38.

6K 431 35
                                    

Tiga hari sudah Malik meninggalkan rumah. Tanpa kabar barang sebuah pesan maupun telepon. Sesekali Naya mendatangi para bodyguard barang kali ada kabar tentang Malik yang mereka tahu. Nihil, mereka hanya menanggapi Naya dengan tatapan lurus alias tidak menanggapinya sama sekali.

"Zean!" Cara terakhir. Memaksa Zean untuk membuka mulut dan Naya siap menerima konsekuensinya. Lagipula ini semua karena Malik juga, meninggalkannya tanpa kabar.

"Aku tau kamu masih inget aku, Ze. Aku, Naya! Perempuan bodoh yang selalu kamu tolong waktu SMA!"

Zean yang tadinya tak terganggu tiba-tiba mengedipkan matanya beberapa kali dan terlihat ingin mengeluarkan suara namun tertahan.

Everything has changed, Naya. I'm not the old Zean. I'm another of Malik.

"Shut up," bisik Zean di telinga Naya. Sontak bulu kuduknya meremang. Perlahan Naya berjalan mundur menyadari aura diri Zean yang berbeda. Mengerikan?

Menyadari perubahan emosi gadis di hadapannya–Zean sontak menarik lengan Naya dan membekap mulutnya. Memberi aba-aba untuk sembilan orang lainnya agar segera menjalankan rencana yang telah mereka susun sebelumnya.

Sayang sekali, Malik harus di khianati oleh seorang lelaki yang ternyata juga menaruh perhatian pada gadisnya sejak lama.

"Hmmphh! L-lepash hmph!" Naya meronta-ronta agar dilepaskan. Pikirannya sudah penuh tentang Malik dan mendapat serangan tiba-tiba yang jauh dari perkiraannya benar-benar membuat kepalanya sakit bukan kepalang. Belum lagi detak jantungnya yang tak beraturan serta oksigen yang tak tercukupi karena bekapan Zean.

Pandangannya perlahan menggelap hingga Naya kehilangan kesadarannya.

"Beri laporan ke Malik kalau dia baik-baik saja!" Itulah kalimat terakhir yang tertangkap pendengarannya.

°°

"Sudah bangun, Naya?" Suara yang sama seperti saat ia kehilangan kesadarannya. Lagi-lagi suara itu yang ia dengar ketika membuka matanya.

Naya terbaring di atas ranjang besi king size dengan ruangan yang di dominasi oleh warna hitam serta berbagai lukisan dan patung kuno yang memberi kesan dark.

Baru ia sadari kedua tangannya terikat di atas kepala dengan rantai berwarna hitam. Kedua kakinya terbuka dengan besi yang menahan, serta rantai hitam yang melilit hingga ke paha.

Zean duduk di tepi kasur dengan celana hitam panjang dan bertelanjang dada. Matanya menyelusuri setiap lekuk tubuh Naya yang selama ini selalu membuatnya penasaran.

"Lepas," Naya sudah kehabisan tenaganya ketika menyadari bahwa tak ada lagi selembar kain yang menutupi kepalanya dan sebuah long dress yang menutupi tubuhnya. Hanya sebuah short black dress yang membentuk lekukan tubuhnya. "Please! Lepas!"

Tangisnya tak mengeluarkan suara. Naya sesak melihat dirinya yang kehilangan harga diri di hadapan Zean. Lelaki yang ia tahu begitu menghargai perempuan dan menjunjung tinggi kesopanan. Terlebih dengan nama baiknya yang terkenal alim.

"Ma-malik," sesaknya mengingat Malik yang mungkin tak menyadari apa yang sedang terjadi.

"Berani, ya?" Tanya Zean dengan nada mengejek. "Jangan berani-berani sebut nama bajingan itu disini! Ayo sadar, Naya! Kamu udah kasih dia apa sampai kalian bisa sedekat sekarang? Aku yang selalu jadi benteng kamu dari omongan orang-orang dan kamu cuma peduli dia?"

Suaranya ia buat-buat agar terdengar menyedihkan. Naya muak dengan lelaki bajingan ini. Bagaimana bisa ia berubah dari tampilan malaikat menjadi iblis.

"Maaf, Naya. Kalau harus dengan cara yang kamu nggak suka aku bisa dapetin kamu, maka..." Geraknya gesit berpindah ke atas Naya yang tak dapat berbuat apa-apa. "Aku terpaksa. Sekarang say goodbye ke Malik sialan itu karena kita akan punya keluarga sendiri."

Naya menangis semakin kuat dengan wajah yang memerah. Suaranya bahkan sampai hilang. Ia tak sudi di sentuh lelaki bajingan ini.

Zean menyisir rambut coklat panjangnya yang bergelombang seraya berpindah ke samping gadis itu. Menopang kepalanya dengan satu tangan menikmati tangisan Naya yang tak kunjung reda.

Benar-benar hancur yang Naya rasakan. Bahkan Malik tak pernah ia izinkan melihat rambutnya. Namun Zean dengan begitu lancang membuatnya terlihat seperti seorang pelacur yang di culik.

"B-biarin aku-aku p-pulang," ucap Naya di tengah tangisannya. Bantal yang menahan kepalanya sudah basah oleh air mata. Sesekali Zean yang terlihat kesal menahan diri mendaratkan ciumannya pada mata Naya yang membuat tangis gadis itu semakin kencang.

"Aku mau pulang! Akh!" Berontak Naya  menghentakkan tubuhnya. Alih-alih mendapat keringanan, kedua kakinya tertarik semakin kencang membuatnya berteriak kesakitan. Zean brengsek. Alat apa ini?

"Jangan banyak gerak atau," Zean menggenggam kedua pergelangan kaki Naya yang terbuka. "Punya kamu akan sakit dan berdarah." Zean berekspresi meyakinkan.

Naya menggelengkan kepalanya tak terima ketika Zean mencium telapak kakinya setelah berucap demikian.

"Berdarah nya bukan masalah. Masalahnya, jangan berdarah sekarang. Biar aku yang lakukan. Oke?"

Terakhir kali Zean menatapnya lapar dan segera keluar dari ruang besar mengerikan ini sebelum ia lepas kendali.

Dengan tubuh yang tak berdaya yang Naya lakukan hanyalah menangis sampai kedua matanya membengkak dan ia kembali pingsan karena serangan pusing yang begitu kuat.


.
.

double up nih bestie🫂
vote dan komen yang banyak biar author pemalas ini semangat😭😀

ayo sider tersayang tunjukkan pesonamu ^>^

CHANGED [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang