Double up buat hari ini krn mood gua lagi bagus.
***
Kim Doyoung
Sejeong. Lo dimana?
Barusan gue ke rumah lo.
Dan lo gak ada.
Telepon gue kalo lo baca ini.Sejeong terdiam menatap layar ponselnya yang sejak tadi bergetar. Hampir dua puluh kali Doyoung menghubunginya, tapi tidak pernah Sejeong gubris sama sekali. Sejeong sengaja mengaktifkan ponselnya hanya untuk membuat Doyoung semakin khawatir.
"Kok gak di angkat?" Sejeong tidak perlu memberikan jawaban untuk Taeyong bukan?
"Sengaja," ucap Sejeong kemudian meneguk minumannya.
"Lo berantem sama dia?"
Sejeong tidak bisa membantah atau mengiyakan pertanyaan Taeyong itu. Tapi jika dilihat dari sudut pandangnya, Sejeong tengah marah pada pria itu. Benar-benar marah.
"Bales, Sejeong." Titah Taeyong.
"Gak bisa, dan gak mau."
"Sejeong," Taeyong memutar kursi Sejeong agar menghadap ke arahnya. Sejeong hanya terdiam, tidak mampu memberikan reaksi apapun terhadap pria di hadapannya itu. "Angkat, sebelum situasinya makin buruk. Lo gak mau kan Doyoung gak peduli lagi sama lo?"
"Buat apa? Gue sama dia gak ada apa-apa. Dia peduli cuman karena dia nganggap gue sahabatnya. No more and no less, both."
Taeyong jadi paham kenapa Doyoung pernah berkata padanya bahwa Sejeong itu sangat menyulitkan. Detik ini, Taeyong merasakan apa yang Doyoung bilang waktu itu. Menurutnya, Sejeong terlalu keras kepala dan selalu memojokkan dirinya sendiri. Terlebih pada orang yang menurutnya cukup berpengaruh dalam hidupnya.
"Jadi lo pengen Doyoung nganggep lo lebih?" Tebak Taeyong.
Exactly!
"Apa? Ada omongan gue yang salah?" Tanya Taeyong saat Sejeong melotot ke arahnya. Mau protes pun rasanya sia-sia, Taeyong mengetahuinya lebih dulu. "He is Doyoung--"
"--yang lo suka."
Sejeong menundukkan kepalanya dalam-dalam. Johnny ataupun Taeyong, mereka sama-sama pandai menebak seseorang. Padahal selama ini Sejeong sengaja agar terlihat menyukai Taeyong lebih dari apapun.
"Sini ponsel lo," pinta Taeyong.
"Buat?"
Taeyong mengambil paksa ponsel milik Sejeong, kemudian menekan ikon dengan gambar telepon. Taeyong juga menekan beberapa nomor dalam layar ponsel Sejeong.
"Save," ucap Taeyong, lebih terdengar seperti memberi perintah.
"Akhirnya lo mau kasih nomor lo juga yah--" ujar Sejeong sambil tersenyum miris, "--bukan karena lo kasian sama gue kan?"
Taeyong tertawa lebar. "Bukan. Gue tau dari Johnny, dan gue pikir udah gak ada alasan lagi buat nahan kasih nomor ponsel gue buat lo. Lo masih kepikiran buat deketin gue?" Tanya Taeyong.
Sejeong menggeleng, "nope. Gue mau coba hal baru, gak enak juga kalau perasaan gue terus-terusan gak ada jalan keluar."
Taeyong mengangguk. Sebenarnya tidak ada yang perlu dihindari dari sosok Sejeong ini. Cantik, baik, pintar, dan ramah. Cukup mendekati kriteria Taeyong sebenarnya. Cuman, Taeyong lebih memilih untuk tidak merespon orang yang tidak benar-benar menyukainya. Bukan hanya itu, Taeyong juga memiliki gadis lain yang sedang dia incar.
"Mulut lo bisa aja bilang lo suka sama gue, tapi mata dan hati lo gak bisa berpaling dari Doyoung. Lo mau nyerah?" Tanya Taeyong.
Sejeong meneguk habis minumannya, "lebih tepatnya mengikhlaskan. Gue gak mau ngejar orang yang lagi ngejar orang juga. Cape tau gak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Interminable
Fanfiction[COMPLETE] "If love cannot be conveyed, then why are hearts and feelings created?"--Kim Doyoung