Jeno menatap tak mengerti Jaemin yang tiba-tiba menawarinya menjadi model. Benar-benar Jaemin berbicara spontan, saat mereka sedang makan.
"Kau bilang- apa? Model?" Jaemin mengangguk.
"Kau menawariku?" Jaemin mengangguk lagi.
"Tempatku bekerja kesulitan mencari model yang cocok untuk menjadi model pakaian keluaran terbarunya. Kau pernah kenal brand pakaian Jophrodite dan Chittasos?" Jeno mengangguk, salah satu pakaiannya berasal dari brand itu.
"Kau kerja di sana?" Jaemin mengangguk.
"Dan mereka mengeluarkan jenis jas baru dan kesulitan mencari model, kebetulan kau... uhm... ya kau tampan dan punya proposi tubuh sempurna, bisa cocok menjadi model, kupikir?" Jeno menatap Jaemin, mencari kebohongan di sana, siapa tahu si manis di hadapannya ini menipunya?
"Tidak, terimakasih, aku tidak minat." ujar Jeno langsung menolak, bahu Jaemin yang tadi naik jadi langsung menurun, dan dia memakan makanannya dengan ogah-ogahan.
"Aku akan bayar" ujar Jeno tiba-tiba.
"Tidak usah, kau hanya perlu bayar bagianmu, dan aku bayar bagianku saja. Aku tidak mau berhutang padamu." ujar Jaemin. Jeno mendengus.
"Apa gara-gara penolakanku sikapmu jadi berubah sinis begini?" tanya Jeno, Jaemin menatapnya sekilas dan kembali makan.
"Tidak tahu" Jeno mengepalkan tangannya, berusaha sabar menghadapi namja manis di hadapannya itu.
"Kalau aku mau jadi model, apa kau mau merubah sikapmu ini?" tanya Jeno.
"Jika tidak mau yasudah tidak usah dilakukan, tidak usah pakai kata 'kalau'." ujar Jaemin, Jeno menghembuskan nafas kasar sebelum akhirnya dia lanjut makan dengan kesal. Entahlah, dia merasa kesal saja entah mengapa.
***
Jeno dan Jaemin sama-sama selesai makan, keduanya pun juga bersiap untuk keluar, Jeno lah yang membayar semua makanan mereka setelah mereka melakukan janken untuk menentukan siapa yang akan membayar. Jeno kalah dan dialah yang bertanggungjawab untuk membayar.
"Kamsahamnida" dua pemuda itu segera keluar dari tempat makan tersebut dan kembali berjalan.
"Kau mau kemana setelah ini?" tanya Jeno berusaha memecah keheningan pada keduanya.
"Tidak tahu, mau jalan-jalan saja." keduanya berhenti di sebelah lampu merah, menunggu lampur merah menyala hijau untuk para pejalan. Jeno masih berdiri di samping Jaemin.
"Siapa yang mengikutimu, kebetulan aku harus ke seberang juga, jangan terlalu percaya diri." ujar Jeno sembari menoel gemas hidung mungil Jaemin sebelum dia berjalan lebih dulu karena lampu yang sudah berubah hijau.
Jaemin terpaku sesaat sebelum dia menghentakkan kakinya sebal dan mengikuti langkah pemuda di hadapannya, menyebrang jalan.
Jaemin berjalan menyusuri daerah pertokoan yang menjual barang-barang antik, dia menatap salah satu toko antik yang menarik minatnya. Dia memutuskan untuk masuk ke dalam. Matanya langsung dimanjakan dengan berbagai macam hiasan ala vintage dan beberapa barang kuno yang nampak menawan di matanya. Dia tertarik pada sebuah kotak musik dan sebuah snow globe.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.