ambil keputusan dan akan menjadi paksaan bagi dia."

Jimin mencerna setiap perkataan yang Hoseok keluarkan, ia bimbang akankan bisa melanjutkan semuanya dan memulai awal yang baru? Namun, bagaimana dengan Jiani yang selama ini terluka dan trauma dengannya?

Sebelum operasi dilakukan, dokter meminta persetujuan dari wali Jiani yang bersangkutan untuk pengambilan janin karena sudah tidak bisa lagi bertahan karena tusukan yang didapatkan terlalu dalam. Jimin merasa terpukul kehilangan calon anak pertamanya dan sekarang Jiani harus menjalankan operasi darurat sekaligus mengalami masa kritis yang entah kapan gadis itu akan terbangun.

Jiani sudah dipindahkan ke ruang rawatnya, Hoseok dan Jimin bergantian menjaga Jiani. Kini Jimin tengah terlelap di atas sofa yang tersediakan, tubuhnya lelah dan kepalanya pusing kebanyakan menangis.

Hoseok mengelus pipi Jiani lembut. "Jia, cepat bangun ya. Lo gak mau liat Jimin lagi nungguin lo bangun? Walaupun gue kesal sama dia, tapi gue juga kasian sama dia," ucap Hoseok lirih. Dia mencoba menahan air matanya.

"Jia, lusa gue mau berangkat ke Jepang. Lo gak mau ketemu gue dulu gitu untuk yang terakhir kalinya? Meluk gue deh gak apa-apa gue mah." Hoseok meraih tangan Jiani. "Jia, gue sayang lo tapi lo sayang Jimin. Gimana dong? Gue bingung nih, cepat bangun dan kasih kepastian ke gue biar gue gak nunggu lo terus," sambungnya.

Hoseok menghela nafasnya berat, ia mengecup tangan Jiani sekilas lalu pergi keluar ruangan. Ia butuh waktu untuk menyendiri dan mencoba untuk menerima kenyataannya nanti ke depannya seperti apa.


7 hari setelah insiden di gedung pernikahan, Jiani masih belum membuka matanya. Hoseok sudah berangkat ke Jepang beberapa hari yang lalu melanjutkan pendidikannya di sana. Jimin, ia kuliah di kampus ternama di Seoul, Jimin mengambil jurusan kedokteran manusia. Namjoon dan Hara sudah menikah 2 hari uang yang lalu dan mereka tinggal di Amerika, entah kapan mereka kembali ke Seoul.

Sekarang, Jiani masih terbaring di atas brankar tanpa ditemani oleh siapapun. Om tantenya tidak tahu jima Jiani dirawat di Rumah sakit, Jimin belum pulang dari kampus. Kabar Seulgi, Joy dan Jennie sudah menyebar luas, mereka ditangkap dan dipenjara selama 12 tahun. Lisa berhasil diselamatkan dan sudah sadar beberapa hari yang lalu.

I Love a Bad Boy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang