***
"Udah enakan?" Tanya Doyoung saat melihat Raina keluar dari dalam kamar. Ini sudah hari kedua Raina melakukan bedrest.
"Udah kok."
"Terus sekarang mau kemana?" Tanya Doyoung.
"Ke depan, ada Renjun."
Renjun lagi. Doyoung selalu merasa sensitif saat Raina menyebut nama itu. Jujur, Doyoung mengakui kalau Renjun cukup membuatnya tersentuh kalau dia ada di posisi seorang kakak. Bagaimana cara Renjun memperlakukan Raina benar-benar patut diacungi jempol. Tapi jika Doyoung berada di sisi seseorang yang menyukai Raina, cemburu dan kesal bercampur menjadi satu.
"Ngapain lagi itu anak?" Tanya Doyoung saat Raina kembali ke dalam rumah sambil membawa paper bag. Doyoung tebak, pasti dari Renjun.
"Oh ini, Renjun ngasih makanan. Banyak banget, makan berdua yah!" Ajak Raina.
Doyoung menarik tubuh Raina agar duduk di atas sofa. Tubuhnya mungkin belum pulih dengan benar, jadi Doyoung mengambil alih paper bag itu agar dia saja yang menyiapkan makanan.
"Besok mau ke butik gak? Gaun lo udah jadi. Barusan Kak Gongmyung, Mama sama Ayah udah ke butik duluan," tanya Doyoung sambil menata alat makan diatas meja.
"Kak Doy kenapa gak kesana sekalian?" Tanya Raina.
Doyoung menghentikan gerakan tangannya, kemudian menoleh pada Raina dengan raut wajah tidak suka. "Nanti lo kesana sama siapa?"
"Minta anterin Renjun?" Ucap Raina sedikit ragu.
Ayolah, Doyoung rasanya ingin melempar sendok yang ada di dalam genggamannya. Tidak ada orang lain selain Renjun?
"Jangan dibiasain apa-apa Renjun, dia juga punya kesibukan sendiri."
Dimata orang lain Doyoung hanya sebatas mengomeli adiknya agar tidak terlalu bergantung pada seseorang. Tapi dimata Doyoung, ia mengomeli Raina sebagai seorang yang dia suka.
Rumit memang, namun Doyoung juga masih belum menemukan jalan keluarnya. Mencari gadis lain hanya akan membuatnya menjadi pihak yang jahat yang akan membuat gadis lain sebagai media pelampiasannya.
"Nih makan," titah Doyoung.
"Kak Doy gak makan?" Tanya Raina saat melihat Doyoung melewatinya begitu saja.
"Mau revisian."
Iya, Doyoung sedang merajuk.
***
"Pssstttt... Doyoung!" Doyoung melirik ke arah kanan. Tepat di samping kanannya terdapat Sejeong yang tengah duduk.
"Ayo anterin gue," ucap Sejeong sambil bisik-bisik berhubung mereka tengah ada di perpustakaan kampus, tidak boleh berisik.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Interminable
Fiksi Penggemar[COMPLETE] "If love cannot be conveyed, then why are hearts and feelings created?"--Kim Doyoung