51.

6.1K 467 116
                                    

You're all that i've needed,

Completing my world,

You~

You're my love, my life, my beginning...

"Lagu ini wajib di putar di pernikahan kita nanti, ya?"

"Boleh."

Dentuman musik mengalun di aula megah menginterupsi perbincangan manusia di dalamnya. Sepasang kekasih berdampingan di atas altar dengan gaun cantik berwarna hitam oleh mempelai wanita, serta tuxedo hitam yang di kenakan oleh mempelai laki-laki. Terlihat begitu serasi sesuai dengan tema pernikahan yang di usung, yaitu monokrom.

Kedua mempelai turun dari altar hendak bergabung serta menyapa para kerabat dan tamu undangan. Satu persatu mereka datangi, melemparkan canda tawa pada rekan kerja serta keluarga.

Ada satu orang yang berdiri sendirian di antara ribuan tamu yang datang bersama teman ataupun pasangan. Ia menghadiri pesta pernikahan ini dan menjadi satu-satunya tamu yang berbeda. Ketika semua orang sementara dengan pakaian hitam dan putih, ia berbeda. Dengan dress yang dibelikan oleh seseorang yang kini berdiri sebagai seorang pengantin laki-laki–ia pikir dress mewah ini akan menjadi bagian dari pernikahannya. Namun siapa sangka? Ternyata ia lah tamu dari pernikahan itu sendiri. Pernikahan Malik. Lelaki yang ia pikir akan berdiri di sampingnya sembari menggenggam erat jemarinya seolah menegaskan bahwa sekarang ia adalah milik lelaki itu sepenuhnya.

Sorot mata lelaki itu teduh, memberikan kenyamanan pada siapapun yang memandang pada netranya. Namun ada satu sorot mata yang tak lelah memandanginya dengan pandangan sayu pada mata yang telah membengkak serta bibir yang sedikit terluka sebab terlalu sering di gigit guna menahan tangis. Miris.

Ia menunduk, memandangi dress mewahnya yang kerap menjadi pusat perhatian karena berdiri sendiri dengan warna ungu yang menentang tema.

"Happy wedding, bro!" Dua orang bertubuh besar memberikan high five pada Malik. Naya memandangi mereka yang tak asing lagi baginya. Suruhan Malik yang pernah menyamar sebagai pekerja untuk memperbaiki saluran air di kamar asramanya.

Ah, kenangan itu. Bukti betapa Malik mencintainya meski dengan cara yang berbeda.

Begitu pula dengan lagu yang terputar terus menerus tanpa diganti dengan lagu yang lainnya. Menambah sesak bagi yang paham betapa Naya mendamba untuk lagu itu diputar pada hari pernikahan mereka.

Ah, kenangan yang ini. Ketika Naya meminta Malik untuk menjadikan lagu ini bagian dari pernikahan mereka setelah keduanya kembali dari toko gaun yang salah satunya sedang Naya kenakan.

"Hai," ucapnya pada sepasang pengantin yang kini tengah berjalan mendekat ke arahnya. Lagi, ia menggigit bibir bagian bawahnya. Naya tak kuasa. Harusnya ia yang berdiri disana. Menggandeng mesra lengan kekar Malik yang selalu memeluknya hingga Naya tertidur.

"Hai, Naya!" Sapa Nadien girang. Ia tak hendak melepaskan lengan Malik walau sejenak.

"Naya," suara itu. Malik menyapanya lemah lembut. Pandangan mereka bertemu. Ada sirat kesedihan pada dua pasang mata itu. Ada rasa sakit yang tak tergambarkan. Ada sesak yang mati-matian minta di keluarkan.

"Apa kabar?" Tanya Malik lesu. "Baik, Malik." Jawab Naya dengan senyum manisnya.

Nadien mendelik dan sontak menarik Malik menjauh dari masa lalunya. "Ayo! Kita harus sapa keluargaku."

Pertahanan itu runtuh. Tiga langkah Malik menjauh ia pun ikut membalikkan badan dan pergi untuk menumpahkan sesak yang butuh ruang. Naya berlari kecil untuk keluar dari ruangan besar yang menyesakkan ini. Ia masuk ke dalam lift menuju rooftop.

Embun di matanya sudah mengalir di pipi. Naya memukul dadanya yang terasa sangat perih.

Kalau ini memang akhir dari kisah mereka, maka Naya akan mencoba untuk ikhlas. Selamat berbahagia untuk Malik, lelaki kesayangan yang tengah melangsungkan pernikahannya bersama wanita lain.

Selamat memulai kehidupan baru bersama kesayangan Naya, Nadien. Jangan lagi-lagi sakiti dia, sulit menyembuhkannya. Naya senang pernah menjadi obat bagi lukanya.

Sekarang biar Naya sembuhkan lukanya sendiri. Tak mengapa jika memang begitu takdirnya. Yang penting lelaki itu bahagia.

"Sakit," ujarnya pada angin yang berhembus. "Setelah menjadi penyembuh, sekarang aku yang terluka. Dan penyembuhku pergi. Gimana caranya untuk aku sembuh?"

Bajunya di terpa angin kencang yang membuat seluruh tubuhnya dapat merasakan dingin yang menusuk hingga ke tulang.

"AAA!!!" Naya berteriak hingga tertekuk lututnya yang tak mampu lagi menopang tubuh. Kini ia duduk berjongkok memeluk lututnya sambil terisak.

"Naya," entahlah. Suara itu terus bersuara di dalam kepalanya. Naya menggeleng kuat dan sesekali memukul kepalanya yang memutar terlalu banyak kenangan tentangnya dan Malik.

"Naya, cukup!" Malik menahan kedua pergelangan tangan gadis itu yang hendak memukul kembali kepalanya.

"Berhenti nangis atau aku akan menceraikan Nadien sekarang."

Kilat mata lelaki itu menunjukkan betapa terlukanya ia melihat Naya yang begitu hancur.

"Jangan bodoh. Kembali ke aula dan nikmati pernikahan kamu, Malik. I'm okay. Nothing happened, i-i just-" Naya kembali kehilangan kemampuannya untuk berbicara ketika tangisan telah merebut segala kekuatannya. Ia terisak, kini dalam pelukan Malik yang masih terbalut tuxedo rapi dengan dasi kupu-kupu serta bunga kecil di atas kantongnya.

"Malik, aku nggak kuat. Tolong bantu aku buat lupa semua kenangan kita. Sakit, Malik. Hatiku sakit."










.
.

yu bisa yu 100 vote + 100 komen, double up malam ini dan lihat apa yang terjadi. ngga, bercanda. vote komen aja biar semangat gitu huhu.

noted: diketik dengan bercucuran air mata+sesak bgt sumpit..

CHANGED [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang