14. Jangan Blokir Lagi

2.2K 266 38
                                    

Seperti biasa tolong cek typo ya.
Sangat dianjurkan untuk vote dan comment.

Bersedia vote+comment = Insya Allah dapet pahala.

Pelit vote n comment = aku juga bakal pelit update. Hahaha

Semakin banyak yang vote dan comment, aku bakal rajin update. Kalo dikit, ya aku bakal ngaret update. Hahahaha

Happy reading.



Kasih emot ❤️ dulu dong buat Pak Kahim yang bikin mleyot ini.

Kasih emot ❤️ dulu dong buat Pak Kahim yang bikin mleyot ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


(Rania POV)

Aku benar-benar tidak ikut rapat evaluasi Bio Peduli kemarin. Kaivan benar-benar melarangku untuk datang. Jadilah aku hanya menerima laporan hasil rapat dari Jovanka. Semenjak aku pingsan kemarin Kaivan jadi sering mengirimiku pesan lewat WhatsApp. Kadang aku merasa chat dia nggak penting banget. Masa nge-chat cuma tanya 'vitamin tambah darahnya udah diminum belum?'. Dari kemarin chat dia selalu mengulangi pertanyaan itu. Jujur aku bosan dikasih pertanyaan yang sama berulang kali. Dan akhirnya aku memutuskan untuk memblokir nomornya sementara.

"Ran, Kaivan WA gue. Nyanyain lo udah minum vitamin tambah darah apa belum?"

"Dia WA lo cuma nanyain itu doang?"

"Iya. Lo udah minum belum vitaminnya?"

"Udah. Bilangin ke dia."

"Oke." Jovanka mengetik balasan ke Kaivan. "Kok dia nggak WA lo langsung, sih? Kalian lagi berantem?"

"Bukannya berantem, tapi gue udah bosen tiap dia chat, yang ditanyain itu mulu."

Jovanka malah ngakak mendengar penjelasanku. "Seorang Kaivan yang datar gitu ternyata bisa bucin juga, ya."

Aku membelalakkan mata. "Bucin?"

"Iya. Itu tandanya Kaivan bucin sama lo. Dia peduli banget sama pacarnya. Gitu aja lo nggak peka sih, Ran."

Aku mengernyitkan dahi. Mendadak bingung. Ini yang dibilang Jovanka valid nggak, sih? Ini aku emang Kaivan yang acting totalitas jadi pacarku, atau ... aku yang nggak peka seperti yang dibilang Jovanka.

"Kalau gue jadi lo, gue udah baper digituin cowok sendiri, Ran," ujar Jovanka lagi.

"Biasa aja kali," jawabku santai. Padahal nyatanya kemarin aku memang baper saat digendong Kaivan.

Ngomong-ngomong soal baper, aku nggak tahu perasaan baper kemarin awalnya gimana. Yang jelas saat Kaivan menggendongku kembali ke FMIPA, jantungku rasanya nggak bisa dikendalikan detaknya. Semakin lama semakin cepat. Awalnya sih memang malu karena dilihat banyak orang, tapi ya mau gimana lagi. Kemarin badanku rasanya benaran lemas dan kesemutan.

"Lo harusnya bersyukur punya pacar perhatian kayak Kaivan, meski dia sibuk, tapi tetap nge-chat lo. Nggak kayak Kak Jarel. Dia kalau udah banyak tugas kuliah sama BEM, mana sempat nge-chat gue."

Pacar Ketua HimpunanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang