12. To Be Honest

121 27 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Doyoung menatap jam yang ada di dinding kamarnya. Jarumnya menunjuk ke angka dua belas, masih pagi. Kemarin Doyoung baru selesai pada pukul empat pagi, dan sekarang pukul dua belas malam. Cukup membuat Doyoung senang dan merasa lega.

Pria itu tidak langsung tidur dan menjemput mimpinya. Ia memerlukan segelas air dan pergi ke kamar mandi sebelum ia tidur. Doyoung keluar dari kamarnya secara perlahan. Lampu rumah pada malam hari biasa dimatikan, yang mana hal itu membuat Doyoung harus menapaki kakinya perlahan di atas anak tangga.

Keningnya mengerut ketika ia menatap seseorang berdiri di depan kota P3K yang pintunya terbuka.

"Raina."

Iya, gadis itu nampak sedikit terkejut mendapati Doyoung berdiri di belakangnya. Tapi yang lebih membuat Doyoung terkejut adalah keadaan Raina, wajah gadis itu pucat tapi hidung dan telinganya merah.

"Lo sakit?" Tanya Doyoung, pria itu segera menarik kursi dan mendudukan Raina keatasnya. Doyoung juga mengecek suhu tubuh Raina yang ternyata cukup panas. Gadis itu demam. Sudah Doyoung duga sebenarnya.

Lantas Doyoung segera mencari obat penurun demam dan mengambil segelas air.

"Kalo sakit tuh bilang. Telepon gue aja, nanti gue yang ambilin obat ke kamar lo," ucap Doyoung sambil memperhatikan Raina meneguk air dan obatnya.

"Gak usah, Kak. Lagi sibuk skripsian juga, gak enak."

"Apanya yang gaenak sih? Gue siapa lo sampe lo mikir kayak gitu?" Tanya Doyoung.

Hening.

Detak jarum jam begitu terdengar jelas di telinga keduanya. Doyoung kemudian merapihkan kotak P3K dan menaruk gelas kosong itu ke dalam wastafel. Ia membawa Raina masuk ke dalam kamarnya.

"Mau gue kompres?" Tanya Doyoung.

Gadis itu menggeleng, "besok juga baikan. Makasih, lo bisa balik ke kamar lo."

"Heh! Gak ada!" Ucap Doyoung tidak terima. Pria itu malah menarik kursi dan duduk diatasnya.

"Gue pastiin dulu lo tidur, habis itu gue balik ke kamar."

Raina menatap Doyoung sedikit kesal. Ia senang hubungannya membaik tapi ia malah jadi kesal kalau Doyoung posesif seperti ini. Padahal kan hanya demam biasa.

"Gue gapapa," ujar Raina.

Namun pria itu masih kekeh dan enggan beranjak sebelum memastikan Raina tertidur, "gue yang kenapa-kenapa kalo ninggalin lo. Lo mau gue bangunin si Gongmyung terus jagain lo?" Tanya Doyoung.

Raina sontak menggeleng, kalau Gongmyung tau soal ini pasti pria itu akan bersikap melebihi apa yang Doyoung lakukan terhadapnya.

"Ya udah makanya!" Doyoung menarik selimut sampai menutupi leher gadis itu. Raina belum tidur juga, gadis itu malah menatap Doyoung dengan mata polosnya.

"Tidur. Gak usah bebal."

Pada akhirnya Raina hanya bisa menurut dan memejamkan matanya. Mencoba sekeras mungkin menjemput mimpi, namun siapapun tau kalau tidur dalam keadaan sakit demam seperti ini tidaklah nyaman. Meskipun pada akhirnya Raina tetap akan tertidur dengan pulas.

***

"BUSET!"

Jaemin mengusap dada begitu ia turun dari mobilnya. Bagaimana tidak, pagi-pagi seperti ini ia melihat Sejeong tengah menyandarkan tubuhnya di depan pintu masuk bar. Sambil satu tangannya memakan roti dan yang satunya memainkan ponsel.

"Lama banget sih lo?!" Protes Sejeong.

"Lo ngapain disini pagi-pagi? Kalo mau minta sumbangan gue gak bisa. Gak ada receh!" Jawab Jaemin sambil pria itu membuka pintu bar.

"Menjemput jodoh lah, apalagi. Kemaren gue sempet liat di hp Doyoung katanya Taeyong mau kesini pagi-pagi, hehe."

Jaemin menggeleng pelan seraya masuk ke dalam bar. Sejeong juga bukan serta merta datang ke bar karena ingin melihat Taeyong. Enggak. Dia cuman gabut dan bingung mau kemana. Tapi ya karena dia tau Taeyong bakalan mampir ke bar pagi ini jadi Sejeong memutuskan untuk pergi ke bar.

"Karyawan lo kok belom pada dateng? Masa bos yang duluan dateng sih?" Tanya Sejeong.

"Ini kan hari Senin."

Sejeong mengernyit, gadis itu merebahkan dirinya diatas sofa. "Hubungannya?"

"Libur lah bego! Plis deh, kak. Jangan keseringan gaul sama Xiaojun. Kasian ketularan begonya."

Sejeong terkekeh pelan. Ia baru ingat kalau hari ini hari senin. Yang mana bar akan tutup dan hanya orang-orang tertentu yang bisa datang. Seperti teman-temannya Jaemin.

"Terus lo kesini ngapain?" Tanya Sejeong.

"Ngambil duit. Nyetok barang. Terus ngampus. Kenapa sih jadi kepo banget? Se-suka itu sama Kak Taeyong?" Tanya Jaemin.

Dikit sih, tapi Taeyong sayang banget kalau enggak disukai.

"Jaem, barangnya dateng jam empat sore katanya."

Panjang umur. Crush yang selama ini Sejeong tunggu akhirnya datang. Gadis itu segera mendudukkan dirinya, tidak lupa merapihkan rambutnya.

"Oh, ada Sejeong. Ngapain?" Tanya Taeyong.

Padahal Sejeong lebih suka dipanggil, oh ada masa depan, ngapain? Tapi ya tidak masalah sih. Toh Taeyong juga belum tentu jadi masa depannya.

"Ngadem," jawab Sejeong. Sedangkan Jaemin berdecak sambil menatapnya sini. Dusta sekali.

"Jaem, barangnya dateng sore katanya." Sejeong menoleh ke arah sumber suara, Johnny nampak masuk ke dalam bar dengan pakaian santai, wajahnya kelihatan kayak orang baru bangun tanpa cuci muka langsung pergi ke bar.

"Iya. Tadi udah denger."

Johnny mengambil tempat duduk di samping Sejeong. Sedangkan Taeyong pergi ke area gudang bersama Jaemin untuk mengecek barang.

"Dari sekian banyak tempat kenapa lo dateng kesini? Seje, kalo orang lain liat lo bisa di cap cewek nakal."

Sejeong tidak peduli sih, "padahal kan bar nya si Jaemin gak undergrade banget. Yang dateng bukan kaleng-kaleng. Jadi ya, gapapa sih. Toh jodoh gue disini ngapain gue nyari ke tempat lain cuman karena gak mau di cap cewek nakal?"

Johnny setuju sih, "but I'm sure it's not just on that basis, right?"

Sejeong menyipitkan matanya, "hello, Mr. Seo. Sedeket apa sih kita sampe lo ngerasa paham sama diri gue?"

Johnny tertawa pelan. "Very clear. Everyone can guess that Taeyong is not someone you like. I mean, ada cowok lain yang lo suka tapi lo mundur karena hal lain."

"Pfftt, ngaco ah!"

Sejeong jadi gelagapan sendiri. Baru kali ini ada orang yang begitu peka terhadap lingkungan sehingga membuat Sejeong mati telak begitu Johnny mengatakan hal demikian.

Johnny nampak menyambar kunci motornya. "Mau bareng gak? Doyoung gak bakalan dateng hari ini. Raina sakit, lo ngerti kan?"

Sejeong terdiam, ia menatap layar ponselnya yang masih menyala menampilkan room chat antara dirinya dengan Doyoung.

"Be honest with yourself, don't shy away.  You don't want to lose before the war, do you?"

***

TBC

Nangkep kan?

[✓] Interminable Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang