H16

2.8K 431 30
                                        

*16*

Jaemin ada di pelukan Jeno saat ini, dia baru saja selesai menangis, dengan Jeno yang setia memeluknya dan mengusap punggungnya. Jeno bahkan tidak protes atau memberikan banyak pertanyaan, dia hanya diam membiarkan Jaemin menangis sepuas yang dia mau.

"Sudah selesai menangisnya?" tanya Jeno, Jaemin mendongak, wajahnya basah air mata, bibirnya bergetar, hidung kecilnya memerah lucu, pipi chubbynya basah air mata dan merona merah. Jeno mencium kening Jaemin karena terlalu gemas dengan wajah yang Jaemin tunjukkan.

"Jeno~" Jeno hanya tersenyum dan mengusap kepala Jaemin.

"Sekarang, ganti bajumu dengan pakaian yang lebih nyaman." Jaemin bangun dia hendak mengusap air matanya, namun ditahan Jaemin.

"Biar aku usap saja, kau mengusapnya begitu kasar nanti malah matamu yang terluka." Jaemin hanya diam menerima perlakuan manis dari Jeno.

"Jeno-ya" panggil Jaemin dengan suara serak karena habis menangis.

"Hmmm? Ganti baju dulu ya?" Jaemin menurut lalu turun dari kasur dan pergi ke ruang ganti. Dia mengganti pakaiannya dengan piyama, tak lupa dia mencuci mukanya, dia yakin matanya akan bengkak. Cukup lama Jaemin di ruang ganti dan kamar mandinya. Saat keluar, Jeno ada di kamarnya dengan sebaskom air dan handuk.

"Aku kompres dulu matamu, kemarilah." Jaemin mendekat, dia membaringkan tubuhnya, Jeno pun dengan telaten mengompres mata Jaemin, yang memang terlihat bengkak.

"Jeno, menginap?" tanya Jaemin, Jeno mengangguk.

"Aku sudah izin Taeyong hyung dan appa, tenang saja." ujar Jeno.

"Tidur denganku ya?" Jeno hanya mengangguk, dia masih sibuk mengompres mata Jaemin yang terlihat bengkak.

"Aku perbaiki dulu posisimu, jadi kau bisa tidur dengan nyaman." Jaemin bangun dari posisinya dan Jeno memposisikan beberapa bantal, sehingga Jaemin akan tidur dengan posisi kepala lebih tinggi.

"Kembalilah berbaring" Jaemin menurut, Jeno sudah tidak mengompres mata Jaemin lagi. Dia kini mengusap kepala Jaemin dengan lembut, usapan yang lembut di kepala cukup membuat Jaemin terbuai, tak lama mata Jaemin memberat dan dia jatuh tertidur. Meski Jaemin sudah tidur, Jeno tetap mengusap kepala Jaemin, baru setelah mendengar dengkuran halus Jaemin, Jeno berhenti dari kegiatannya. Jeno berdiri dari posisinya dan mematikan lampu kamar Jaemin, hanya menyalakan lampu tidur. Pintu kamar mandi ia tutup. Jeno pergi keluar dengan baskom juga handuk yang tadi ia gunakan untuk mengompres.

Jeno turun dan menuju dapur, di ruang tv, Jongin terlihat sedang menenangkan Sehun. Jeno pun membereskan baskom dan mencuci bersih handuknya. Tak lama ia keluar dari pintu sebelah dapur untuk ke mobilnya dan mengambil baju ganti yang memang selalu ia bawa. Jeno kembali masuk setelah memastikan mobilnya aman.

"Kau menginap Jeno-ya?" tanya Sehun saat melihat kembali masuk. Jeno mengangguk.

"Yasudah ganti bajumu, dan pergi cuci bajumu yang sekarang, kau tahu kan ruang laundrynya?" Jeno mengangguk lalu pergi ke kamar mandi di lantai satu untuk bersih diri, dia setidaknya ingin menyegarkan pikirannya. Tenang saja, dia bawa peralatan mandi sendiri.

***

"Jadi, ada apa saat makan malam tadi?" tanya Sehun pada Jeno yang sudah selesai dengan urusannya. Jongin datang dan memberikan segelas coklat panas pada Jeno.

"Sebenarnya, tadi saat acara makan malam, semua berjalan dengan lancar, Nyonya Kim tidak banyak bicara, semua didominasi oleh Ahra dan Jaemin juga aku dengan Tuan Kim. Tapi mungkin karena tidak merasa dianggap Nyonya Kim mengatakan 'Pengganggu kecil hanya ingin menjauhkanku dari keluargaku', memang tidak jelas ditujukan pada siapa, tapi itu benar-benar mengarah pada Jaemin karena jelas sekali dia tidak akan mengatakan hal buruk pada putri kecilnya." jelas Jeno secara singkat mengenai kejadian yang dialami di restoran tadi.

"Dia mengatakan itu?" tanya Sehun, Jeno mengangguk.

"Kau bisa hubungi Tuan Kim sendiri hyung." ujar Jeno.

"Jaemin langsung meminta pulang setelah itu?" tanya Jongin, Jeno menggeleng.

"Awalnya dia masih bertahan, Tuan Kim sendiri pun berusaha memperingatkan istrinya, Ahra kecil tidak paham apa-apa hanya tetap bermain dengan Jaemin. Tapi saat mata Nyonya Kim menatapku, emm... aku... aku ragu mengatakan ini padamu." ujar Jeno, Sehun dan Jongin menatap Jeno.

"Apa hal itu sangat menyakitkan?" tanya Jongin. Jeno diam.

"Aku tidak tahu, kalau untukku tidak terlalu, tapi-" Sehun menatap Jeno.

"Ini ada hubungannya dengan orientasi sex kami, benar?" terka Sehun, Jeno menatap Sehun dan mengangguk kecil.

"Katakan padaku, apa yang wanita itu katakan." pinta Sehun.

"Nyonya Kim menatapku dan berkata, 'Aku tidak pernah melahirkan seorang anak yang berkencan dengan sesama jenisnya, menjijikkan' b-begitu." Jeno terdiam takut saat melihat sosok Sehun yang nampak mengerikan di matanya.

"Dia mengatakan itu?" tanya Sehun.

"Hubungi Tuan Kim dan beliau akan mengatakan semuanya padamu hyung." ujar Jeno.

"Sehun-" tegur Jongin, Sehun berusaha keras mengendalikan amarahnya dan menatap Jeno juga Jongin.

"Perbedaan appa dan eomma sangat kontras, appa meski beliau berganti marga dan nama, beliau masih memperhatikan kami dari jauh, terbukti dari hubunganku dengan appa tidak terlalu buruk meski tidak baik juga, beda dengan appa, eomma sudah benar-benar membuang kami, tidak menerima kami lagi di kehidupan barunya, itu lah kenapa Ahra tidak tahu apapun tentang kami. Meski aku dan appa sering bertengkar dan berbeda pendapat, tapi appa tidak pernah berusaha untuk menyinggung apapun mengenai kehidupan privasiku." ujar Sehun menjelaskan.

"Jeno-ya" Jeno menatap Sehun.

"Kau- masih yakin dengan perasaanmu pada Jaemin?" Jeno mengangguk mantap.

"Kalau begitu, tolong jaga adikku ya?" Jeno mengerjap.

"Tanpa kau minta pun aku akan menjaganya hyung, waeyo?" tanya Jeno.

"Tidak ada apa-apa, aku hanya takut karena kau mendengar perkataan eomma tadi kau menjauhi Jaemin." sontak Jeno tertawa mendengar itu.

"Hahahaha itu konyol" tawa Jeno, Sehun dan Jongin hanya menatap tidak mengerti pada si pemuda tampan Lee satu itu.

"Hyung, kau tenang saja, aduh perutku sakit, hahaha aku tidak seclose minded itu, terlebih pada sosok namja yang aku cintai dengan segenap jiwaku, kau tenang saja, perkataan seperti itu bukan apa-apa untukku, aku sudah siap dengan segala hal yang akan aku hadapi ke depannya saat aku sudah menetapkan hatiku pada Jaemin. Tenang saja, aku bisa menghadapinya. Hyungku saja bisa, kau juga bisa, kenapa aku tidak?" Sehun tersenyum puas mendengar itu.

"Terimakasih Jeno-ya"

"Bukan masalah"

***

Sehun memeluk Jongin di atas kasurnya, dia mengusap punggung beruang kesayangannya. Pembicaraannya dengan Jeno tadi kembali terulang, dia bahkan masih tidak percaya ibunya akan setega itu mengatakan hal yang cukup sensitif kepada Jaemin.

"Kau masih memikirkan perkataan ibumu?" tanya Jongin sembari mendongak, menatap wajah Sehun dari bawah. Sehun yang mendengar suara sang kekasih pun menundukkan kepala, dia lantas mencium kening Jongin.

"Ne, begitulah. Aku tidak terlalu terbebani dengan itu, tapi beda denganku, Jaemin pasti memikirkannya." ujar Sehun.

"Kenapa kau tidak bicara berdua saja dengannya besok? Atau bicara berempat sekalian denganku dan Jeno?" tanya Jongin.

"Entahlah sayang, aku rasa besok bukan waktu yang tepat, anak itu pasti akan banyak diam seharian besok." ujar Sehun sembari mengeratkan pelukannya.

"Kalau begitu kita pikirkan besok saja, sekarang tidur, istirahatkan pikiranmu, adikmu juga sudah tenang dan ada di tangan yang tepat." ujar Jongin, Sehun mengangguk.

"Selamat tidur baby gom"

"Selamat tidur my soon to be hubby."

**H16**

[HUNKAI-NOMIN] HAPPINESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang