***
Doyoung terbangun dengan tubuh yang terasa sakit. Ia mengerjapkan mata sampai akhirnya ia bisa melihat dengan jelas. Pria itu meraih ponselnya untuk melihat jam. Setelah itu beranjak mendudukkan dirinya. Doyoung terkejut, tidak. Ia tidak terkejut lagi kalau terbangun di atas kasur dengan tumpukan buku serta kertas di sisi kanan dan kirinya.
"Bab dua," gumam pria itu. Doyoung bahkan belum mematikan laptopnya. Benda itu hanya tidur, tidak mati. Lantas Doyoung kembali menghidupkan laptopnya hanya untuk dimatikan kembali, benar-benar mati.
Rencananya, hari ini Doyoung akan pergi jogging. Hanya di lapangan konpleks. Tapi karena ia bangun terlalu siang, sepertinya Doyoung hanya akan pergi ke gym nanti siang.
Pria itu menutup pintu kamarnya. Matanya mengedar ke seluruh sudut rumah. Aneh, kenapa begitu sepi? Padahal di weekend seperti ini biasanya orang rumah tidak pergi kemana-mana.
Sampai suara tawa seorang gadis masuk ke dalam pendengaran Doyoung, pria itu menoleh. Disahut oleh tawa seorang pria dari arah belakang rumah. Lantas Doyoung segera pergi mencari sumber suara sekaligus anggota keluarganya yang hilang begitu saja.
Apa ini? Piknik?
"Oh, udah bangun Kak?" Sapa Raina.
Doyoung tidak menjawab, kerutan di kening Doyoung masih tercetak jelas. Ia melihat sang Kakak dan Ayahnya yang begitu akrab tengah membakar daging di sudut halaman. Asapnya mengepul, dan tercium wangi daging yang membuat Doyoung semakin mendekat.
Tapi apa lagi ini?
"Hai, Kak Doy!" Sapa seorang pria lain, yang Doyoung yakin dia bukan salah satu anggota keluarga Kim.
Huang Renjun.
Kenapa pria itu bisa sampai disini? Belum lagi pertanyaan kenapa Renjun bisa seakrab ini dengan keluarganya?
"Kak? Lo baik-baik aja kan?" Tanya Raina.
Doyoung mengalihkan pandangannya pada Raina. Kerutannya menghilang, berganti dengan tatapan tajam terhadap adiknya. Meminta penjelasan lebih.
"Tadinya gue mau jogging sama Renjun, tapi Kak Gongmyung sama Ayah malah beli daging. Ya udah deh," jawab Raina.
"Ya udah? Apa?" Tanya Doyoung lebih lanjut.
Raina menghela nafas. Tidakkah Doyoung lelah dengan berdiri begitu lama? Lantas Raina menarik lengan pria itu untuk ikut duduk diatas tanah beralas karpet piknik berwarna merah muda dengan motif kotak-kotak.
How cute.
"Kalo masih capek tidur lagi aja. Tadi malam Mama liat kamu masih ngerjain skripsi sampe jam empat pagi."
Doyoung tertunduk, ternyata Mamanya tau kalau Doyoung baru bisa tidur jam empat pagi. Tangan Mama Kim terulur untuk mengelus lembut pipi Doyoung, ada yang hilang dalam pipi Doyoung. Anak itu semakin kurus. Mama Kim tersenyum hangat, Doyoung larut dalam belaian sang Mama.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Interminable
Fanfiction[COMPLETE] "If love cannot be conveyed, then why are hearts and feelings created?"--Kim Doyoung