14.

12.9K 891 25
                                    

Tidak terasa satu bulan telah berlalu semenjak pertemuan Naya dengan Malik. Keduanya menjadi lebih dekat dan selalu menghabiskan waktu berdua.

Bahkan Naya hampir tidak pernah lagi bertemu Noah, kecuali saat berpapasan di kampus.

Itu cukup bagi Malik, ia tidak perlu bertindak terlalu jauh untuk menjauhkan Naya dari lelaki itu. Karena jauh dari dalam hatinya ia memang ingin lepas dari kegiatan berbahaya itu.

Malik benar-benar meruntuhkan pertahanan Naya. Gadis itu seolah kembali pada dirinya yang lama. Yang selalu bersama Malik. Namun kali ini ia mendapat respon yang setimpal.

Naya sendiri menguatkan hati berusaha menerima pernyataan Malik tiga minggu yang lalu.

"Aku nggak bisa lagi, Malik. Kamu pikir yang kamu lakuin itu apa? Kamu membunuh orang dengan cara-" Naya bahkan tak sanggup melanjutkan kalimatnya.

Malik menatapnya dalam, mulai menjelaskan perbuatannya secara jujur. Ia menjelaskan latar belakang lelaki yang ia bunuh, seorang anak tunggal dari orang tua yang sudah renta.

Lelaki berusia 25 tahun yang sering menyiksa kedua orangtuanya untuk mencari nafkah bahkan sampai memaksa mereka untuk mencuri dan mengemis. Sesekali ia bahkan memperlakukan orang tuanya seperti hewan.

Malik memang selalu punya alasan tersendiri. Ia tidak pernah membunuh tanpa alasan, dan juga, ia tidak pernah dan tidak ingin membunuh perempuan.

Ia membenci setiap lelaki yang berperilaku keji pada perempuan, entah itu kepada istri, ibunya, atau bahkan orang asing sekalipun.

"T-tapi itu tetap pembunuhan," ujar Naya sedikit ragu.

"Jadi harus aku biarin dia memperlakukan orangtuanya gitu?"

Naya semakin ragu, pikirannya terganggu. Ia sulit mencerna.

"Aku udah kirim bantuan untuk orangtuanya. Sekarang mereka udah hidup layak di perumahan," tambah Malik. Ia juga menunjukkan foto kedua lansia yang tengah duduk tersenyum di teras sebuah perumahan mewah.

Hingga akhirnya, hari ini Naya mencoba menghapus kenangan buruk tentang Malik, dan memulai lembaran baru dengan sosok Malik yang baru.

Drrtt!

Panggilan telepon menginterupsi. Malik mengangkat telepon setelah berhenti di depan asrama khusus penerima beasiswa yang di tempati Naya.

Sedang Naya di sebelahnya termenung, menunggu ia menyelesaikan panggilannya barulah kemudian turun dari mobil.

"Tidak bisa di atur ulang? Harus pagi?" Ucapnya di ujung telepon.

"Kalau bisa kosongkan jadwal saya di pagi hari, seperti biasa," kemudian Malik menutup telepon setelah mendapat jawaban dari sekretarisnya.

"Malik, besok nggak perlu di jemput. Aku bisa naik kereta. Kamu itu disini buat kerja bukan jadi tukang ojek," ucap Naya akhirnya.

Malik menggeleng, "nggak mau."

"Aku serius. Lagi pula aku bisa mampir ke apartemen kamu pulangnya."

Malik sedikit menimbang-nimbang, karena ia memang memiliki pertemuan yang cukup penting besok.

"Jadi, kamu pulang sendiri juga?"

"Iya, nggak usah bawel! Jauh-jauh terbang dari Indonesia ke sini aja bisa, apalagi cuma pulang balik kampus," Malik terkekeh, harusnya ia dari awal menyadari eksistensi Naya yang sangat berpengaruh. Tanpa ia sadari, selama satu bulan ini pula ia tak pernah menyentuh pisau kebanggaan nya.

Naya benar-benar berpengaruh. Itulah mengapa ia rela mati-matian bekerja keras demi menemui Naya disini.

°°

Noah duduk seorang diri di sebuah toko ice cream yang selalu ia datangi bersama Naya. Ia merindukan 'temannya'.

Tapi ia sendiri tidak bisa apa-apa mengingat posisi Malik yang lebih dulu hadir di kehidupan Naya, juga kecerdasan dan kekayaannya yang bisa membuat siapa saja langsung merasa tidak percaya diri.

Ia menatap ponselnya sendu, ingin mengajak Naya bertemu disini lagi seperti yang lalu.

"Nungguin notif siapa?" Seseorang duduk di depannya. Naya membawa dua cup ice cream vanilla dan juga red velvet dengan toping warna-warni yang menggugah selera.

"Maaf ya aku jarang telepon. Jangan galau gitu dong!" Pembawaan Naya sungguh berbeda dari biasanya. Ia terlihat lebih bersemangat? Entahlah yang pasti Noah memang menginginkan Naya yang banyak bicara.

"Kirain udah lupa sama temen. Mentang-mentang temen barunya, eh-temen lamanya kaya raya tampan rupawan."

Naya mendelik kemudian memukul pelan lengan kekar lelaki itu.

"Gila!"

Keduanya kemdian hening menikmati ice cream yang mereka beli. Noah menyelesaikan miliknya ketika Naya baru ingin memulai satu cup ice cream nya yang lain.

"Nay, besok mau di jemput nggak?" Tanya Noah sambil memperhatikan gadis di depannya.

Memang pagi tadi ia tidak melihat Malik mengantar Naya sehingga ia berani menawarkan tumpangan.

"Nggak usah, aku sama Malik-"

"Naya!" Teriakan seorang lelaki dengan suara bariton nya mengalihkan seluruh perhatian orang-orang sekitar.

Ia menarik pergelangan tangan Naya hendak membawanya pergi. Noah tidak tinggal diam ketika melihat itu.

Ia mencekal lelaki itu sehingga melepaskan genggamannya.

"Hei! What's going on?" Tanya Noah dengan aksen British nya. Ia menarik Naya ke sampingnya. Malik menyeringai.

"I'm sorry, who are you?" Tanya Malik membalas dengan aksen British pula, yang membuat Naya menganga.

Wajar saja pikirnya seorang Noah berbicara dengan aksen British karena ia memang kelahiran London. Tapi, Malik? Ia sungguh multitalenta.

"Her boyfriend-ow shit!" Naya mencubit pinggang Noah karena berucap asal.

"How dare you!" Malik terpancing emosi hingga melayangkan tinjunya pada Noah yang memiliki tubuh sedikit lebih besar darinya.

Naya menengahi sebelum keadaan semakin memanas. Kenapa dua orang asing ini tidak tahu malu berkelahi di depan umum, batinnya.

Ia sedikit ngeri melihat wajah Malik yang memerah hingga urat di lehernya ikut terlihat. Sementara Noah mengepal menahan emosinya. Menyeramkan.

"Malik, kamu apa-apaan?!" Tanyanya bisik-bisik menahan malu. Ia mendorong Malik pelan agar sedikit mundur dan menjauh dari Noah.

"Noah, are you okay?" Gadis itu melihat sudut bibir Noah yang sedikit robek.

Sedikit informasi, Noah adalah seorang atlet tinju sekaligus atlet tembak yang sempat menjuarai perlombaan internasional tahun lalu.

Jiwa keji Malik kembali memuncak melihat Naya yang hanya sibuk memperhatikan Noah.

CHANGED [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang