5. Kabar dari Mama

2.4K 284 30
                                    

Dear, My Readers. Tolong cek typo ya. Jangan lupa vote dan comment. Aku sangat suka dengan pembaca yang rajin vote dan comment. Apalagi comment nih. Suka banget. Boleh komen kritik atau saran kok.

Happy reading

***

(Rania POV)

"Siapa cewek itu?" Aku mengulangi pertanyaanku sekali lagi. Penasaran juga siapa cewek yang berhasil menjinakkan singa seperti Kaivan.

"Sahabat masa kecil gue," jawabnya singkat.

"Oh, gue kira anak FMIPA juga."

Kaivan menutup laptopnya yang telah dimatikan. Ia berbalik, lalu menatapku serius. "RAB-nya Sashita udah lo beresin?"

"Udah ketemu anaknya tadi, tapi belum gue cek. Nanti gue suruh dia kirim ke email."

"Buruan, ya. Karena Biocup proker besar juga."

"Iya, Kaivan."

Aku melihat Kaivan memutar tubuhnya ke kanan dan ke kiri untuk meregangkan otot-ototnya. Pasti dia kelelahan gara-gara begadang. Aku pernah mendengar dari Kevin bahwa Kaivan suka belajar larut malam usai mengerjakan tugas. Katanya sih kadang cuma tidur 1 jam saja. Berbeda denganku yang langsung tidur usai mengerjakan tugas. Ya, memang aku pernah sih tidur cuma 1 jam gara-gara tugas dan sidang KPUF, tapi tidak sesering Kaivan. Aku sering mencuri waktu tidur saat masih aktif di KPUF. Tubuhku terlalu berharga untuk diajak kerja keras bagai kuda. Aku hanya tidak mau mati konyol gara-gara tugas dan organisasi.

Kaivan turun dari kursi, lalu ikut duduk di karpet bersamaku. Cowok itu menata jaketnya untuk dijadikan bantal. Kini dia rebahan, matanya memejam. Kalau aku perhatikan mata pandanya semakin menghitam. Ini nih efek kalau kebanyakan tugas, belajar dan terlalu sibuk organisasi. Setahuku Kaivan juga merupakan kepala departemen penelitian dan pengembangan di IKAHIMBI. Dia juga sering aktif jadi relawan di sebuah lembaga pemerhati anak jalanan.

"Ran?" panggilnya pelan, matanya membuka lagi.

"Apa?"

"Proker-proker besar kita nggak main-main. Jadi, jangan sampe urusan hati bikin lo baper, terus nggak profesional di HMJ."

"Ngomong apaan sih, Kai?"

"Ya lo kan suka sama Bang Jarel, sedangkan Bang Jarel pacaran sama Jovanka, sahabat lo sendiri. Sama-sama pengurus HMJ lagi. Takutnya malah bikin lo nggak fokus karena baper."

"Nggak lah. Gue malah takutnya baper gara-gara lo."

Ah, sial! Kenapa juga aku harus keceplosan bilang kayak gitu. Bukan apa-apa sih sebenarnya. Hanya saja perhatian Kaivan saat meminjamkanku jas lab, menggandengku saat cemburu buta melihat Kak Jarel-Jovanka juga roti plus susu UHT darinya ini ... aku takut bisa bikin salah paham. Iya, aku takut salah menafsirkan perhatian Kaivan. Meski pun status pacaran kami hanya pura-pura.

Kaivan tiba-tiba terkekeh, tapi wajahnya tetap saja menyebalkan. "Gue suka sama teman masa kecil gue," jelasnya sekali lagi.

"Iyaaa," jawabku sewot.

Aku sadar diri pasti nggak ada cowok yang tertarik sama cewek tomboy sepertiku. Tidak bisa dipungkiri cowok-cowok memandang fisik duluan daripada hati. Apalagi kalau penampilannya modis seperti selebgram, pasti langsung kepincut. Beda banget sama cewek tomboy semacam aku yang skincare-nya cuma sabun Lifebuoy.

"Bangunin gue jam 13.10. Gue ada kuliah jam 13.15."

Aku melirik arlojiku. "Yaelah, tinggal tinggal 30 menit lagi. Nggak usah tidur aja kali."

"Berisik! Bangunin aja jam segitu."

Aku akhirnya hanya diam tanpa melawan Kaivan lagi. Dia merem lagi. Wajahnya ditutupi modul embriologi. Sungguh mengenaskan ketua himpunan satu ini. Kurang tidurnya kebangetan ini orang. Tiba-tiba ada selembar kertas terjatuh dari dalam modul embriologinya. Sepertinya dia menyelipkan kertas itu di dalam modulnya. Penasaran, aku meraih kertas itu pelan. Ternyata itu fotokopi KHS dia semester 3 lalu. Aku membaca deretan tulisan yang ada KHS itu. Dan nilai-nilainya Kaivan membuatku takjub.

Pacar Ketua HimpunanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang