Sakit

2.6K 140 8
                                    

Hampir satu jam perjalanan dari tempat persembunyian Jimin ke kota, cowok Park itu sangat pintar mencari tempat terpencil dan susah untuk di jangkau oleh siapapun. Untung saja, Namjoon memasang aplikasi pelacak di ponselnya Jimin. Jadi, ketika Jimin menyalakan ponselnya saat itu juga Namjoon akan tahu kemana Jimin pergi.

Hoseok memangku tubuh Jiani yang tak sadarkan diri sambil mengelus pelan rambut gadis itu yang lepek dan setengah basah.

"Tenang aja, dia gak bakal kenapa-kenapa kok," ucap Namjoon membuka suaranya di keheningan di dalam mobilnya. Hoseok berdecak sebal dan menatap Namjoon dari kaca spion yang ada di tengah-tengah mobilnya.

"Gimana bisa tenang anjir? Lo gak liat tadi Jimin ngapain Jiani? Gila ya tuh orang!" kesal Hoseok.

"Lo kayak gak tau Jimin aja, Seok. Udah tau sahabat lo gila masih aja heran," timpal Namjoon yang sedang mengemudikan mobil sedan berwarna hitam yang ditumpangi oleh Hoseok dan Jiani.

"Tapi, dia gak segila itu, Joon." Hoseok memalingkan tatapan dari Namjoon dan memilih untuk melihat jalan raya yang sepi dari luar jendela.

Namjoon menghela nafasnya berat, "Udah liat sendiri temannya gimana masih aja dibelain," gumamnya.

Hoseok dan Namjoon mengurungkan niatnya untuk mengantarkan Jiani ke rumah sakit, mereka memilih untuk pergi ke apartemen Hoseok dan memanggil dokter pribadi Namjoon. Dokter Song memeriksa keadaan Jiani yang masih tidak sadarkan diri akibat trauma yang ia alami.

"Gimana, Dok?" tanya Hoseok menanyakan keadaan Jiani, cowok itu sangat khawatir pada gadis itu.

"Lee Jiani butuh istirahat yang banyak, jangan terlalu banyak gerak dan disarankan banyak-banyak minum vitamin. Peradangan di bagian intimnya lumayan parah, jadi jangan berhubungan seks untuk beberapa hari ke depan. Ah, apa dia pernah mengalami pelecehan seksual?" Hoseok dan Namjoon menggeleng ragu menjawab pertanyaan dokter Song.

"Dia mengalami trauma yang sangat berat hingga tidak sadarkan diri, jika dilihat dari kondisinya sekarang. Itu memungkinkan bahwa Lee Jiani korban pelecehan seksual," jelas dokter Song. Hoseok meneguk ludahnya kasar, ia tidak tahu harus mengatakan apa. Namjoon menyuruhnya untuk tetap diam.

"Jiani dilecehkan beberapa jam yang lalu, dia diculik. Tapi, kami tidak menemukan siapa pelakunya, Dok." Namjoon menjawab perkataan dokter Song. Hoseok sempat tersentak, namun ia segera menetralkan ekspresinya sebelum dokter Song curiga dan tak mempercayai mereka.

Dokter Song memberikan beberapa jenis obat pada Hoseok. "Berikan obat itu sehari tiga kali setelah makan, jangan sampai tidak diminum," ucapnya.

"Baik, Dok."

Dokter Song membereskan perlengkapannya dan saat hendak pergi, ia ingin mengatakan sesuatu namun tidak jadi. Pria tinggi berjas putih itu langsung pergi setelah pamit pada Namjoon dan Hoseok.

"Seok ...." Panggil Namjoon.

"Hmm?"

"Mending lo buat surat izin terus kasih ke wali kelasnya, sekalian surat dari dokter biar percaya kalo Jiani beneran sakit," saran Namjoon. Hoseok mengangguk sekilas, ia mengambil sebuah kertas hvs dan bulpen. Hoseok juga menandatangani surat itu.

Hoseok merenggangkan otot-ototnya yang terasa sangat pegal, kemudian ia melihat Namjoon yang masih terdiam menatap ponselnya. Hoseok melirik sekilas, ia terkejut melihat layar ponsel Namjoon.

"911? Lo mau ngapain anjirt?!" pekiknya. Tentu saja itu tidak akan membangunkan Jiani sama sekali, gadis itu terlalu lelah dan tidak sanggup untuk membuka matanya.

"Laporin Jimin."

"Jangan gila!"

"Dia udah keterlaluan, Hoseok."

"Kalo lo laporin Jimin. Gimana nasib lo sama gue? Lo ataupun gue juga ikut serta buat memperkosa Jiani pas bday party nya Jimin."

Namjoon terdiam mendengarnya. Tiba-tiba suara serak Jiani memanggil mereka membuat kedua cowok itu menoleh bersamaan. "Jangan laporin Jimin, gue yang salah karena terlalu percaya sama dia."

"Tapi, Jia—"

"Dia salah, tapi gue gak mau Jimin ditangkap dan di penjara. Biarin aja, dia punya tanggung jawab sama Seulgi," lirih Jiani. Nafasnya tersendat menahan tangisnya.

"Lo ikhlas liat orang yang lo cintai pergi dan bersama dengan orang lain?" tanya Namjoon. Jiani bungkam tidak bisa menjawab pertanyaan itu.

Hoseok hanya bisa terdiam menatap gadis itu, ia ingin mendengarkan jawaban Jiani dan ia ingin tahu seberapa cintanya Jiani pada Jimin.

Jiani hanya mengangguk lemah, gadis itu menatap Hoseok sendu dan berbicara tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. Hoseok bisa memahami gerakan bibir Jiani.

Buat gue cinta sama lo, Hoseok.

Hoseok mengembangkan senyumnya tiba-tiba membuat Namjoon menggedik ngeri dan memukul pundak Hoseok.

"Kenapa lo tetiba senyum sendiri anjirt, serem!" ujar Namjoon. Hoseok hanya bisa cengir kuda sambil menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal.

Namjoon bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan Hoseok bersama Jiani.

"Jangan tiba-tiba senyum kayak gitu, lo buat orang-orang takut sama lo," ejek Jiani sambil menahan senyumnya.

"Bisa-bisanya lagi sakit buat gue gemes sama lo, istirahat sana. Entar soal sekolah biar gue yang urus," ucap Hoseok sembari menyelimuti tubuh Jiani. Gadis itu terbaring lemah di atas tempat tidur milik pria bermarga Jung itu, ia nyaman berada di sana.

"Tapi besok hari pertama gue UN, gimana dong?"

"Gue panggil wali kelas lo ke sini. Intinya jangan sekolah dulu."

"Ah, gak enak dong UN sendirian," keluh Jiani.

"Mau nyontek lo, ya?" tuduh Hoseok. Jiani membulatkan matanya tak terima.

"Enak aja lo! Gue pinter bisa ngerjain sendiriaann!" kesal Jiani. Hoseok mengacak-acak rambut Jiani gemas. Padahal Hoseok hanya mengacak-acak rambutnya namun sangat berefek pada jantungnya.

"Katanya mau pergi, dari tadi masih di sini aja," cibir Jiani mendelik tajam ke arah Hoseok. Sok jaim.

"Lo ngusir gue?"

"Gak sih, tapi yaudahlah. Gue ngantuk mau tidur," ucap Jiani lalu memiringkan tubuhnya memunggungi Hoseok.

Jiani memejamkan matanya dan ia bisa merasakan ada sosok yang makin mendekat dan mengecup keningnya sekilas, tentu saja itu Hoseok.

"Night, istirahat jangan mikir yang lain."

Kemudian Hoseok beranjak pergi, cowok itu memilih untuk tidur di luar dari pada tidur di dalam. Ia ingin memberikan akses ke Jiani sendirian. Mungkin gadis itu sedang butuh waktu untuk sendiri, pikirnya.












To be continued!

I Love a Bad Boy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang