16. Satu Jaket

1.8K 232 51
                                    

Seperti biasa tolong cek typo ya.


Gak vote+comment = bisulan.


Bercanda btw. 🤭









Kita intip dulu kemesraan Jarel dan Kaivan. Lagi main futsal tuh mereka. Anggep aja lagi tanding di MIPA Cup. Hahahaha

Happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading

💖💖💖💖💖



(Rania POV)

"Lo cemburu, ya?"

Demi Tuhan, pertanyaan konyol itu membuatku mematung seketika. Mungkin tampangku sekarang sudah seperti Malin Kundang kena kutukan jadi batu karang. Beberapa mahasiswa yang mendengar sontak langsung menatap kami dengan ekspresi penasaran. Iya, banyak mahasiswa di sini, apalagi yang ikut organisasi tahu bahwa kami pacaran. Tentu awalnya mereka kaget, tapi mungkin mereka lebih kaget kalau tahu kami hanya pura-pura pacaran.

"Ran, muka lo merah. Kagak demam kan lo?"

Aku langsung menggeleng cepat. Padahal leherku rasanya masih kaku gara-gara pertanyaan sebelumnya. Langsung kuhilangkan pikiran aneh-aneh dari kepalaku. Aku nggak akan cemburu. Ini bukan cemburu. Aku yakin ini bukan cemburu.

"Ran?" panggil Kaivan lagi.

"Enggak. Gue sehat, nggak demam."

"Abisnya muka lo merah."

"Ini sih karena kepanasan kali," jelasku yang sepenuhnya dusta.

Kaivan melepas jaket denimnya, lalu melebarkannya dan mengangangkatnya tinggi sampai menutupi bagian atas kepalaku. Tentu saja sinar matahari langsung terhalang oleh jaket itu. Aku heran, hari ini cuacanya panas, tapi Kaivan masih saja pakai jaket.

"Ayo jalan bareng gue aja ke gedung jurusan. Kuliah lo di gedung jurusan kan abis ini?"

"Tapi, Kai ... ini malu-maluin aja. Dilihatin banyak orang, tuh."

"Bodoh amat, yang penting lo nggak kepanasan."

"Kai!"

"Muka lo tambah merah, Ran. Ayo buruan!"

Ini rasanya gado-gado banget. Antara malu dan deg-degan banget. Gimana nggak deg-degan kalau jalan bareng sama Kaivan di bawah naungan jaket yang sama. Ya, meski bukan satu payung, satu jaket pun membuatku ... merasa baper, mungkin.

Sepanjang perjalanan menuju gedung jurusan aku hanya terdiam. Aku sadar sesekali Kaivan menatapku dari samping. Namun, aku pura-pura tidak melihatnya. Bagiku melakukan kontak mata sama dia adalah hal yang berbahaya. Aku takut makin baper sama cowok semacam dia. Siapa yang mau jatuh cinta sama cowok yang sering digosipin hombreng. Ini saja aku berharap cepetan demisioner agar kontrak pacaran konyol ini segera berakhir.

Pacar Ketua HimpunanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang