***
Doyoung menatap Raina yang baru saja bergabung untuk sarapan. Dengan wajah cemberut, gadis itu mengambil satu lembar roti dan keju. Raina tidak suka roti dikombinasikan dengan selai, ia lebih suka dengan keju atau lebih baik tidak usah dikombinasikan dengan apapun. Doyoung masih memperhatikan gerak-gerik gadis itu. Di meja makan saja ia masih sibuk membaca beberapa jurnal dari ipad miliknya, tanpa melupakan roti yang ia genggam.
"Makan dulu yang bener," ucap Doyoung.
Merasa bahwa Doyoung berbicara kepadanya, Raina hanya menatap pria itu sejenak kemudian kembali tidak peduli. Gara-gara kejadian semalam, Doyoung harus rela dimusuhi oleh Raina seperti ini. Lucu yah, padahal dulu Doyoung yang memperlakukan Raina seperti ini. Dan sekarang keadaan berbalik, pantas memang jika Doyoung mendapat imbalannya.
"Rain," panggil Gongmyung. Gadis itu segera meletakkan ipadnya ke dalam tas dan menyimpan kacamata bacanya. Raina kemudian mengambil lagi satu lembar roti lapis kali ini tidak ditambah apapun.
Ajaib memang, baik Doyoung dan Raina memang tidak bisa membantah ucapan Gongmyung sama sekali.
"Kak Myung, hari ini mau anterin Raina gak?" Tanya Raina. Myung adalah panggilan kesayangan Raina untuk kakak sulungnya.
"Loh biasanya kan sama Doyoung," ucap sang kepala keluarga.
Gongmyung menatap Raina dan Doyoung secara bergantian. Kemudian paham kenapa Raina memintanya untuk mengantarkannya ke kampus.
"Ya udah nanti gue--"
"Gak!" Potong Doyoung. "Gak usah repotin Kak Gongmyung lah." Nada suara Doyoung kembali seperti dulu, dan hal itu cukup membuat Raina merasa trauma.
Namun begitu Doyoung memahami perubahan ekspresi pada raut wajah Raina, pria itu langsung meminta maaf dan pergi menuju mobil tanpa menghabiskan sarapannya.
Doyoung tidak tahu bahwa ternyata Raina mengikutinya sampai ke mobil. Dengan roti yang masih belum habis, gadis itu masuk ke dalam mobil kemudian duduk dan memakai sabuk pengaman. Tidak peduli dengan tatapan Doyoung. Rotinya lebih berharga untuk saat ini ketimbang harus meladeni sikap Doyoung.
Mau bertanya pun rasanya tidak perlu. Doyoung paham, mungkin Raina masih marah kepadanya. Jadi dia lebih memilih untuk segera pergi menuju kampus.
"Pulang jam berapa?" Tanya Doyoung.
Raina tidak menjawab. Ia masih sibuk membaca beberapa jurnal yang belum sempat dia pelajari. Doyoung memutar bola matanya malas. Rasanya ia dan Raina seperi sepasang kekasih yang sedang bertengkar.
"Gue tunggu lo di kantin, kalo gak ada cari aja di kosan Yuta. Hp gue gak kebawa," ucap Doyoung setelah menyadari bahwa ia meninggalkan ponselnya di atas nakas.
"Gak usah," jawab Raina sebelum akhirnya keluar dari dalam mobil. Doyoung pasrah menatap kepergian Raina yang masih menyimpan amarah padanya.
Raina pun begitu, masih kesal karena Doyoung terlalu ikut campur dalam urusannya. Ia tidak enak kalau nanti bertemu dengan Renjun. Entah nantinya Renjun akan menjauhinya atau tidak, Raina tidak peduli. Ia hanya perlu meminta maaf atas perlakuan Doyoung.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Interminable
Fanfic[COMPLETE] "If love cannot be conveyed, then why are hearts and feelings created?"--Kim Doyoung