***
Raina merasa tubuhnya terkunci, ia baru saja bangun tapi matanya masih buram. Lambat laun, ia menangkap dada seorang pria yang ikut berbaring di sebalahnya. Sambil melingkarkan tangannya di perut Raina.
Mata Raina sempat membulat dan mulutnya hampir saja berteriak. Tapi karena ia melihat wajah Doyoung yang tertidur begitu pulas, Raina jadi tidak tega. Ia malah asik menatap wajah Doyoung. Kalau Raina tidak lupa, Doyoung memaksa untuk tidak pergi dari kamar Raina sampai gadis itu tertidur lelap. Tapi pada kenyataannya, Doyoung malah ketiduran di ranjang Raina dan berakhir memeluk gadis itu.
Canggung sih, tapi Raina lebih merasa malu karena ia dengan sadar mengetahui fakta bahwa Doyoung tengah tertidur sambil memeluknya. Mau dibangunin pun rasanya Raina tidak tega. Ini bukan pertama kali Raina tidur dengan seorang pria, ia pernah tidur dengan Gongmyung. Tapi itu juga saat Raina duduk di bangku sekolah dasar. Meskipun tidak ada yang salah kalau orang lain melihat Raina tidur satu ranjang dengan Doyoung. Mereka adik kakak kalau lupa.
Pada akhirnya Doyoung terbangun setelah ia mengubah posisi tidurnya menjadi terlentang. Raina yang melihat itu langsung buru-buru menutup matanya, tidak mau membuat presepsi kalau Raina menyadari lebih dulu kalau Doyoung tidur dengannya.
Doyoung mengubah posisinya menjadi duduk, sambil berusaha membuka matanya Doyoung mengecek suhu tubuh Raina. Pria itu mengangguk pelan saat dirasa tubuh Raina tidak sepanas semalam.
Maka Doyoung langsung beranjak dari atas ranjang dan keluar dari kamar itu. Ia pergi menuju kamar mandi dan mencari si sulung serta kedua orang tuanya.
Tidak perlu bersusah payah, Doyoung mendapati Mamanya tengah memasak sarapan di dapur serta Ayahnya dan Gongmyung yang terlihat tengah duduk di meja makan sambil menikmati secangkir kopi.
"Raina sakit," ucap Doyoung setelah melewati Gongmyung dan kedua orang tuanya.
"Yang bener?!" Gongmyung nampak terkejut, pria itu langsung berlari menuju kamar Raina. Tidak aneh sih, semua orang di rumah tahu kalau Gongmyung yang paling menyayangi gadis itu. Reaksi yang berlebihan bagi orang lain itu sudah dirasa maklum bagi keluar Kim.
"Kok semalem gak bangunin Mama?" Tanya Mamanya.
Doyoung menegak segelas air putih, kemudian mengambil roti tawar dan melapisinya dengan selai coklat secara asal. "Tengah malem banget Doy liat dia nyari obat. Jadi ya udah, kalian juga udah tidur."
"Semalem kamu jagain Raina?" Tanya sang Ayah. Doyoung hanya bisa mengangguk, mulutnya terlalu sibuk mengunyah roti.
"Tapi tidur kan?" Tanya Ayahnya.
"Iya."
Doyoung menatap kopi yang masih utuh di dalam cangkir milik Gongmyung, ia menegaknya sampai habis. Setelah itu berniat pergi ke kamar Raina. Doyoung menghentikan langkahnya saat ia menatap kedekatan Raina dengan Gongmyung, jujur Doyoung sempat cemburu. Tapi cemburunya itu sangat tidak wajar. Untuk apa ia cemburu pada kakaknya sendiri hanya karena ia nampak dekat dengan adiknya?
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Interminable
Fanfiction[COMPLETE] "If love cannot be conveyed, then why are hearts and feelings created?"--Kim Doyoung