H24

2.4K 327 8
                                        

*24*

Dua bulan selepas Jeno mengatakan jika dia akan menyerah untuk membuat Jaemin ingat, dan mengatakan jika mereka berdua akan kembali membuat kenangan baru, saat ini Jeno dan Jaemin ada di tempat Johnny dan Ten. Mengurus pakaian pengantin mereka yang sempat terhenti pembuatannya.

Ten kembali mengukur ulang tubuh Jaemin dan Jeno, karena jelas terlihat perubahan dari kedua sosok tersebut.

"Jeno" Jeno yang dipanggil oleh Johnny menoleh.

"Kau yakin untuk membuat ulang kenangan kalian?" tanya Johnny, Jeno mengangguk membenarkan.

"Aku tidak bisa melihatnya kesakitan, lebih baik dilupakan saja, toh kami masih bisa membuat kenangan indah yang baru bersama. Aku selalu berharap dia ingat kembali apa yang sudah kita lalui, tapi kalau memang tidak bisa mengingat ya tidak masalah, aku tidak ingin membuatnya sakit karena berusaha mengingat itu semua." jawab Jeno.

"Kau setegar itu, huh?" Jeno hanya tertawa pelan mendengarnya.

"Katakanlah aku seperti itu."

Johnny hanya mengukir senyum, di dalam hatinya dia mendoakan kebahagiaan untuk Jeno dan Jaemin. Mereka berdua berhak untuk bahagia setelah menjalani masa seperti ini.

***

"Custom?" tanya Jongin pada Jeno yang kini duduk di depannya bersama sang adik ipar. Baik Jeno dan Jaemin saat ini tengah mengunjungi toko perhiasan yang dipimpin olehnya. Jaemin bilang, Sehun menyarankan mereka untuk ke tempat ini jika ingin mencari cincin nikah. Sehun duga Jaemin sendiri lupa akan harta kekayaan yang diwariskan pada mereka.

"Ne, aku mau cincin custom, apa bisa hyung?" tanya Jeno.

"Kami rasa kalau custom, itu akan membuat kami memiliki ciri khas sendiri." sambung Jaemin, Jongin nampak berpikir sebentar.

"Baiklah, tunggu sebentar ya" Jongin pergi menemui pegawainya, bertanya dimana biasanya perhiasan di toko mereka dibuat. Setelah mendapat hal yang dimau, Jongin kembali ke tempat Jeno dan Jaemin.

"Model seperti apa yang kalian mau?" tanya Jongin, Jeno dan Jaemin saling pandang sebelum sama-sama mengukir senyum.

"Silver bertahta ruby." jawab keduanya kompak.

***

Jaemin menatap gedung yang akan menjadi resepsi pernikahannya bulan depan. Meski masih bulan depan, tapi persiapannya sudah dimulai dari sekarang, gedung tempat yang disewanya ini sudah memasuki tahap penataan dekorasi. Jaemin mendekati Jeno yang sedang berbicara dengan WO yang mereka sewa jasanya.

"Jeno" Jeno menatap sang pujaan hati saat penanggungjawab WO yang disewa mereka pergi.

"Ada sesuatu?" tanya Jeno, Jaemin mengangguk.

"Aku ingin mendesain undangan pernikahan kita sendiri, boleh?" tanya Jaemin, Jeno tersenyum dan mengangguk.

"Tentu saja boleh sayang, buatlah undangan pernikahan kita sendiri, nanti aku temani, oke?" Jaemin tersenyum manis, lega mendengarnya.

"Apa kau tidak sibuk?" tanya Jaemin, Jeno menggeleng.

"Aku tidak sibuk, pekerjaanku tinggal sedikit lagi, jadi aku bisa fokus menyiapkan pernikahan kita." ujar Jeno. Jaemin mengangguk paham.

"Ah ne, Jeno, apa kita akan tinggal bersama Sehun hyung atau bersama kedua orang tuamu atau tinggal sendiri berdua?" tanya Jaemin.

"Untuk tahun pertama, aku berencana untuk tinggal bersama dengan eomma dan appa dulu, tapi apa kau akan nyaman tinggal dengan keluargaku? Jika tidak nyaman, kita tinggal di apartement lamaku tidak masalah." ujar Jeno. Jaemin menggeleng cepat.

"Aku tidak masalah, tidak apa-apa, aku juga harus beradaptasi dengan keluargamu juga kan? Aku tidak hanya menikahimu tapi juga seluruh keluargamu, jadi aku harus bisa menyamankan diri dengan mereka semua." Jeno mengusap kepala Jaemin sayang, dia lalu mencium kening si manis.

"Ne, tapi jika memang merasa tidak nyaman, katakan padaku ne?" Jaemin mengangguk.

"Nah kajja, masih banyak yang harus kita persiapkan." Jaemin membiarkan Jeno menggenggam tangannya dan membawanya pergi keluar dari gedung pernikahan.

***

Sehun menatap Jaemin yang sedang duduk sendiri di teras belakang rumah. Adiknya itu nampak tengah melamun sembari menatap langit.

"Temani dia" ujar Jongin dari balik badannya. Sehun berbalik menatap pasangan hidupnya.

"Apa tidak apa? Aku rasa dia hanya ingin waktu sendiri saja." ujar Sehun, Jongin menggeleng.

"Temani saja, aku akan mengurus anak-anak." Sehun pun menurut, setelah mencium bibir sang istri dia pun melangkah mendekati adiknya.

"Baby Na" Jaemin tersentak saat Sehun memanggilnya dan menepuk bahunya. Dia mendongak dan menemukan hyungnya ada di sampingnya.

"Ah hyung, duduklah." Sehun duduk di sebelah Jaemin.

"Ada yang mengganggumu? Sejak tadi hyung perhatikan kau nampak diam melamun." Jaemin hanya menghela nafas, Sehun mengernyit heran.

"Ada apa? Kau ada masalah dengan Jeno?" tanya Sehun lagi, Jaemin menggeleng.

"Aniyaa, hanya- bagaimana aku menjelaskannya, Jeno itu aneh." Sehun mengerjap beberapa kali, mencoba mencerna maksud sang adik.

"Aneh bagaimana?" Jaemin menatap hyungnya.

"Bagaimana bisa dia menikahi orang yang lupa ingatan, bahkan orang itu pasti tidak akan mengigat semua hal tentang dirinya dan semua orang disekitarnya? Jeno- menurutku- terkesan terlalu meremehkan masalah amnesia yang ku alami." Sehun mengangguk kecil, mulai paham maksud perkataan adiknya.

"Tidak, dia bukannya meremehkan, dia merelakan. Dia sudah berjuang selama ini, berjuang menunggumu hingga kau sadar kembali, bahkan sebenarnya dia bisa saja meninggalkanmu dan menikah dengan orang lain, tapi tidak pernah dia lakukan. Sudah menunggumu lama untuk bangun, saat kau sudah bangun, dia malah dihadapkan pada sebuah kenyataan namja yang paling ia cintai justru mengalami amnesia, tidak mengingat siapapun kecuali hyungnya sendiri." Jaemin menggigit bibir saat mendengar itu, Sehun mengusap bibir sang adik.

"Sekali lagi, dia tidak meremehkan, dia hanya merelakan semuanya. Keputusan ini bukan hal mudah untuk diambil olehnya. Mau kau ingat dirinya atau tidak, dia tetap akan menikahimu, karena begitulah Jeno, cintanya padamu sangat besar." ujar Sehun. Jaemin terdiam merenung.

"Aku tidak pernah memikirkan apa yang Jeno rasakan." Sehun mengusap kepala adiknya dengan lembut.

"Lakukan semuanya secara perlahan, tidak perlu terburu, waktu kalian sangat panjang." ujar Sehun, Jaemin mengangguk kecil.

"Terimakasih hyung." Sehun memeluk sang adik.

"Ahh~ hyung tidak menyangka jika adik hyung akan segera menjadi milik orang lain." Jaemin tidak membalas perkataan Sehun, dia hanya mengeratkan pelukannya pada hyungnya.

"Aku tetap adik hyung." Sehun tertawa kecil mendengar itu.

"Ne, kau tetap adik hyung." ujar Sehun dan mencium pucuk kepala sang adik.

"Baby Na, mau berjanji pada hyung?" Jaemin mendongak menatap hyungnya.

"Janji apa hyung?" tanya Jaemin.

"Janji untuk selalu bahagia?" Jaemin terdiam sebelum dia mengangguk.

"Ne, Nana janji akan bahagia, hyung juga ya?" Sehun mengangguk, dan kelingking keduanya saling terkait kemudian. Mereka sudah berjanji satu sama lain.

'Hanya akan ada kebahagiaan untuk kita.'

**H24**

[HUNKAI-NOMIN] HAPPINESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang