26.

7.6K 578 25
                                    

"Nadien," ucap Naya tiba-tiba.

Malik yang semulanya menatap lurus kedepan sontak mengedarkan pandangannya.

"Kenapa?" Ucap keduanya bersamaan. Kemudian hening tak ada yang mencoba untuk mencairkan suasana di tengah keramaian kota, namun bisu di antara keduanya.

Naya mengembuskan napas berat.

"Naya," ujarnya kini menyebut namanya sendiri. Ia memperhatikan detail dari reaksi Malik.

I know i'm not the one.

"Kenapa, Naya?" Malik menoleh dan memandanginya lama. Mencari maksud atas ucapan Naya dari matanya.

Yang di tatap begitu perlahan menunduk mencegah Malik untuk menatapnya. "Ayo, pulang!"

Ia berdiri lebih dahulu menuju mobil Malik di parkirkan.

Sungguh, Malik bingung melihat Naya yang bertingkah samar. Sendirinya juga  kesulitan mengontrol dirinya di dalam sana. Berperang melawan masa lalu.

"Antar aku pulang," pintanya setelah Malik meninjak pedal gas.

"Ini kita mau pulang, Nay,"

"Ke asrama,"

Malik mengernyit heran, "apartemen tempat kamu pulang."

"Gimana aku pulang ke tempat yang bukan rumahku?" Naya terus berucap tanpa memandangi Malik.

"Maksud kamu apa?" Tanya Malik dengan suara beratnya yang lembut.

"Aku pikir kamu rumah. Setelah pergi jauh untuk waktu yang lama, aku pikir kamu rumah karena kita di pertemukan lagi."

Keduanya diam, Malik menunggu Naya melanjutkan ucapannya dan Naya meremas mantel Malik yang melilit di tubuhnya untuk menyalurkan segala emosi yang bercampur di hatinya.

"Aku pikir... Aku rumahmu, dan kamu rumahku. Tapi aku salah. Aku nggak menyadari hal kecil yang seharusnya bisa jadi jawaban dari dulu," Malik mulai panik mendengar ucapan Naya. Apa maksud gadis ini sebenarnya?

"Kamu sendiri sadar, kalau Nadien punya tempat utama di hati kamu. Di, hidup kamu. Aku cuma gubuk yang kamu singgahi, kan? Sejauh manapun kamu pergi, senyaman apapun persinggahan kamu, tempat kamu pulang tetaplah rumah. Dan rumah kamu itu Nadien, bukan aku..."

"Jangan bohong sama diri sendiri, Malik. Aku udah biasa terima kecewa, tapi rasanya aku nggak bisa biarin kamu kecewa lagi sama takdir yang kamu jalani,"

"Aku liat gimana gusarnya pandangan kamu setelah aku sebut nama dia. Dan aku liat seberapa tenangnya kamu setelah aku sebut nama aku sendiri. Aku ternyata bukan apa-apa, ya? Sebenarnya itu udah jelas dari dulu. Tapi, kenapa? Setelah semua hal yang mengejutkan dari kamu, pada akhirnya aku tetap mau bertahan. Lebih tepatnya memperjuangkan lagi."

"Lagi-lagi aku berjuang sendiri ya, Malik? Mungkin ini definisi dari cinta buta. Iya, Malik. Perasaan aku masih sama, hanya... Cara penyampaiannya aja yang nggak sama lagi. Perlu berubah kan, walau dikit? Kamu juga berubah, kok! Banyak."

Seolah berbicara pada angin, gadis dengan pandangan sayu itu terus menggambarkan perasannya dalam kalimat. Tidak peduli mungkin Malik tiba-tiba membenci sikapnya yang begitu melankolis. Ia juga bisa lelah, kan?

Perasaan tiga tahun tanpa suara itu, mungkin bisa di gambarkan sekarang kan, separuhnya?

"Awalnya aku takut setelah liat betapa brutalnya sisi diri kamu yang lain. Tapi, setelah semuanya aku jadi ngerti. Mungkin kalau di posisi kamu, aku yang bakal bunuh diri, haha. You're such a gentleman, Malik! Proud of you!"

