Seperti sebelumnya, bantuin cek typo ya kawan-kawan. Jangan lupa tinggalkan vote dan comment. Apalagi comment, aku suka banget sama yang namanya comment. Jadi, comment sebanyak-banyaknya biar aku rajin update dan makin sayang sama kalian semua.
Happy reading.
***
(Rania POV)
Aku mengerjakan anggaran dana untuk LPJ yang diminta Kaivan di saat aku belum belajar materi reverse transcription untuk presentasi genetika besok. Nekat sekali aku lebih memilih tugas HMJ duluan daripada tugas kuliah. Terkadang aku merasa tertekan dengan situasi seperti ini. Padahal aku sudah pernah mengalaminya di KPUF dulu. Hanya saja ketua KPUF dulu orangnya ramah dan pengertian. Nggak seperti Kaivan yang judes dan minta ini-itu tepat waktu. Dan parahnya lagi aku menjabat sebagai bendahara umum HMJ di semester 4 ini. Semester 4 itu bagai neraka jahaman karena matakuliahnya sulit semua, dosennya banyak yang pelit nilai, praktikum dan laporannya juga menggunung. Berbeda dengan KPUF yang kuikuti saat semester 3. Saat itu kuliahku belum sesulit sekarang meski sama padatnya.
Aku kaget ketika HP-ku di atas meja belajar bergetar. Ada telepon dari Kaivan. Pasti dia mau menagih anggaran dana sebelum jam 11, atau ... dia mau mengajariku genetika seperti janjinya tadi siang? Ah, jangan banyak berharap. Manusia jenius penghuni kelas A itu biasanya individualis sekali. Mereka satu kelas saja saling bersaing untuk menjadi yang terbaik. Jadi, aku nggak serta merta percaya bahwa Kaivan mau mengajariku. Pasti dia meneleponku karena urusan HMJ.
"Gue di depan kos lo," ucapnya dari telepon.
"Lo ngapain ke sini? Anggaran dananya masih belum kelar. Kan deadline dari lo jam 11 malem nanti. Kok udah nagih aja jam segini? Lo mau ngerjain gue? Makasih ya, Kai." Aku sudah mengomel-ngomel terlebih dulu sebelum Kaivan bersuara lagi.
"Gue mau ngajarin lo genetika. Kan gue baru presentasi reverse transcription kemarin."
Aku mendengkus pelan. "Nggak usah ngibul, Kai. Anak kelas A mana mau berbagi ilmu sama anak kelas buangan semacam gue."
"Itu cuma mitos. Kita anak kelas A sebenernya nggak kayak gitu, kok."
"Tapi, banyak yang bilang gitu."
"Jadi, lo lebih percaya gosip daripada gue yang terbukti dateng ke sini buat ngajarin lo?"
Aku terdiam sejenak. Bingung mau menjawab apa. Memang sih tentang individualism anak kelas A itu aku hanya mendengarnya dari gosip-gosip yang beredar dari jaman kakak tingkat sampai angkatanku, bahkan angkatan di bawahku juga.
"Ran?"
"Iya."
"Lo siapin textbook genetika sama resume lo."
"Oke." Dan aku akhirnya percaya.
Aku langsung turun ke lantai dasar dengan membawa textbook genetika Gardner dan laptop. Untuk mahasiswa biologi buku genetika Gardner adalah kitab suci yang harus dimiliki. Bisa yang textbook cetak atau pun e-book, tapi kami diperbolehkan membaca buku lain seperti buku genetika Lewin atau biomolekuler Lodish. File resume tentang reverse transcription aku simpan di laptop dan belum aku print.
Nggak lama kemudian Kaivan sudah masuk ke kosku. Kami duduk di ruang tamu kosku karena di teras depan sudah ditempati Jovanka dan teman-teman kelompok ekologinya yang besok akan presentasi tentang siklus biogeokimia. Tugas kami di semester 4 memang sangat menggila. Hidup sebagai mahasiswa FMIPA itu ya seperti ini. Mahasiswa biologi ya setiap hari berkutat dengan pretest, postest, praktikum, laporan praktikum dan ngelab seperti yang pernah aku bilang sebelumnya. Belum lagi kalau ada KKL di luar kota, ke pantai, kebun raya, gunung atau pun hutan. Setiap pulang pasti kami bakal mabok laporan KKL.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar Ketua Himpunan
Teen FictionMenjadi pacar ketua himpunan? Tentu itu impian kebanyakan mahasiswa cewek. Tapi, apa jadinya kalau status pacaran dengan ketua himpunan hanya bersifat kontrak? Itulah yang terjadi pada Rania. Ia terpaksa berpura-pura pacaran dengan Kaivan, ketua him...