1. Surat Kontrak

4.3K 325 28
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

(Rania POV)

Hidup itu penuh plot twist, nggak cuma di drama Korea yang aku tonton. Siapa yang bakal menyangka aku pura-pura pacaran sama si Kaivan. Boro-boro pacaran, jadi bendaharanya di HMJ saja aku ogah-ogahan. Aku masih ingat waktu Kaivan memintaku untuk jadi bendahara umum HMJ, dia mulutnya manis banget. Ketika aku sudah mau, itu mulut manisnya ternyata cuma pencitraan saja. Nyatanya dia marah-marah waktu rapat evaluasi HMJ untuk acara up grading gara-gara anggaran untuk sie konsumsi membengkak sampai membuat kas HMJ jebol. Dia membandingkan RAB konsumsi tahun ini dengan tahun lalu. Padahal harga bahan pokok sekarang naik, otomatis harga makanan juga naik. Nah, si Kaivan nggak mikir sampai segitu.

"Ngelamun terus! Mikirin Kaivan?" seru Alisha mengagetkanku. Siapa nggak kaget kalau suara cemprengnya mengalahkan suara cemprengnya dosen anatomi tumbuhan dan fisiologi hewan yang terkenal galak.

"Ngawur ya lo. Enggak kok," sangkalku. Padahal aslinya aku memang sedang memikirkan Kaivan yang mengajakku ketemuan di Coffee Corner, kafe dekat kampus.

"Komuknya nggak bisa berbohong ya, Bun."

"Apaan sih, Sha!"

"Ihirrrrr! Yang baru jadian. Kapan nih pajak jadiannya?" cerocos Vino seenak jidatnya. Rasanya pengen aku tampol mulutnya Vino pakai buku fisiologi Silverthorn super tebal yang kubawa. Namun, aku masih bersabar dan hanya diam.

"Entar, Vin. Sabar dulu napa. Ini masih tanggal tua. Udah minta traktiran aja." Itu bukan aku yang menjawab, tapi si Alisha.

Vino menepuk pundak kananku. "Hebat ya lo, Ran. Bisa ngejaring si Kaivan. Gue kira si Kaivan itu hombreng saking nggak adanya gosip dia sama cewek."

"Elo kali yang hombreng!" sewotku. Aku sudah melayangkan buku fisiologi Silverthorn yang setebal bantal untuk memukul lengannya, tapi dia bisa menghindar.

"Eits, jangan emosi dulu dong, Ran! Gue cuma bercanda kali. Nggak terima banget cowoknya gue katain hombreng."

"Siapa yang hombreng?" suara dari belakang langsung menginterupsi obrolan kami. Vino langsung tutup mulut takut didamprat Kaivan. Iya, pemilik suara itu adalah Kaivan. Mendadak suasana menjadi horor. Aku rasanya ingin baca ayat kursi. Sehoror itu kehadiran Kaivan di tengah remahan rengginang seperti kami.

Pacar Ketua HimpunanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang