Belenggu di Ceruk Nestapa

3.1K 320 79
                                    

Selamat membaca
.
.

Selamat membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.

"Sup ayam sudah datang!" ucap Lena sambil berjalan masuk ke dalam kamar Valerie dengan membawa nampan berisi satu mangkuk sup ayam, sepiring nasi, dan segelas susu coklat.

Senyum Lena langsung pudar dari wajahnya saat ia melihat Valerie sedang duduk termenung di kasur, pandangan matanya terpaku pada jendela yang menghadap gelapnya malam. Hujan deras yang menghujam kaca jendela menjadi latar belakang untuk kerinduan yang terpancar dari sorot mata adiknya.

Lena menaruh nampan yang ia bawa di meja sebelah ranjang, lalu ia duduk disebelah Valerie. "Vale ... " panggilnya lembut membuat Valerie tersadar dari lamunannya lalu menoleh ke sumber suara.

"Makan dulu ya" ucap Lena lalu kembali mengambil makanan yang sudah ia buat dengan susah payah.

"Enak mbak" ucap Valerie pelan saat mencoba masakan yang di buat oleh Lena.

Senyum Lena langsung mengembang mendengar pujian dari Valerie, dia sangat senang Valerie makan dengan lahap. "Vale, mbak mau tanya" ucapnya tiba-tiba membuat Valerie menghentikan kegiatan makannya.

Valerie menaruh pelan mangkuk sup ayam hangat di meja kecil di samping tempat tidurnya, lalu kemudian ia menoleh melihat wajah kakaknya. "Mbak mau tanya apa?"

"Sejak kapan," ucap Lena tercekat, dia takut pertanyaannya akan menyakiti hati adiknya.

"Sejak kapan kamu merasa trauma dan takut saat hujan turun di sore hari seperti ini?" lanjutnya bertanya.

Valerie menatap jauh ke luar jendela, melihat hujan yang menjadi semakin deras dengan guntur dan kilat yang sesekali terlihat. "Sejak Atma meninggalkanku di hari itu, hari dimana hujan turun deras saat senja mulai menyapa" balasnya.

Mata Valerie mulai terlihat berkaca-kaca. "Ingatan itu masih seperti bayangan yang melekat dalam jiwa mbak"

"Saat Atma pergi sebelum hujan turun ke bumi, dia berkata akan segera kembali. Tapi nyatanya, sampai hujan berhenti dia tidak pernah mendatangiku lagi. Aku masih ingat bagaimana hujan turun begitu derasnya dan aku dengan sabar menunggunya datang, aku merasa seperti dalam ketakutan yang tak terucapkan" lanjutnya dengan air mata yang sudah menetes di pipinya.

Lena yang mendengar cerita adiknya ikut meneteskan air mata. 

"Mbak tolong aku, aku ingin keluar dari belenggu kenangan indah itu, aku terjebak mbak, aku tersiksa setiap saat" lirih Valerie sambil menatap wajah Lena.

Lena menggenggam tangan Valerie erat, hatinya terasa seperti diiris tipis mendengar curhatan Valerie. "Besok kamu ikut mbak ya, mbak punya kenalan psikiater yang bisa membantu kamu" ucap Lena sambil berusaha menahan air matanya.

Valerie menatap wajah kakaknya lekat, lalu kemudian tiba-tiba ia berkata. "Mbak, Vale udah gila ya?" tanyanya membuat tangisan Lena langsung pecah.

-Sudut Tersepi Bumi-

Sudut Tersepi Bumi (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang