P R O L O G

1K 68 5
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

"Kak, makan."

Doyoung terdiam, ia masih membaca buku mata kuliahnya saat Raina berdiri di ambang pintu kamarnya. Hubungan mereka memang baik-baik saja, lebih tepatnya baru saja baik-baik.

"Kak," panggil Raina lagi.

Doyoung kemudian menoleh ke arah Raina, "duluan aja." Setelah Raina menghilang dari pandangannya, Doyoung menghela nafas pelan kemudian meremat kertas bekas di sisi lengannya.

Ini sudah lima bulan sejak kejadian itu. Dan ini juga sudah lima bulan sejak Doyoung menyukai gadis itu. Kim Doyoung bodoh, bisa-bisanya dia jatuh cinta pada adiknya sendiri. Awalnya memang Doyoung merasa biasa dengan hubungannya dengan Raina. Namun lama kelamaan, Doyoung merasa nyaman hingga akhirnya jatuh terlalu dalam.

"Doy, makan!" Teriak Kakak tertua di kediaman Kim. Gongmyung. Kalau sudah dia yang memanggil Doyoung tidak bisa menolak. Siapapun akan tunduk pada perintah si sulung.

Doyoung bergegas merapihkan peralatan belajarnya kemudian beranjak dari kamar. Padahal Doyoung tengah merevisi skripsi yang semakin hari semakin tidak karuan. Salah satu beban terbesar dalam hidupnya selain menyukai adiknya sendiri.

Pria itu menatap kursi yang belum terisi diantara Gongmyung dan Mamanya, juga kursi yang kosong diantara Ayah dan Raina. Sebenarnya Doyoung sangat ingin menghindari adiknya itu. Walaupun kalau dilihat-lihat Doyoung sama sekali tidak memperlihatkan bahwa dia menyukai gadis itu.

"Kak Doy, hari ini luang gak?" Tanya Raina. Duh, rasanya Doyoung ingin membawa makan siangnya ke dalam kamar saja. Sungguh canggung kalau harus mengobrol dengan gadis itu. Tapi Doyoung tetap memperlihatkan sikap seperti biasanya.

"Lagi revisian sih, kenapa?" Tanya Doyoung.

"Gak usah dek, Kak Gongmyung luang gak?" Tanya Raina, beralih pada si sulung Kim yang sibuk makan sambil berchatting ria dengan kekasihnya.

"Kenapa emang?" Tanya Gongmyung tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel. Memang benar apa kata orang, pria sekalinya jatuh cinta maka akan sangat memprioritaskan pasangannya. Istilah jaman sekarang 'bucin'.

"Gue mau beli beberapa alat tulis buat praktek nanti. Bisa gak?"

"Bi--"

"Bisa!" Jawab Doyoung cepat-cepat, memotong pembicaraan Gongmyung yang belum rampung. Pria itu nampak terdiam setelah melihat sikap Doyoung.

"--sa. Lo kenapa sih? Kesurupan?" Tanya Gongmyung.

"Gue tau lo ada janji sama pacar lo, jadi Raina biar gue aja yang anter."

Gongmyung mengangguk kemudian mengucapkan terima kasih karena Doyoung begitu pengertian padanya. Sedangkan Raina terdiam, meskipun sudah lima bulan berlalu semenjak kejadian itu, Raina sendiri masih merasa canggung dan terkadang bingung harus menghadapi Doyoung dengan cara seperti apa. Dulu, pria itu selalu menghadapi Raina dengan penuh emosi dan rasa benci. Tapi sekarang, Doyoung menjadi orang yang paling posesif dalam hidupnya.

"Doy, Mama sekalian mau titip belanjaan boleh?" Tanya Mama Kim.

Doyoung mengangguk, "tulis aja butuh apa, nanti Doy beliin."

Mama Kim tersenyum. Selain penurut, Doyoung juga sangat manis dan pengertian padanya. Salah satu anak kesayangan Mama Kim. "Makasih, nak."

Keduanya segera menyelesaikan makan siang mereka. Setelah itu kembali pada kamar masing-masing untuk bersiap. Doyoung menutup pintu kamarnya rapat-rapat, kemudian menyandarkan punggungnya pada pintu. Memejamkan mata sembari berusaha menahan detak jantungnya yang brrdetak diatas normal.

"Doyoung sadar! Dia adek lo!" Ucap Doyoung sambil memukul kepalanya sendiri.

Doyoung menyambar hoodie dan kunci mobil yang ada di dalam nakas. Tidak lupa dompet dan ponsel, barang yang jika ditinggalkan akan membuat manusia kewalahan.

"Dek!" Panggil Doyoung dari arah luar.

Tak lama berselang Raina keluar dari dalam rumah. Menggunakan blouse berwarna merah muda serta rok dibawah lutut, gadis itu juga menggeraikan rambutnya. Tau siapa yang panik setelah menatap penampilan Raina?

Tentu saja, Kim Doyoung.

****

Kalo alur cinta sama adik gini udah pasaran deh kayaknya. EH! Kalo di tambah teori yang bikin mumet kayaknya gak bakalan pasaran deh hehe.

Yang belum baca Penitencia sama Acquisitive disaranin baca dulu deh. Biar nantinya gak bingung sama alurnya. Soalnya ini masih satu rumpun sama mereka.

Hihi. See you.

Ketemu sama gua dimana aja nih selain disini?

[✓] Interminable Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang