20.

10.3K 656 12
                                    

Setelah beberapa hari Malik menjadi supir pribadi Naya, hari ini akhirnya gadis itu bisa bernapas lega. Bisa berjalan sendirian melewati koridor kampus. Pikirnya tidak akan ada lagi tatapan yang mengarah padanya karena Malik.

Ternyata ia salah, semua orang berbisik sambil tertawa meremehkan.

"Sudah habis manisnya dibuang, ya?"

"Pelayanan khusus satu sama lain sudah selesai, haha!"

"Murahan!"

Telinganya panas mendengar tuduhan-tuduhan miring itu. Bagaimana bisa orang-orang membuat prespektif sendiri hanya karena melihat ia berjalan beriringan dengan Malik. Apa ia terlihat seperti gadis yang menjual dirinya pada orang kaya?

Sayangnya itu tidak sepenuhnya salah. Sehingga tidak ada alasan untuk melawan tuduhan meski ia tidak benar-benar seperti yang mereka pikirkan. Biarlah, bertahan sampai semua orang di penjuru kampus tahu bahwa dia akan menikah, bukan seorang jalang yang tidak punya harga diri.

Bugh!

Naya merasakan sebuah benda mengenai kepala belakangnya disertai dengan air yang mulai membasahi khimar serta bajunya.

Sekotak susu sapi yang di lemparkan salah satu dari tiga orang gadis di belakangnya. Alih-alih meminta maaf mereka malah berteriak mempermalukan Naya.

"Lihat betapa menjijikkannya jalang itu, haha!" Ujar salah satunya mengundang tawa beberapa orang di sana.

Dengan wajah datar Naya berjalan ke arah tiga orang itu. Menatap mereka seolah siap berperang. Mentang-mentang ia jauh datang dari Indonesia bukan berarti ia tidak punya keberanian untuk melawan tiga orang yang menurutnya adalah jalang sebenarnya.

Naya sendiri tahu bahwa mereka adalah dalang dari setiap tuduhan miring yang di lemparkan orang-orang kepadanya. Tapi ia tak mempedulikan.

"Kalian pikir saya menjual diri? Sayang sekali tebakan kalian salah," Naya menggeleng kepalanya pelan dengan suara yang berbisik, "El Malik adalah calon suami saya. Teman saya waktu sekolah. Kenapa? Kaget? Tidak bisa jual diri dengan pengusaha kaya?!" Kini volume suaranya ia perbesar agar dapat di dengar oleh semua orang di sana. Lagipula Naya sudah jengah di ganggu oleh tiga orang ini, mereka pikir Naya tidak bermental menghadapi mereka hanya karena ketenaran yang mereka miliki.

Gadis itu membalikkan tubuhnya ingin segera membersihkan bekas susu yang mengotori pakaiannya. Tapi di ujung sana ia dapat melihat senyum getir dari seseorang yang menatapnya tak percaya.

Noah sudah berdiri di sana ada dari awal kejadian. Ia bahkan bergegas ingin membantu Naya sampai gadis itu sendiri yang memberesinya.

Awalnya ia hanya tersenyum bangga atas keberanian Naya. Sehingga seperkian detik senyumnya tak lagi sama. Noah kemudian melangkah pergi menjauh dari pandangan Naya.

Hati Naya benar-benar terluka hari ini. Setelah mendengar tuduhan miring tentangnya, ia pula mengecewakan satu-satunya orang yang selalu menawarkan bantuan padanya sejak hari pertama ia berkuliah.

Bahkan untuk menyusul dan menjelaskan padanya pun Naya tak bisa. Ia seperti robot yang sudah di atur  langkahnya.

Satu langkah ia melangkah maju ia dapat merasakan khimarnya di tarik kencang hingga kepalanya membelalak.

"Jangan sok jagoan, deh! Udah di bayar berapa sih sama orang kaya itu?" Naya tak dapat berkutik karena posisinya sangat menyulitkannya untuk berbicara bahkan bernapas sekalipun.

"Udah berapa kali pakai, sih?" Ucap temannya yang sedari tadi tak lepas memandangi Naya dengan tatapan meremehkan.

"Tiap hari kali, ya?" Sambung yang lainnya. Tiga sekawan yang sama levelnya.

CHANGED [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang