Menjauh

3K 132 18
                                    

Seorang pria memakai seragam sekolah lengkap berdiri di depan pintu berwarna coklat, ia membawa beberapa kantung plastik berwarna putih.

"Masuk, Jiani lagi siap-siap." Namjoon membukakan pintu, Hoseok masuk ke dalam rumah besar milik Hara. Ia melihat Hara yang sedang duduk di ruang tamu sambil menyantap sarapannya.

"Siapa yang masak, Ra?" tanya Hoseok.

Hara menoleh ke arahnya. "Sisa kemarin malam pesan online."

Hoseok hanya ber o riya saja, ia tahu mana mungkin Namjoon memasak makanan sendiri? Pegang pisau saja kebalik.

"Makan nih gue beli tadi di pinggir jalan," ucap Hoseok memberikan bubur ayam yang ia beli tadi ke Hara.

"Wah, baik banget lo!" seru Hara menerima makanan itu dengan senang hati.

"Buat calon ibu mah beda ya, Hoseok." ujar Namjoon yang mendapatkan tatapan tajam dari Hara.

Hoseok menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Lo udah periksa ke dokter, Ra?" Tanyanya.

"Belum, nanti setelah pulang sekolah bareng sama Jiani."

"Jia? Kenapa dia?"

"Jia bilang sering mual katanya." Bukan Hara yang menjawab tapi Namjoon.

"Jangan bilang dia-"

"Gue gak bakal hamil, Hoseok." Sela Jiani cepat sebelum Hoseok melanjutkan perkataannya yang tidak-tidak.

Hoseok berlari memeluk tubuh mungil gadis itu. "Lo baik-baik aja kan kemarin?" tanyanya khawatir.

Jiani menganggukkan kepalanya. "Gue gak apa-apa kok, cuma ya gitu..." Ia mencoba untuk tetap tersenyum dihadapan Hoseok.

"Jangan ditahan, gue tau lo sakit. Seenggaknya lo cerita sama gue, Jia." ucap Hoseok mengelus punggung Jiani.

"Gue gak apa-apa kok, yuk berangkat sekolah." Jiani melepaskan pelukannya Hoseok, ia meraih tas ransel nya yang ada di atas sofa.

"Eh tapi, Ji. Sarapan makan dulu!" Hara berteriak saat Jiani setengah berlari ke luar rumah. Hoseok mengikuti Jiani dari belakang.

"Bawain aja, Ra." ucap Namjoon membantu Hara merapihkan perlengkapan makannya yang berantakan dan membungkus kembali makanan yang dibawakan oleh Hoseok.



Skip!

Sampai di sekolah, Jiani langsung berlari mengarah perpustakaan untuk meminjam beberapa buku untuk persiapan ujian yang akan di adakan 5 minggu lagi.

Tak sengaja ia bertemu dengan Jimin dan cowok itu mencegat dirinya.

"Kemarin kenapa gak bilang kalo mau pergi?" Tanya Jimin memasang wajah kesalnya.

"Bukan urusan lo."

"Lo milik gue, Jia."

Jiani tersenyum remeh ke arah Jimin. "Gue bukan milik lo!"

Jimin menarik tubuh Jiani dan memeluk gadis itu. "Gue udah ngeluarin di dalam, cepat atau lambat lo bakal hamil dan itu anak gue."

"Gue bakal gugurin anak lo!"

"Lo gugurin anak lo, maka lo bakal kesulitan dapat anak lagi Jia. Lo ngegugurin sama aja lo ngerusak rahim lo sendiri." ucap Jimin. Jujur, Jiani sekarang ketakutan. Tapi, ia tidak bisa terus-terusan takut pada Jimin seperti ini.

Jiani melepaskan pelukannya Jimin kasar. "Gue gak peduli!"

Gadis itu melenggang pergi sambil membawa buku yang ia pinjam, Jimin hanya tersenyum miring melihat kepergian Jiani yang perlahan akan menghilang dari pandangannya.

I Love a Bad Boy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang