4. Siapa Cewek Itu?

2.6K 292 58
                                    

Bantu cek typo ya, readers. Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan comment. Aku paling suka sama reader yang mau comment. Hehe

Happy Reading. ☺️

***

(Rania POV)

"Makan, tuh! Entar keburu kecemplungan lalat makanannya lo anggurin."

Suara Kaivan mendistraksi lamunanku. Gagal move on itu ternyata susah, lebih susah daripada ujian SBMPTN. Tiap kali melihat Kak Jarel sama Jovanka, rasanya pengin nangis, tapi air mata ini udah terlanjur mengering.

"Makan, Ran! Itu makanan bukan buat dipelototin doang," ujar Kaivan sekali lagi.

"Makan, Ran! Itu makanan bukan buat dipelototin doang," ujar Kaivan sekali lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Sumber: Pinterest)

Aku menyendok nasi Padang porsi kuli yang dipesankan Kaivan. Sepertinya aku nggak bakal sanggup menghabiskannya. Dulu saja waktu diajak Kaivan rapat di sini, aku sepiring berdua dengan Alisha.

"Maaf ya tadi gue pegang tangan lo. Abisnya daripada lo baper lihat Bang Jarel sama Jovanka. Seenggaknya lo kelihatan punya cowok, di depan mereka. Nggak kelihatan ngenes banget kalau cinta lo bertepuk sebelah tangan."

"Thanks, udah nyelametin gue."

"Sama-sama."

"Ran?" panggilnya usai menelan nasi.

"Ya, kenapa?"

"Anak bidang bakmin mau konsultasi ke lo soal anggaran biocup. Gue udah bilang ke dia bisa nemuin lo hari senin jam istirahat."

Aku membulatkan mata, bisa-bisanya dia mengatur jadwalku seenak jidatnya. "Gue hari senin jam istirahat mau bikin medium genetika, Kai. Nggak bisa."

"Cuma lihat bentar kan nggak apa-apa."

"Nggak apa-apa gimana? Bikin medium genetika itu nggak bisa ditinggal, harus diaduk terus. Lo tahu, kan?"

"Bikin mediumnya nggak sendiri, kan? Lo satu kelompok sama Leo, kan? Ya udah, suruh Leo gantiin lo ngaduk medium," jawabnya enteng banget.

"Kaivan!"

"Nggak boleh nolak tugas, Ran! Kalau lo bisa ngumpulin tugas kuliah tepat waktu, tugas organisasi juga harus bisa."

"Tolong, ya. Nggak semua mahasiswa robot kayak lo yang bisa ngerjain semua dalam waktu bersamaan."

"Gue juga manusia, bukan robot."

"Kaivan. Gue serius."

"Gue juga serius. Kapan sih gue ngomong nggak serius?"

Aku tersenyum miring. Kalau dipikir-pikir, memang Kaivan nggak pernah main-main sama omongannya sendiri. Dia selalu konsisten dengan apa yang dia omongkan dari awal sampai akhir. Dia nggak pernah plin-plan sama sekali. Tipe-tipe perencana strategi yang baik.

Pacar Ketua HimpunanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang