Selamat membaca
.
..
.Tik-tok-tik-tok
Suara detikan jarum jam terdengar nyaring, memecah keheningan yang saat ini dirasakan oleh Lena yang sedang duduk resah diruang tamu, menunggu keluarnya Dokter Riri dari kamar Valerie.
Lena menarik napas panjang, kemudian menghembuskannya perlahan, tatapan matanya tidak henti-hentinya tertuju pada pintu kamar Valerie yang sedari tadi tertutup rapat. Lalu kemudian, tatapan matanya beralih pada jam dinding yang menempel ditembok ruang tamunya, waktu sudah menunjukan pukul tujuh malam, dan suara rintik air hujan mulai terdengar dari luar rumahnya.
Kret ...
Tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka, tanpa buang waktu, Lena langsung berjalan kearah pintu, menghampiri Dokter Riri yang keluar dari kamar Valerie sambil menenteng tas dipergelangan tangannya.
"Lena" panggil Dokter Riri membuat sang pemilik nama langsung menatapnya serius.
"Iya? Bagaimana kondisi adik saya?" balas Lena sedikit terbata, hatinya berharap cemas menunggu jawaban dari wanita cantik didepannya.
Kemudian, Dokter Riri memberikan tanggapannya, "Maaf Lena, saya belum bisa membuat kesimpulan langsung tentang kondisi Valerie saat ini. Saya perlu beberapa pertemuan lagi untuk benar-benar memahami apa yang sedang mengganggu pikiran Valerie, ada kemungkinan gejala lain yang belum terlihat dan saya perlu memeriksanya lebih lanjut agar dapat merencanakan penanganan yang tepat" ucapnya sambil dengan cermat menutup buku catatannya.
Lena menarik napas panjang, mencerna setiap kata yang keluar dari ucapan Dokter Riri. Ucapan itu membawa Lena pada pemahaman bahwa semakin kecil kemungkinan Valerie bisa sembuh seperti sedia kala. Kenyataan ini sangat menyakitkan baginya. Ada kemungkinan besar bahwa Valerie yang ceria, yang selalu membawa keceriaan dalam hidup mereka, akan benar-benar hilang dari dunia. Lena merasa hatinya semakin berat menerima kenyataan yang pahit ini, namun ia berusaha tetap kuat demi adiknya.
"Lena, kamu boleh menetapkan jadwal pertemuan selanjutnya sesuai keinginanmu. Sekarang, jika kamu izinkan, saya akan pamit pulang," ucap Dokter Riri, membuyarkan lamunan Lena. "Tentu, silakan. Terima kasih, Dokter" balas Lena, memberi izin untuk pulang.
Dokter Riri pergi meninggalkan tempat, sekarang hanya ada Lena seorang diri menatap lekat pintu kamar Valerie yang sedikit terbuka, ia melihat adiknya itu sedang duduk melamun manatap keluar jendela.
Suara hujan mulai terdengar deras dari luar. Lena akhirnya memberanikan diri untuk melangkah masuk kedalam kamar Valerie. "Vale... " ucapnya pelan ketika ia melangkah masuk kedalam kamar.
Hening.
Tidak ada jawaban, hanya terdengar suara detikan jarum jam beradu dengan suara derasnya air hujan diluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sudut Tersepi Bumi (TELAH TERBIT)
Teen FictionAku berhasil menulisnya ... Menulis kisahmu yang sangat sedih dan pilu ... Menulis semua diksi indah yang keluar dari mulutmu ... Menulis semua rasa sakit yang selalu menghantuimu ... Aku mengabadikan kisahmu, dalam karyaku ... ...