35.

6.6K 513 25
                                    

Sebuah lengan kekar penuh tatto melingkari pinggang ramping yang terbalut jaket jeans berwarna hijau mint. Membawa gadis yang kini tak lagi menapakkan kakinya di tanah menuju atas kapal.

Long dress bermotif bunga di padukan dengan jaket jeans hijau mint yang begitu manis di kenakan olehnya–begitu menarik perhatian lelaki yang kini berdiri di hadapannya dengan kaos hitam pendek dan celana jeans senada. Jika Naya sang gadis manis itu mengenakan sneakers putih, berbeda hal dengan Malik yang mengenakan boot hitam bermerk.

"Siap berangkat, Malik?" Tanya salah seorang bodyguard yang telah selesai menaikkan semua barang-barang kedalam kapal.

Malik menatap dalam netra coklat Naya, "are you ready, pretty?"

Naya mengangguk penuh semangat. "I'm ready!"

Mata Malik melirik ke arah bodyguard tadi memberi kode bahwa mereka sudah siap.

Kapal putih berukuran besar yang terdapat inisal MN di tengahnya cukup menegaskan siapa pemiliknya.

Di kapal berukuran besar ini hanya terdapat beberapa awak kapal dan lima orang bodyguard yang di perintahkan oleh Malik. Tidak mungkin lelaki itu hanya mempekerjakan lima orang sebagai bodyguardnya. Sekitar lima puluh bodyguard lainnya sudah standby di seberang sana melakukan penjagaan ketat pada kediaman baru mereka.

Embusan angin yang cukup kencang terasa begitu menyejukkan untuk seorang Naya yang menyukai suasana dingin. Dress dan khimarnya berkibar bak bendera di terpa angin. Sesekali Malik menarik dress gadisnya yang tersingkap.

"Tempatnya sepi atau ramai?" Celetuk Naya yang kini sudah masuk ke dalam kapal untuk beristirahat.

Malik berdeham, "Sekitar rumah kita bisa dibilang sepi. Tapi kalau udah masuk ke desa, banyak penduduk, kok."

"Menurutku ramai, sih. Soalnya ada lima puluh bodyguard kamu disana!" Naya meliriknya sekilas, "dasar berlebihan."

"Kalau kamu kabur siapa juga yang susah?" Sinis Malik. Naya mendelik mendengarnya.

"Lagian siapa yang mau kabur?" Rutuk Naya dengan wajah yang di tekuk kesal.

Malik menarik satu pergelangan tangan gadis itu, membawanya kedalam pelukan hangat yang selalu berhasil menenangkan perasaannya.

Hening sesaat sampai Naya melingkari kedua tangannya pada pinggang Malik. Membayangkan ia berada pada posisinya beberapa tahun lalu. Yang mana terlalu mustahil untuk mendekap dalam pelukan lelaki ini.

Pelukannya mengerat seolah menyampaikan betapa ia mencintai Malik dan akan selalu begitu.

Kini berpelukan menjadi aktivitas favorite mereka. Dimana tak perlu banyak kata-kata untuk menyampaikan perasaan cinta bahkan terimakasih pada satu sama lain. Cukup saling mendekap beberap saat sambil memejamkan mata untuk meresap dan mengirim semangat.

"Jangan ketiduran lagi," celetuk Malik yang tak lagi merasakan pergerakan Naya. Pasalnya gadis itu selalu saja tertidur dalam pelukannya.

"Nggak," sahut Naya masih tidak mau merubah posisi. Terlalu nyaman dilingkari lengan kokoh Malik.

Malik mengelus puncak kepala Naya, sesekali mendaratkan ciuman tipis pada kepala gadis itu.

Perlahan Naya membuka kedua matanya dan sedikit terkejut ketika menyadari dua orang bodyguard brewokan berdiri tak jauh dari mereka dengan kacamata hitam bertengger di hidung mancung mereka.

"Minta mereka pergi!" Bisiknya pada Malik. "Malu!"

Malik terkekeh dan mengangkat satu tangannya memberi kode agar dua bodyguard itu segera pergi.

°°

Setelah mengelilingi rumah kabin yang cukup luas dan mewah ini, Naya akhirnya berisitirahat di kamar barunya. Bernuansa kayu namun tetap terkesan mewah. Lampu remang-remang yang membuat ruangan terasa semakin nyaman dan jendela kaca yang langsung mengarah pada keindahan danau.

Berapa uang yang dikeluarkan Malik untuk ini?

"He's incredible," gumamnya dengan senyum merekah.

"Siapa?" Suara berat yang tiba-tiba saja muncul membuat Naya spontan berdiri.

"Lain kali di ketuk dulu ya pintunya, Tuan!" Matanya memicing kesal ke arah Malik.

"Baik, Nyonya." Balas Malik tak mau kalah.

"Mau apa?" Malik menarik pergelangan tangan Naya pelan. "Ikut aja."

Keduanya sampai pada pekarangan belakang rumah yang terhampar berbagai jenis bunga. Dan yang paling penting, terhampar lima puluh orang berjas dengan tubuh besar.

Naya melototi Malik meminta penjelasan.

"Mereka ini yang akan jaga di bagian belakang rumah," tunjuknya pada sepuluh orang yang berbaris rapi. Berlanjut pada baris selanjutnya dengan tugas yang sama di lokasi yang berbeda.

Terdapat empat puluh orang yang akan tersebar pada tiap sudut rumah mewah ini. Malik menunjuk pada sepuluh orang terakhir yang akan siaga di dermaga khusus kapal mereka. Berbeda dengan kapal lainnya yang bisa dinaiki secara umum.

Mata Naya mengikuti arah telunjuk Malik. Mengamati wajah-wajah mereka yang begitu asing sampai tatapannya berhenti pada satu orang yang begitu familiar.

Zean? Dia, Zean?

Matanya melotot terkejut, namun buru-buru ia berekspresi normal agar Malik tidak curiga.

"Got it, sweetheart?" Tanya Malik menoleh ke arah Naya yang kelimpungan mengubah raut wajahnya.

"A-ah, iya-iya."

Sedang apa Zean di sana? Mengapa ia menjadi bodyguard Malik? Bagaimana bisa?

Berbagai pertanyaan berputar di kepala Naya. Sedikit gelisah dan penasaran butuh penjelasan. Namun amat tidak disarankan jika ia bertanya pada Malik atau lelaki itu akan merasa terancam dan akan menghabisi Zean.

Tidak! Tidak boleh!




.
.

Jadi, masih ada yang inget Zean?

btw, komentar kalian bener-bener bikin makin semangat nulis:(

lv y'all!

CHANGED [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang