"Seperti pelangi yang pergi ketika tugasnya telah selesai. Tapi bedanya,
teruntuk pelangi aku ikhlas dia pergi sedangkan untukmu tidak sedikit pun.
Mungkin terdengar egois tapi aku tetap memaksa."Lapangan basket SMA Permata Bangsa, sore ini seperti biasa, terdengar riuh oleh para pemain basket dengan bola basket yang terus dioper dari satu ke yang lain. Walaupun dalam keadaan latihan namun tetap serius dan bersaing dengan sengit tetap dilakukan. Jam menunjukkan pukul 17:30, suara fluit pun terdengar menggema mengisi ruang latihan pertanda permainan berakhir. Keringat mengucur deras dari pelipis, tubuh yang telah basah bermandikan keringat dan napas memburu karena kelelahan. Suara tos, tawa dan berbicang-bincang pun juga demikian terdengar.
Farid berjalan menuju ruang ganti untuk bersiap pulang. Ia sudah tidak sabar ingin segera sampai rumah untuk membersihkan badan yang sudah terasa sangat lengket. Hari ini cukup melelahkan, bahkan ia tidak sempat untuk bertemu dengan sang pacar seharian ini. Sebentar lagi babak final pertandingan basket antar SMA akan tiba dan mereka harus fokus latihan agar tidak membuat kecewa sekolah. Untunglah sang pacar mengerti kesibukannya.
Mobil sport milik Farid melaju dengan kecepatan rata-rata meninggalkan parkiran sekolah. Tidak butuh waktu lama baginya untuk sampai di halaman rumah kediaman orang tuanya.
Selesai mandi dan memakai pakaian santai. Kaos oblong dan celana selutut. Farid mengisi perut di meja makan dengan nasi goreng spesial buatan Mama seperti setiap harinya. Makanan yang sangat lezat dan pas untuk hari yang melelahkan.
Selesai makan, Farid menyusul Diana, sang Mama yang sedang duduk di ruang keluarga menyaksikan drama televisi kesukaannya.
"Bapak keluar kota lagi, Mah?" tanya Farid setelah mengambil posisi duduk di samping Diana.
"Iya."
"Mama kenapa nangis?" tanya Farid khawatir.
"Itu... suaminya pergi tinggalkan istrinya demi cewek lain. Padahal kan istrinya lagi hamil!" jelas Diana.
Rasa khawatir yang tadi menghampiri Farid kini sirna sudah. Ini bukan kali pertama mamanya menangis hanya karena film yang lebih dikenal dengan sinetron "kumenangis" itu tapi, tetap saja Farid khawatir jika melihat mama menangis sebelum mendengar langsung penjelasan dari mama nya.
"Mama nih, bikin khawatir aja."
"Udah kamu kalau cuman mau gangguin Mama nonton, mendingan kamu ke kamar. Belajar!" Farid hanya terkikik geli melihat sang mama yang mulai kesal karena kegiatan menontonnya harus terganggu.
Farid memilih menurut untuk ke kamar saja dari pada nanti akan menjadi target kekesalan sang Mama karena terlalu menjiwai film yang ditontonnya.Baru saja memejamkan mata, ia teringat belum mengabari sang pacar seharian ini. Menggeser layar kunci. Tidak ada notifikasi apapun. Gadis yang sangat pemalu untuk memberi kabar duluan. Ia langsung mencari nomor Eliza dan menekan tombol telefon. Panggilan terhubung namun tidak ada yang menjawab. Kembali Farid mencoba namun hasilnya tetap sama.
"Apa dia sudah tidur? Tapi ini masih jam 8 malam, tidak biasanya El tidur secepat ini. Atau... mungkin dia lagi ada urusan," gumamnya pada diri sendiri.
....
Farid sudah berada di ruang perpustakaan di pagi hari hanya sekedar membaca buku untuk menambah wawasannya sebelum pembelajaran dimulai. Hari ini El belum juga memberi kabar. Sebenarnya ke mana kekasihnya pergi? Apa sesibuk itu sampai ia bahkan tidak memberinya kabar? Bahkan chat yang dikirim Farid belum juga dibalas olehnya. Ke mana El? Pertanyaan itu terus saja menjalar di kepala Farid.
KAMU SEDANG MEMBACA
Retrograde
Teen FictionSemua hal menjadi sangat membingungkan untuk Farid. Dikekang oleh masa lalu, Membedakan halusinasi dan nyata. Semuanya menjadi rumit. Apa mungkin orang meninggal bisa hidup kembali ataukah seseorang hadir dan dapat menjadi pengganti? langsung baca...