8.

11.9K 921 22
                                    

Sebuah dress coklat bertali pinggang lengkap dengan jilbab berukuran besar yang begitu cantik dan elegan terlebih dengan bahan kain yang dingin dan lembut. Ada pula sebuah cardigan big size berwarna army dengan bahan rajut yang sangat cantik.

Jika dilihat-lihat, pakaian dari kotak sehitam langit malam itu merupakan pakaian yang tidak murah. Tampilannya cukup meyakinkan bahwa satu set dress beserta cardigan itu dibeli dari tempat yang mewah.

Siapa yang tidak tersenyum mendapati pakaian secantik itu. Baru saja membuang semua pakaian kurang bahannya, hari ini Naya di hadiahkan pakaian yang jauh lebih cantik di hadapannya. Siapapun pengirimnya, kamu yang terbaik!

Ternyata benar, saat kita memiliki niat yang baik, Allah akan memberikan jalan dan berbagai kejutan-kejutan lainnya sebagai acuan dan juga ujian tentunya.

Drrtt!!

Naya memalingkan tatapannya yang berbinar dari isi kotak menuju benda pipih di atas kasurnya.

Denil koko keran:
Dua tiga cimol mba Yayu, ke mall yu!

Dua tiga sisik ikan teri, berisik bgt si!

Bisa-bisanya di balas pantun

Situ yang mulai!

Iya ndoro, aku yang salah. Ayolah jalan-jalan ke mall!!!!!!

Santai aja kali!!!! Aku ganti baju dulu. Ketemuan di lobi, ya!


👢👢


Sebuah senyum manis terukir indah pada bibir ranum yang hanya di poles liptint coral dengan cara tipis-tipis.

Sebuah perbedaan tinggi yang cukup mencolok di tengah banyaknya manusia yang berlalu lalang. Sepasang manusia itu sesekali menjadi pusat perhatian tatkala keduanya terus mentertawakan jokes receh yang mereka ciptakan. Terlebih tampang yang mereka miliki menjadi daya tarik tersendiri untuk di pandang.

"Cukup ya, Niel. Perutku sakit, nih!" Seru perempuan cantik yang terbalut dress coklat dan khimar lebar yang baru ia dapati tadi, dari kotak misterius.

Lelaki di sampingnya masih asik menikmati tawa sesekali menggosok perutnya yang terasa nyeri.

"Kamu receh banget, serius!" Jari telunjuk lelaki itu terangkat untuk ujung matanya yang berair akibat tertawa berlebihan. Daniel akhirnya menarik napas panjang mengatur deru napas yang kacau karena tertawa.

Kedua orang itu menjadi cukup akrab untuk berteman. Semua terjadi setelah seorang Danielle Maccocran berhasil membuat Naya membalas pesannya karena membocorkan sedikit informasi tentang Malik. Seperti warna dan makanan kesukaan lelaki itu.

"Tolong fotoin dong! Lagi ganteng, nih." Daniel mengeluarkan ponsel mewah yang berlogo apple di belakangnya.

Naya dibuat menganga oleh lelaki itu. "Kaya banget sultan. Mainnya iPhone sebelas pro max. Kirain cuma Malik yang pakai hape mahal. Temannya nggak."

Kemudian ia mengambil ponsel mewah itu. Ukurannya cukup besar untuk di genggam dengan satu tangan kecil Naya. Alhasil, perempuan itu menggunakan kedua tangannya untuk memotret.

"Tangannya kaku amat, si!" Ujar Naya setelah mengambil satu potret foto Daniel.

Lelaki itu mengedikkan bahu acuh, "mau di gimanain juga aku still tampan."

Perempuan di hadapannya memutar bola matanya malas. Daniel over pede. Meskipun memang tampan, sih.
Setelah itu, mereka kembali berjalan mengitari mall setelah sebelumnya membeli lima set gamis plus khimarnya. Awalnya Naya hanya ingin beli satu, tapi Daniel memarahinya.

"Kamu pikir kita lagi ngapain? Beli satu doang? Wah, kamu ngeremehin ya, Nay?!"

"Dih, aku yang beli, kok kamu yang sewot!"

"Pilih yang banyak, aku yang bayar!"

Naya menolak, namun Daniel dengan segala bujuk rayunya berhasil meyakinkan Naya. Akhirnya gadis itu mengambil dua gamis berwarna bold. Namun Daniel menatapnya kesal. Sampai akhirnya lelaki itu bergerak sendiri memilih lima set gamis yang di bantu pegawai toko tentunya, karena ia tidak tahu menahu tentang pakaian seperti itu.

Naya masih senyum-senyum mengingat kegilaan Daniel. Apakah Malik juga bisa seperti ini? Bersamanya dengan kegilaan yang cukup menyenangkan hati.

Tepat setelah membayangkan kejadian tadi, Naya terbelalak melihat seseorang yang sangat tidak ia sangka dapat bertemu di tempat seperti ini.

Seorang Malik dengan setelan hitamnya keluar dari sebuah butik wanita. Kedua tangannya ia masukkan kedalam saku celana. Spontan Naya meraih pergelangan tangan lelaki itu.

"Malik!" Senyumnya mengembang melihat keberadaan lelaki.

"Aku udah selesai. Sekarang kita jalan-jalan lagi, ya?" Seorang perempuan berambut lurus sepinggang datang dari sebelah kanan Malik. Merangkul lengan lelaki itu dengan manja. Seolah baru saja bertemu setelah perpisahan yang cukup lama.

Layaknya sayatan pisau di sekujur tubuh, perasaan yang sekarang Naya rasakan berjuta kali lipat lebih menyakitkan. Darahnya berdesir. Matanya memanas. Genggamannya melenggang.

Apa mungkin ini alasan dari segala pengabaian Malik? Apakah ia sesetia itu untuk tidak berpaling? Apa perempuan ini adalah pacarnya? Tapi, kenapa? Kenapa tidak ada satupun penjelasan dari Malik untuk menyadarkan gadis itu dari kebodohannya?

Daniel perlahan mendekat. Ia dapat melihat gemetar di tubuh Naya. Baru saja ia berhasil membuat gadis itu bahagia seperti bahagianya bersama teman. Menghadirkan bahagia yang belum pernah ia rasakan semenjak bertemu Malik. Namun Malik terlalu bodoh untuk menghancurkan kebahagiaan gadis malang ini.

"Siapa, ya?" Tanya perempuan jangkung di samping Malik. Setiap lekuk wajahnya terpahat sempurna. Bibirnya merona dengan lip cream yang Naya duga berwarna nude. Ditambah dengan perona pipi dan eye shadow dengan warna senada.

Malik bergeming, begitupula Daniel. Kebisingan di dalam pusat perbelanjaan ini seketika menghilang. Yang tersisa hanyalah luka dan kesedihan yang begitu menyeruak.

Selama ini, apa aku salah? Apa aku terlalu naif dengan harapan yang ku rajut sendiri? Tiga tahun bukan waktu yang singkat untuk meraih hati seorang Malik. Tapi sekarang, sepertinya aku salah menduga bahwa Malik akan melihatku suatu hari nanti. Aku tidak ingin terlihat bodoh, tapi hatiku nyeri. Aku tidak ingin menangis, tapi mataku perih.

Naya melepaskan genggamannya. Untuk yang kedua kalinya. Ia yang meraih, dan ia pula yang harus melepas.

"Maaf mengganggu." Perempuan itu membalikkan tubuh, mengabaikan panggilan Daniel dan terus mencari pintu keluar untuk pulang.

Keluar dari ruangan besar yang terasa pengap dan menghimpit, keluar dari semua kesedihan yang menyerang, keluar dari bayang-bayang harapan yang perlahan menghilang.

Sebenarnya ia tidak ingin seperti ini. Maksud hati, harusnya ia menahan diri. Menampakkan senyum ceria seperti biasa, dan kembali berkeliling dengan mereka. Menenggelamkan sedihnya agar bisa berjalan-jalan disini, dengan Malik. Tapi pertahanannya runtuh, luka di hatinya terus menganga setiap detik ia menahan. Daripada terjadi hal memalukan disini, lebih baik ia pergi. Menumpahkan segala sedihnya sendiri, lagi.

Tanpa sepengetahuan Naya, untuk yang pertama kalinya, lelaki itu merespon kehadirannya. Bukan, bukan kehadirannya. Tapi kepergiannya.

Malik menoleh dan menatap tubuh mungil itu yang berlari kecil dengan baju besarnya. Menatap kepergian perempuan itu yang memikul semua sedihnya.

Malik hanya terdiam. Menikmati setiap perasaan yang menggerogoti hatinya. Apakah kekhawatirannya selama ini akan benar terjadi?

______________________________________

CHANGED [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang