32.

6.9K 600 36
                                    

Naya berlari ke arah mobil meneriaki anak buah Malik yang senantiasa membuntuti mereka sebagai salah satu bentuk penjagaan agar gadisnya tidak bisa kabur.

"PLEASE, HELP! HELP!" Air matanya sudah tidak terbendung lagi. Wajah Malik pucat pasi membuat Naya panik tak dapat berpikir jernih. "HELP!!!"

Entah berapa orang berseragam berlarian ke arah Malik dengan masing-masing membawa walkie-talkie dalam genggaman.

"Malik! Bangun, ih! Malik!"

Naya membekap mulutnya menahan isakan yang begitu mengganggu. Bahunya naik turun dengan napas yang menderu.

Gadis itu berlari mengikuti tiga orang bertubuh besar yang membopong Malik menuju mobil. Tak ada satupun dari mereka yang berani menyentuh Naya meskipun Malik dalam keadaan tidak sadar. Mereka hanya mengikuti kemanapun langkahnya tanpa berani berbicara sekalipun tanpa ada perintah langsung dari Malik.

Naya pun tidak peduli dengan mereka, fokusnya hanya tertuju pada Malik.

"Si-sini! Biar aku pangku!" Ia memberi arahan kepada tiga orang lelaki bertubuh kekar yang membopong Malik. Mereka membaringkan Malik di kursi belakang dengan kepala lelaki itu berbantalkan paha Naya.

"Ma-malik," panggilnya tersedu-sedu.

Dua dari tiga orang tadi mengambil alih kursi bagian depan. Mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Tidak lupa dengan beberapa mobil lainnya yang membuntuti.

"HURRY UP!!!" Bentak Naya pada dua orang di depan.

Tangisnya semakin menjadi-jadi ketika menyadari bahwa Malik tak kunjung memberi respon. Ia takut. Malik pergi.

"Open your eyes, Malik. Look at me, i'm here. Please..." Air matanya terus mengalir selama Malik belum membuka matanya. "Wake up, s-sweetheart."

Tubuh Malik dingin dan wajahnya pucat. Ia benar-benar kehilangan kesadarannya.

°°

Beberapa jejeran gedung menjulang tinggi begitu menarik perhatian jika saja Naya tidak dalam keadaan panik dengan air mata yang tak kunjung berhenti.

Ia terlelap di samping Malik setelah beberapa jam menghabiskan waktu menangisi lelaki itu. Matanya sembab menciptakan kantong mata yang hitam dan sedikit membengkak. Naya terlelap dalam keadaan duduk. Kepalanya ia letakkan di bahu Malik agar dapat segera terbangun tatkala lelaki itu membuat pergerakan.

Namun nyatanya ia tertidur pulas dengan posisi demikian meskipun Malik sudah menoel-noel pipinya agar bangun dan mengganti posisi tidur.

"Kasihan. Matanya bengkak," gumam Malik sambil mengusap pelan pipi gadisnya. Segera ia turun dari ranjang dan menggendong Naya dengan hati-hati. Membawa gadis itu ke atas kasur agar ia dapat tertidur dengan nyaman.

Posisi mereka bergantian. Malik yang kini duduk di kursi dan memperhatikan wajah gadis itu. Tangannya yang tertancap infus tidaklah menghalangi pergerakannya. Malik dengan wajah yang masih pucat akhirnya kembali tertidur di samping Naya. Berbagi tempat untuk beberapa jam kedepan.

"Kk-kenapa kamu pp-pingsan," Naya kembali menangis ketika terbangun dari tidurnya. Merasakan kehangatan dari pelukan Malik yang menjalar di seluruh tubuhnya.

"Udah bangun?" Suara serak Malik menginterupsi. Tangannya melingkar di pinggang gadis itu mendekapnya erat seolah berkata bahwa ia baik-baik saja.

Naya menumpahkan sesak dan rasa takutnya dalam pelukan Malik. Ia menyembunyikan wajahnya di dada bidang lelaki itu.

Suara isakan yang memenuhi ruangan begitu melukai hati Malik. Ia mengelus lembut puncak kepala Naya. Memberi kecupan di dahi dan kedua pipinya.

"Jangan nangis terus, itu matanya udah bengkak. I'm okay, sweetheart. Don't worry," Malik menempelkan bibirnya di dahi Naya lama. Tak hendak melepaskan.

"Maaf," lirihnya beralih mengecup kedua mata Naya yang basah secara bergantian.

"Ayo nikah Malik."

.
.

HUH GEMESH BGT YG SETIA NUNGGUIN MALIK! KOMEN KALIAN ITU GOOD VIBES SEKALI TAU TIDAK?!😡❤️

CHANGED [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang