9.

11.4K 832 10
                                    

Langkah kaki jenjang dengan heels super tinggi cukup merebut perhatian semua pasang mata di penjuru bandara. Rambut hitam sebatas pinggang menambah kesan elegan pada perempuan berpakaian minim itu. Ia tak melanjutkan langkah, memilih untuk menunggu dua orang lelaki dengan wajah berbinar yang tengah berjalan ke arahnya.

"Nadine, Nadine, Nadine!" Salah seorang dari dua lelaki itu kian membisikkan nama tersebut. Ia mempercepat langkah hingga akhirnya berhenti tepat di depan perempuan itu dengan senyum yang merekah.

"El! Niel!" Pelupuk mata menahan embun yang menggenang. Kedua lelaki ini. Keduanya tumbuh dewasa dengan sangat baik. Ternyata ketampanan mereka masih terus melekat. Nadine akhirnya meloloskan air matanya, luruh dalam pelukan Malik. Daniel mematung di tempatnya, memperhatikan perempuan cantik yang menghilang tiga tahun silam.

"Daniel," Nadine menyebut nama Daniel setelah melepaskan pelukannya dari Malik. Ia menggenggam jemari Daniel, kemudian melingkarkan lengan pada pinggang lelaki itu. Mereka begitu saling merindu. Persahabatan yang sempat tenggelam karena kekecewaan.

Malik menarik koper besar di samping Nadine, kemudian sisi tangannya yang lain ia gunakan untuk menggenggam jemari perempuan itu. Begitupula dengan Daniel, mereka berada di sisi perempuan itu dengan penuh kebahagiaan.

"Besok aku mau jalan-jalan, titik." Ujar Nadine final. Daniel menggeleng, "besok sama Malik aja, aku ada urusan, nanti malamnya baru kita main bareng, di ruang tengah."

👠👠

Ketika tiga orang manusia sedang menikmati tawa, merasakan kembali hangatnya kebersamaan, melepas dahaga rindu yang akhirnya berujung, ada, satu orang lain yang tengah terisak memukul dadanya perih.

"Kenapa nangis, bodoh?!" Tersedu-sedu ia memaki dirinya sendiri. Ingin meredakan tangis yang ia tahan mati-matian selama tiga tahun ini. Menganggap semua yang terjadi adalah wajar, bahkan Malik tidak pernah pergi dari hadapannya, artinya lelaki itu juga ingin bersamanya. Begitu spekulasinya.

Padahal ia hanya menutup fakta bahwasanya Malik bahkan tak pernah melihat ke arahnya. Ia hanya menahan luka untuk menganga lebih lebar dikemudian hari. Inilah harinya.

Tapi, sayang. Bahkan sedikitpun ia tak merasa perasaannya terganggu. Ia hanya sedih, kecewa, namun ia tetap cinta.

CHANGED [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang