***
Seperti apa yang dikatakan Doyoung, selepas pulang cari saja Doyoung di kantin atau dikosan Yuta. Tapi Raina tidak perlu memilih opsi pertama. Sudah pasti Doyoung ada di kosan Yuta pada jam sore seperti ini. Kantin pun memang tidak seramai jam makan siang, dan Doyoung merupakan tipe orang yang lebih suka diam di kosan Yuta ketimbang di kantin.
Raina ragu melanjutkan langkahnya saat menatap ada banyak sepatu di depan kosan Yuta. Siapa lagi kalau bukan teman-temannya yang Doyoung bilang kurang waras itu. Sebenarnya Raina lebih takut bertemu dengan Johnny, dan digoda oleh Xiaojun. Meskipun pria itu tidak sungguh-sungguh menggodanya tetap saja Raina takut.
"Kak Doy kenapa sih gak bawa hp?" Kesal Raina karena Pria itu tidak membawa ponsel, jadinya susah ditemui.
Raina menatap layar ponselnya, sempat terpikir untuk memutar badan dan pulang dengan memesan taksi. Tapi niatnya itu lebih dulu digagalkan Taeyong yang baru saja keluar dari kosan Yuta sambil membawa setumpuk sampah.
"Nyari Doyoung yah?"
Raina mengangguk pelan, dibanding dengan gadis-gadis lain dirinya jadi lebih membatasi diri sejak kejadian itu.
"Masuk aja. Orangnya lagi tidur," ucap Taeyong kemudian pergi untuk membuang sampah. Padahal kan masalahnya ada disana, Raina tidak mau masuk sendiri karena takut. Entahlah, mungkin Doyoung benar. Teman-temannya itu menyeramkan.
Raina semakin mendekat ke arah pintu, menatap ke dalam kosan yang sebenarnya tidak pantas disebut kosan. Tempatnya cukup luas dan tidak sesederhana kosan pada umumnya. Lebih terlihat seperti apartemen yang disewakan.
"Eh Rain, masuk." Ucap tuan rumah yang kebetulan melihat Raina begitu gadis itu berdiri di ambang pintu. Teman-teman Doyoung itu lantas menoleh dan meliriknya sekilas, setelah itu kembali pada aktivitas semula. Berbeda dengan Xiaojun yang langsung menghampirinya.
"Widih siapa nih, abang lo lagi tidur. Mau dibangunin sekarang?" Tanya Xiaojun sambil bersandar pada tembok.
"Rain sini makan dulu!" Berbeda dengan Xiaojun, Kun yang memang nampak paling normal langsung menyuruhnya makan. Bukan makan berat sih, hanya beberapa cemilan yang memang sedang mereka makan.
Raina langsung beranjak bergabung dengan yang lain, meninggalkan Xiaojun yang belum sempat melemparkan beberapa kalimat gombalan yang sudah dia dapatkan dari les privat bersama Jaemin dan Jaehyun.
"Eh ada Raina," sapa Sunhwa yang terlihat baru saja keluar dari toilet. Raina tersenyum balas sapaan gadis itu. Sunhwa nampak mengambil tempat duduk di antara Jaehyun dan Johnny.
"Mau di panggilin Kak Doy?" Tanya Sunhwa. Raina sempat terdiam, bagaimana Sunhwa nampak akur dan akrab dengan semua orang disini, sedangkan ia malah merasa takut.
"Suruh makan dulu, dek." Ujar Johnny.
Yuta memberikan sumpit dan mangkuk kecil untuk Raina. Mereka makan sambil mengobrol obrolan ringan, meskipun Raina paham tapi Raina masih merasa canggung kalau harus ikut mengobrol.
"Kok gak bilang ada adek gue?" Tanya Doyoung yang nampak baru keluar kamar dengan rambut yang acak-acakan dan mata yang terlihat masih mengantuk.
"Lo tidur udah kayak mayat sih bang," ucap Jeno.
Doyoung memutar bola matanya kemudian menguap. Akhir-akhir ini memang Doyoung sangat kekurangan tidur. Dia bertekad menyelesaikan skripsinya secepat mungkin. Tidak peduli jika nanti teman-temannya mengatakan bahwa dia tidak memiliki jiwa solidaritas. Masalahnya, mereka sudah ketinggalan satu tahun untuk menyelesaikan skripsi. Orang lain di angkatan mereka sudah lulus. Alasannya bermacam-macam. Ada yang ingin memperbaiki nilai, ada yang hanya ikut-ikutan, ada yang masih betah, dan ada yang bilang kalau mereka lulus populasi mahasiswa tampan di kampus akan habis.
"Makan aja dulu, habis itu pulang," titah Doyoung setelah Raina menatapnya dengan tatapan seolah bertanya pulang sekarang atau nanti.