"Kamu tau nggak sih gimana perasaan aku setelah mikir lagi kalo kita bakal nikah? Terlepas dari berontaknya aku waktu itu, aku seneng, Malik! It was my dream. To keep you as my husband. Spending the time together and staring at your face every single day for the rest of my life..."

"Naya..."

"I'll be honest that i was jealous. Just because i'm too scared to losing you, again. I know i do acting like a child, but this is the fact! You won't understand how much i love you, and how much you really mean to me..."

Skiiirttt!

Malik mengerem mendadak dan segera menepikan mobilnya. Hatinya sakit. Apa yang sudah ia lakukan pada Naya?

"Look at me, sweetheart..." Suaranya benar-benar lembut. Tidak akan ada yang menyangka bahwa anak SMA yang dulu tidak pernah membuang tenaganya untuk berbicara omong kosong ternyata memliki suara bariton yang begitu ciri khas.

"Nggak usah nyuruh-nyuruh aku terus. Emangnya kamu pernah begitu ke Nadien? Berani? Bisa?" Naya akhirnya tetap menoleh pada Malik. Terkejut ketika melihat raut ketakutan di wajah itu.

"I-i don't think so," sambunya mulai gelagapan tak tahan melihat Malik. Apa ucapannya menyakitkan? Ia hanya meluapkan beberapa kalimat untuk mewakili perasannya, kenapa malah Malik yang terlihat begitu tersakiti?

"You're my home. Aku cuma mau kamu. Kalau kamu pikir Nadien punya tempat utama di hati aku, itu salah. Dulu emang gitu, tapi semua hal bisa berubah, Naya. Secara nggak langsung kamu bantu aku keluar dari lingkaran hitam itu, keluar dari masa lalu yang selalu jadi mimpi burukku selama ini. Cuma kamu yang bisa lakuin itu ke aku, Nay. Bukan Nadien atau siapapun. Kamu berarti, Nay. Itulah kenapa aku selalu minta kamu untuk jauh dari Noah. Sekecil apapun hal yang aku rasa bisa mengganggu kita, akan aku hilangkan. Dengan cara yang berbeda tentunya, karena aku bukan Malik yang dulu di butai dengan pembunuhan. Aku Malik yang sudah berubah... karena kamu."

Untuk pertama kalinya Naya mendengar Malik berbicara begitu banyak. Menjelaskan sesuatu hanya untuk membuatnya tenang.

"Karena itu juga aku selalu cegah kamu untuk balik ke asrama. Noah datang setiap hari untuk cari kamu. Aku nggak mau lelaki manapun dekat sama kamu, aku takut... Aku nggak mau kehilangan lagi. Nadien yang menciptakan trauma itu. Jadi, tolong... Aku gusar karena kebayang lagi tentang diri aku yang dulu, Nay. I was a monster. Nadien yang menjadikan aku semakin berbahaya, dan kamu penyembuhnya..."

"Tapi bagaimanapun aku nggak bisa jauhi Nadien karena dia juga bagian dari hidup aku. Dia sahabatku, perempuan yang dicintai Danielle. Perempuan pertama yang buat kita seliar itu. Tapi sekarang aku udah ketemu penawarku, jadi tolong... Jangan buat aku takut karena kata-kata kamu,"

Naya terkesiap melihat reaksi Malik yang diluar dugaan. Tangan lelaki itu menggenggamnya erat. Dapat ia rasakan betapa dingin dan bergetarnya tubuh Malik.

"I'm sorry," Naya segera menarik Malik kedalam pelukannya. Menyalurkan perasannya yang tidak pernah berubah. Membiarkan Malik merasa tenang setelah banyaknya bayangan hitam yang menemani harinya.

"Seni seviyorum," bisik Malik pada Naya dalam bahasa Turki yang berarti aku mencintaimu.



.
.

kalo ada yang butuh translate nya komen aja y brou😭🤙🏻 *swag*

CHANGED [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang