Hai....
Ada yang nungguin nggak nih???
*
*
*
*"Maksud Kakak kita putus?"
"Hei," Farid menggenggam tangan Risha, "Bukan putus. Kita hanya istirahat buat yakinkan perasaan masing-masing." Jelas Farid.
Risha menggeleng, "Bukan kita, tapi Kakak. Perasaan aku udah yakin sama Kak Farid."
"Aku butuh waktu buat lupain Eliza. Kamu tahu, Eliza sangat mencintaiku, aku hanya merasa jahat jika menjalin hubungan di saat kepergian Eliza saja belum lama."
"Jadi menurut Kakak hubungan kita ini suatu kejahatan?"
"Nggak, bukan begitu."
"Kita udah bicarakan ini sejak awal Kak. Kamu sendiri yang minta aku buat tinggal. Tapi sekarang...." suara gadis itu bergetar.
"Itu sebelum aku tahu semuanya."
"Kakak bilang nggak akan cari tahu semuanya, Kakak bilang nggak akan peduli lagi, kenapa sekarang beda? Kakak diam-diam cari tahu semuanya." Sembur Risha. Menarik paksa tangannya yang digenggam Farid, ia benar-benar kecewa.
"Aku mohon Risha, kamu mengerti posisi aku. Kita istirahat sejenak sampai rasa bersalah aku sama Eliza hilang."
"Lebih baik kita putus Kak."
Keputusan Risha sudah bulat. Ia memang mencintai Farid, tapi terlalu menyakitkan jika terus bertahan dengan laki-laki yang masih terikat pada masa lalunya. Ia tidak ingin terlalu lama menyakiti dirinya sendiri. Lebih baik, diakhiri sekarang.
"Risha, kita nggak akan putus. Kita hanya break. Nggak akan lama." Farid berusaha meraih tangan Risha lagi untuk membujuknya. Tapi gadis itu terus menghindar.
"Aku nggak bisa Kak."
"Aku mohon Risha, tunggu aku. Bisa kan?"
Risha menggeleng, "Aku nggak tahu Kak."
Tidak ada harapan lagi bagi Farid. Risha benar-benar menyerah dengan hubungan mereka. Padahal, Farid tidak ingin mengakhirinya, ia ingin Risha tetap bersamanya tapi tidak sekarang. Butuh waktu untuk Farid bisa memberikan perasaan sepenuhnya pada Risha, menjadi alasan gadis itu bahagia tapi lagi-lagi, bukan sekarang.
Risha berdiri dari duduknya, "Makasih buat semuanya," Risha mengajak Farid bersalaman.
Laki-laki itu ikut berdiri menjabat tangan Risha, lalu menariknya kencang, dan mendekap tubuh Risha.
Bersusah paya Risha menahan agar tidak menangis, sejauh ini ia berhasil menahannya agar tidak terlihat lemah di hadapan laki-laki yang baru saja menjadi mantannya itu. Risha mendorong perlahan Farid agar melepaskan pelukannya.
"Aku pergi Kak."
Baru sekali melangkah, Farid kembali mencekal lengannya, "Aku antar."
"Nggak perlu Kak. Aku bisa pulang sendiri. Kakak juga hati-hati pulangnya."
Langit semakin sore, Risha pergi dengan perasaannya yang hancur. Masih tidak menyangka jika hubungan mereka telah berakhir. Air mata yang semula ia tahan kini berhasil lolos. Menangis tersedu-sedu di pinggir jalan menunggu mobil taksi yang sudah dipesannya secara online. Betapa menyedihkannya dia sekarang.
.....
"Dek, udah dong. Jangan nangis lagi." bujuk Kaira.
Sejak sampai di Rumah, adik sepupunya itu sudah menangis. Kaira sampai bingung cara menenangkannya. Menunggu Risha tenang dulu baru ia akan bertanya siapa yang sudah membuat adiknya seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Retrograde
Teen FictionSemua hal menjadi sangat membingungkan untuk Farid. Dikekang oleh masa lalu, Membedakan halusinasi dan nyata. Semuanya menjadi rumit. Apa mungkin orang meninggal bisa hidup kembali ataukah seseorang hadir dan dapat menjadi pengganti? langsung baca...