Doyoung mengambil segelas air kemudian duduk di atas sofa. Ia sendiri sudah makan sebelum tidur tadi, jadi ia hanya memainkan ponselnya yang kebetulan sudah ia ambil sambil mengecek barangkali ada pesan masuk dari dosen pembimbingnya yang sudah hilang tanpa kabar selama dua minggu. Padahal Doyoung sudah ingin melakukan bimbingan agar skripsinya cepat kelar. Beberapa mahasiswa yang kebetulan tahu kemana dosen pembimbingnya itu mengatakan bahwa si dosen 'ghosting' memang selalu pergi ke luar negeri kalau ada mahasiswa yang ingin melakukan bimbingan.
Aneh, tapi memang begitulah kehidupan mahasiswa akhir. Dighosting dosen bimbingan bukan hal yang perlu diprotes atau dipertanyakan lagi. Dosen yang tiba-tiba sibuk, atau dosen yang sering mengulur waktu dengan berbagai macam alasan. Namun tidak jarang juga dosen yang baik, yang mandiri menagih hasil skripsi pada mahasiswanya. Menjadi mahasiswa akhir itu memiliki dua pilihan. Mengejar dosen atau dikejar dosen.
Ngomong-ngomong soal ponsel Doyoung, pria itu sebelumnya memang sudah pulang ke rumah. Namun ia kembali lagi ke kampus hanya untuk menjemput Raina, sambil ikut nongkrong di kosan Yuta juga sih.
"Kok lo mau sih masuk FK? Secara dokter kan sekolahnya gak sebentar?" Tanya Sunhwa.
"Ayah yang minta, kebetulan gue juga suka biologi."
Sunhwa membulatkan bibirnya. Lama kelamaan Raina mulai merasa enjoy karena orang-orang disana begitu mudah sekali berbaur dengan orang baru. Sebisa mungkin mereka menciptakan suasana yang tidak canggung apabila ada orang baru di sekitar mereka.
"Lo udah punya pacar?" Tanya Taeyong tiba-tiba, cukup keras. Sampai Doyoung mendengar dan langsung menatap ke arah keduanya. Jangan sampai Taeyong memiliki niat untuk mendekati Raina.
"Belum," jawab Raina seadanya. Taeyong hanya menganggukkan kepalanya.
"Lo cantik padahal, pasti banyak yang suka. Atau jangan-jangan lo yang masih belum move on dari si Jaemin?" Tanya Yuta, sengaja mengencangkan suaranya agar terdengar oleh Jaemin yang sedang menonton televisi sambil sesekali memainkan ponsel.
"Kalo si Junhwa denger pasti ngamuk sih," sindir Winwin.
Raina tersenyum canggung. Lagipula ia tidak ada niatan lagi untuk mendekati pria itu. "Cuman lagi gak mau aja kok," jawab Raina.
"Sama gue aja mau gak?" Tanya Xiaojun sambil mendekatkan tubuhnya ke arah Raina, tidak lupa menaik-turunkan alis matanya.
Doyoung yang mendengar itu langsung melayangkan bantal sofa ke arah kepala Xiaojun. Bantal itu berhasil mencium kepala Xiaojun sampai ia meringis. Fyi, bantal sofa di kosan Yuta sangat keras. Dipakai untuk diduduki saja rasanya tidak enak.
"Awas lo deketin adek gue!" Ancam Doyoung.
"Posesif amat jadi Kakak, gak si Johnny, si Doyoung, sama aja!"
Winwin menepuk pelan bahu Xiaojun, "lo gak tau rasanya jadi Kakak mending lo diem aja yah?"
Xiaojun mengerucutkan bibirnya, bertingkah seolah ia sedang merajuk. "Bodo amat, gue kan pacarnya Jaemin. Iya gak, Jaem!" Teriak Xiaojun. *)
Jaemin yang merasa namanya dipanggil langsung melotot. Mengelus dadanya yang hampir meledak karena kelakuan Xiaojun yang tidak berubah-berubah.
"Ya Tuhan, sembuhkan Xiaojun dari kebelokan ini." Ucap Jeno sambil mengadahkan tangannya.
Sontak semua orang disana menyebut "amin" secara bersamaan.
***
TBC
*)Kalo bingung kenapa Xiaojun bilang dia pacarnya Jaemin bisa kalian baca di book Acquisitive bab 25 - Clue Not Glue
Bagusnya sih kalian baca dari book Penitencia dulu, terus Acquisitive baru kesini. Soalnya ya emang kejadiannya pada nyambung gitu. Pasti ada beberapa scene sama alur yang gak kalian paham kalo skip baca dua book itu.
So guys, gua juga gak maksain sih gak baca juga gak masalah.
See you.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Interminable
Fanfic[COMPLETE] "If love cannot be conveyed, then why are hearts and feelings created?"--Kim Doyoung