H7

3.2K 518 25
                                    

*7*

Sehun baru saja selesai menghubungi kuasa hukum dari keluarganya dulu, yang sampai sekarang ternyata masih jadi kepercayaan ayahnya. Dan dari pembicaraannya dengan kuasa hukumnya, Sehun baru tahu jika ternyata ayahnya meninggalkan harta cukup, lebih dari cukup, banyak padanya dan Jaemin. Sialnya, Sehun baru tahu itu sekarang, saat ia sudah berhasil membangun cafenya sendiri.

Jaemin sendiri di sofa seberang menatap Sehun malas, hyungnya satu ini memang pintar tapi kadang juga bisa bodoh.

"Appa tidak seburuk itu meninggalkan kita tanpa hak waris, mungkin memang benar appa selingkuh dan kita kehilangan posisi sebagai pewaris, tapi Appa tidak sekejam eomma yang meninggalkan kita tanpa sedikitpun uang, appa meninggalkan banyak harta untuk kita." ujar Jaemin.

"Tahu darimana kau mengenani ini?" tanya Sehun heran, karena setahunya Jaemin paling tidak peduli pada pembagian hak waris yang beberapa kali kerap ayahnya bicarakan.

"Setidak pedulinya aku, aku masih tahu apa-apa saja yang menjadi hak kita. Aku memang tidak peduli perihal masalah pewaris itu, aku juga tidak terlalu peduli appa pembagian harta itu, tapi aku sangat ingat saat kau berusia tujuh belas tahun kau mendapat tambang itu sebagai hadiah karena kau berhasil mendapat predikat siswa berprestasi dan memenangkan olimpiade." ujar Jaemin.

"Selain pertambangan itu, apalagi yang kau tahu?" tanya Sehun.

"Ada dua yang appa berikan padaku, dan appa mengatakan itu padaku langsung, perkebunan anggur dan peternakan domba. Tapi appa pernah bilang karena usiaku belum cukup, appa mempercayakan itu pada tangan kanannya, namanya Park Jungsoo, atau kita kenal sebagai Paman Leeteuk. Beliau yang mengurus dua hal tersebut, dan mengembangkan bisnis itu, hanya saja aku tidak tahu bagaimana cara menghubungi beliau." ujar Jaemin.

"Aku pertambangan, eh tunggu itu tambang apa?" tanya Sehun.

"Oh astaga hyung sayang! ITU PERTAMBANGAN DIMANA KITA BISA MENDAPATKAN BATU AMETHYST!!!" jawab Jaemin kesal, hyungnya yang punya tambang tapi hyungnya sendiri yang lupa pertambangan itu isinya apa.

"Astaga Baby Na, iya iya maaf tidak usah teriak-teriak juga sayang, kasihan tenggorokanmu." Jaemin mendengus mendengar hyungnya berkata seperti itu.

"Habis hyung juga ngeselin, bisa-bisanya lupa sama hadiah dari appa." ujar Jaemin. Sehun hanya bisa menggaruk tengkuk belakangnya.

"Besok aku akan menemui Tuan Choi untuk mengurus hak waris itu." ujar Sehun, Jaemin mengangguk.

"Tolong cari tahu juga bagaimana cara menghubungi Tuan Park, karena kita juga butuh tahu bagaimana perkembangan perkebunan dan peternakan milikku." Sehun mengangguk paham.

"Hari ini kau mau keluar atau bersantai di rumah?" tanya Sehun.

"Santai di rumah, menemani hyung." Sehun tersenyum kecil sebelum dia berdiri dan menepuk kepala sang adik sebelum pergi ke lantai atas.

***

Jeno menatap skeptis pada sosok Jaehyun yang sudah hampir dua tahun ini pergi untuk menempuh pendidikannya.

"Hyung yakin orang tua hyung sudah merestui hubunganmu dengan Taeyong hyung? Atau malah mereka sudah menyiapkan wanita atau pria submissive lain untuk hyung." Jaehyun menghela nafas saat mendengar perkataan Jeno. Saat ini mereka berdua sedang duduk berdua, sedangkan Taeyong bekerja.

"Kalau kau mau tahu, orang tuaku sebenarnya sudah setuju aku dengan Taeyong, tapi karena tahu aku masih bocah ingusan di mata mereka, jadi mereka membuat taruhan denganku, jika aku berhasil sekolah dua tahun di luar negeri sekaligus mengelola bisnis keluarga, mereka akan benar-benar merestuiku dengan hyungmu. Orang tuaku hanya takut aku tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup Taeyong, itu saja sih." jawab Jaehyun panjang.

"Ahh begitu rupanya, aku pikir seperti yang di drama-drama begitu, yang hyung disuruh sekolah ke luar negeri tapi sebenarnya rencana orang tua hyung untuk menjauhkan hyung dari kekasih hyung." ujar Jeno.

"Aku tidak ingat kau suka menonton drama, Jen." ujar Jaehyun. Jeno menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

"Aku teracuni Renjun dan Haechan haha" Jaehyun geleng kepala.

"Sejauh mana kau teracuni oleh dua bocah berisik itu?" tanya Jaehyun.

"Hmm... Penthouse? Vincenzo? Tapi aku sedang tertarik Vincenzo akhir-akhir ini." ujar Jeno jujur. Jaehyun terkekeh.

"Menggemaskan sekali" pipi Jeno merona merah.

"Oh ne, apa kau sudah punya kekasih? Terakhir aku bertemu denganmu kau baru saja putus dengan Sunhee, apa sekarang kau sudah ada penggantinya?" tanya Jaehyun, Jeno mengangkat kedua bahunya.

"Belum ada sih, aku sedang tidak ingin berhubungan dengan orang lain." ujar Jeno.

"Karena dia mantan terindah?" Jeno menyeringai.

"Dia terburuk dari yang terburuk." mendengar itu Jaehyun menatap tak mengerti, karena selama ia mengenal Jeno juga kekasihnya, gadis itu nampak selalu bertingkah manis.

"Apa yang terjadi antara kau dan dia?" tanya Jaehyun penasaran.

"Saat ulang tahunku, aku menemukannya tengah bersetubuh dengan sahabatnya sendiri, Jiho, dan itu di apartement lamaku. Aku memutuskannya saat itu juga, dan aku menjual apartement itu. Aku tidak membawa benda apapun dari sana, dan cari apartement baru dimana sekarang aku tinggal dengan Taeyong hyung." Jaehyun menatap tak percaya mendengar itu.

"Darimana kau tahu itu?" tanya Jaehyun.

"Dia mengirim pesan padaku kalau dia akan ke apartementku, hari itu aku sebenarnya akan pulang terlambat, karena bimbingan belajar untuk ujian tes masuk ke universitas, dan aku mengatakan padanya, iya tunggu saja di sana tapi aku akan pulang terlambat, tapi ternyata hari itu aku pulang lebih awal, yang biasanya pukul sembilan malam, jadi pukul tujuh malam, karena hari itu hari ulang tahunku, aku senang-senang saja, tapi saat sampai di apartement, itu yang terjadi." ujar Jeno, Jaehyun jadi kasihan mendengarnya.

"Jadi, apa kau benci pada hari ulang tahunmu sendiri?" tanya Jaehyun.

"Tidak juga, dulu iya sempat, tapi sekarang sih tidak." ujar Jeno.

"Baguslah" Jeno mengangguk, lalu dia bangun dari posisi duduknya.

"Aku kembali kerja dulu ya hyung?" Jaehyun mengangguk.

***

PRANG

Jongin hanya bisa menahan tangis dan sakit, pecahan gelas itu mengenai kakinya. Appanya lagi-lagi melakukan kekerasan padanya saat sore hari. Appanya pulang dengan amarah, dia bilang Tuan Kim, calon besannya, appa dari Jaeyoung mengatakan akan membatalkan pertunangan itu karena putranya sudah punya kekasih sendiri. Amarah yang dipendam ayah Jongin dilampiaskan pada Jongin.

'Sehun-ah, tolong'

"Cih! Anak tidak berguna!" dan sang ayah pergi dari sana dengan membanting pintu dan mengunci pintunya seperti biasa. Baru setelah itu tangis Jongin pecah. Saat ini yang bisa Jongin harapkan adalah kebahagiaan.

***

**H7**

[HUNKAI-NOMIN] HAPPINESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang