Awan menutup buku latihan matematika bersampul putih polos dengan kasar lalu beralih memandang seseorang di sampingnya siapa lagi kalau bukan Bowo.
"wo, gue butuh penjelasan"
"oke, gue jelasin semuanya tapi nggak di sini." Bowo menarik lengan Awan mengajak si teman ke ruang perpustakaan. Guru matematika mereka izin tidak masuk jadi, jam pelajaran hari ini kosong.
"gue mau lo tenang, jangan bereaksi berlebihan inget ini perpustakaan." Bowo menarik napas panjang.
"lo inget kan anak desain grafis yang kemarenan sering gue bahas? "
Awan mengangguk pelan memberi reaksi cukup tenang.
"gue udah suka sama dia sejak kita pertama ketemu di ekskul desain. abis itu.. kita sering ngobrol lewat chat gitu. keterusan ngobrol gue pikir kita nyambung banget dan gue ngerasa nyaman aja. dia sering ngajak gue jalan juga."
"pantes aja kalo gue ajak keluar gapernah bisa." gumam Awan.
"sorry, kalo gue kesannya nutupin hubungan ini sama lo. gue cuman takut lo gamau temenan sama gue lagi." awan bisa melihat dengan jelas ada air mata yang sudah bersiap terjun bebas dari kelopak mata Bowo.
"no, jangan mikir gitu. kita temenan udah dari lamaaaa banget wo. gue gabakal mutus persahabatan cuman gara-gara lo pacaran sama anak ips itu. mark my words, apapun yang lagi lo laluin plis kasih tau gue. jangan pernah lo pendem apa-apa sendiri. gue gamau kehilangan lo untuk kesekian kalinya. you deserve to be happy my friend." Awan menepuk pelan punggung sahabatnya.
"makasih buat semuanya wan. makasih udah mau jadi orang yang selalu ada bahkan disaat seluruh dunia rasanya nolak gue. tapi, I'm happy right now because I have you and him. you guys bring so much reason buat gue jalanin hidup." remaja itu tersenyum menunjukkan gigi kelincinya yang manis.
"bentar-bentar, lo tau darimana kalo gue pacaran sama dia? lo tau juga kelasnya?"
"dari kakaknya"
"kak yoga?"
"yes, he's my teammate"
"oh, lomba KTI itu? semangat wawan! gue yakin lo pasti menang!"
" apapun itu selama kita ngerjain sesuatu dengan penuh...
"ketulusan dan rasa cinta semuanya pasti akan terbayarkan." ucap mereka bersamaan. Bowo sudah menduga kalau Awan akan mengeluarkan kalimat saktinya ini. sudah ribuan kali Bowo mendengar kalimat itu keluar dari bibir sahabatnya.
"lagian menang kalah tuh hal biasa tau! yang penting pengalamannya."
"baiklah saudara Febriawan Prawira. udah bell istirahat, lo mau ikut gue ke kantin? gue traktir deh!"
"hmm jadi gue dapet PJ nih? haha padahal tadi pagi becanda doang"
"oh yaudah gajadi!" Bowo berpura-pura kesal.
"ih kok gitu yaudah ayo ke kantin!"
...
istirahat kedua
Taman belakang gedung C bukanlah tempat favorit murid-murid SMA karena taman ini cukup jauh dari semua gedung jurusan. letaknya juga ada di area paling belakang sekolah. tapi, justru itu yang mereka cari. ketenangan, supaya diskusi yang dilakukan bisa berjalan lancar tanpa gangguan. kenapa tidak di lab kimia saja? lab kimia pasti akan ramai lalu lalang aktivitas murid dari kelas lain. suasana taman ini memang agak creepy. tapi, tenang saja taman ini cukup bersih dan nyaman.
Pepohonan besar banyak mengelilingi taman belakang gedung C sehingga angin sepoi-sepoi akan selalu kalian rasakan bila berada disini. pondasi coklat mengelilingi tiap pohon disana. pondasi tersebut bisa dijadikan meja karena ada sejumlah pondasi semen berbentuk dahan pohon di sekelilingnya berperan sebagai tempat duduk. (semoga paham deh sama penjelasan gue ya).
Di taman itu, baru ada Yoga seorang diri. kedua manik matanya menatap lekat lembaran-lembaran kertas yang ia pegang. novel? bukan, itu adalah buku self improvement yang sering ia bawa kemanapun ia pergi. Yoga suka membaca buku self improvement. katanya, buku-buku semacam ini bisa sedikit menenangkan hati dan juga mengarahkan pola pikir agar mudah dalam mengambil keputusan atau merencanakan sesuatu. pembelajaran dalam buku semacam ini sangat menuntun yoga dalam bersikap saat keadaan keluarganya sangat hancur dua tahun lalu.
Kedua orang tuanya sibuk mencuriagai satu sama lain yang berujung perpisahan. hal itu tentu tidak mudah untuk Yoga lewati dan lebih sulit lagi dicerna oleh Harto yang baru saja memasuki masa remajanya. Si adik sedang dilanda keresahan akan orientasi seksualnya ditambah masalah kedua orang dewasa dalam keluarga ini. sekarang semuanya perlahan membaik. segala kesalah pahaman sudah menemui titik terang. mereka berdua berjanji untuk bersama demi keutuhan keluarga serta nyawa si bungsu. namun, sesuatu yang rapuh tidak bisa kembali seperti sediakala bukan?larut dalam lamunan Yoga tak menyadari bahwa kedua rekan se tim nya telah datang ke taman.
"udah lama disini kak?" tanya pemuda berbadan mungil diantara mereka bertiga.
"hmm... belum kok! baru sepuluh menitan keknya" Yoga menutup buku yang sedari tadi ia baca.
"nih kak, diminum." Awan memberikan sebotol minuman dingin kepada Yoga dan Asahi.
"makasih wan" ucap yoga dan asahi
"kenapa kita ketemuan disini si. serem banget tau tempat ini." asahi mengusap kedua lengannya merinding.
"kenapa? lo takut sa?" tanya yoga dengan nada sedikit mengejek.
"emang lo gatau? katanya disini dulu tuh bekas bangunan belanda tempat pembunuhan gitu." asahi menatap sekeliling taman
"ah, masa si kak?" Awan mulai penasaran.
"iya wan!" Asahi terlihat sangat serius
"ehem.. kita disini mau bahas KTI ya teman-teman bukan bahas hantu atau semacamnya. udah deh! gue jamin aman. buktinya hampir tiga tahun gue suka nongkrong disini sehat-sehat aja!" tukas Yoga.
Ketenangan di taman gedung C memang membawa suasana nyaman bagi mereka bertiga untuk berdiskusi sampai waktu istirahat habis. jadi, langkah selanjutnya setelah poin-poin materi disusun, tinggal mereka melakukan serangkaian penelitian juga mengumpulkan beberapa referensi tambahan dari jurnal guna memperkuat dasar materi.
TBC
*masih dalam tahap pendalaman karakter dulu ya. gue rasa alur ff ini emang agak pelan deh, semoga nggak ngebosenin. makasih buat votenya! see you on next chapter babay👋
KAMU SEDANG MEMBACA
something different | yohwan
FanfictionAwan (So Junghwan) seorang atlet taekwondo mendapat tawaran mengikuti lomba KTI yang membuat ia bertemu dengan Yoga (Kanemoto Yoshinori) si drummer keren di SMA nya. perlahan, Awan menyadari sesuatu yang berbeda setiap kali bersama kakak kelasnya. i...