•••
Pagi tadi masih berjalan seperti biasa, tanpa adanya kendala. Ajun dan adik kembarnya sepakat untuk berpura-pura seolah tidak terjadi sesuatu, karena yakin Lia juga akan melakukan hal yang sama. Dan memang benar, gadis itu kembali ceria. Bahkan Jeje saja tidak mengetahui perihal semalam.
Istirahat kali ini Lia tidak pergi ke kantin, karena malas. Terlebih dia tidak lapar. Sedangkan keempat temannya sudah pergi daritadi.
Lia bingung harus melakukan apa sekarang. Apalagi ia merasa kesal saat melihat kedatangan Daniel yang baru saja kembali ke kelas. Karena tadi saat pelajaran kedua Daniel ijin ke toilet, padahal dia juga tahu kalau itu hanya akal-akalan saja agar lelaki itu bisa bolos lagi.
Membahas kejadian semalam saat Daniel mengambil permennya, Lia tidak ingin ambil pusing. Dia berusaha untuk tidak berpikiran lebih jauh karena otaknya tidak sampai. Justru gadis itu merasa aneh, kenapa Daniel tidak merasa jijik.
"Gue udah sering bilangin jangan bolos lagi. Lo, tuh batu banget!"
Daniel yang sudah duduk di tempatnya hanya menatap Lia malas.
"Pacar juga bukan, ngapain harus ngelarang," balasnya mencibir.
"Kalau gitu gue mau jadi pacar lo."
"Gak waras!" sentak Daniel kaget. Dia benar-benar tidak habis pikir, kenapa ada perempuan aneh seperti Lia.
"Emang salah? Tinggal pacaran doang padahal," ujar Lia enteng.
"Gue bisa digebukin si Chandra kalau nekad pacaran sama lo."
Echan memang orang yang sering kali terlibat perselisihan dengan Lia. Namun, dia yang paling keras menentang adik perempuannya berpacaran dengan siapapun.
"Kan bisa diem-diem pacarannya."
Daniel berdecak kesal. "Emang lo cinta sama gue?" pancingnya.
Dengan wajah yang terlihat menyebalkan, Lia menggeleng. "Ya enggak, sih. Cuma pacaran doang kan gak harus saling cinta. Lagian, mana mungkin juga lo cinta sama gue."
"Bacot!" umpat Daniel kesal.
Sebenarnya Lia ingin pacaran bukan karena saling cinta, saling sayang atau apa, lah yang tidak dimengerti. Hanya saja dia ingin statusnya berubah seperti orang lain. Malahan, kalau ada lelaki tampan yang mengajaknya berpacaran, jelas Lia akan langsung menerima. Namun sayang sekali, sampai sekarang tidak ada satu pun lelaki yang mendekatinya.
Mungkin memang benar perkataan Echan, kalau dia tidak menarik.
"Niel, perasaan gue cantik, deh. Tapi kenapa, ya gak ada yang deketin gue."
Daniel menghela nafas sabar, lalu menatap Lia kesal. Dia tahu alasan kenapa gadis itu tidak ada satu pun yang mendekatinya. Dia juga tahu alasan kenapa lelaki yang tidak Lia kenal enggan bertegur sapa.
Alasannya hanya satu, Lia tidak pernah tahu apa yang sudah Echan lakukan selama ini.
"Cantik mata lo! Ngaca dulu sono, biar sadar diri!"
"Jahat banget, sih. Udah ah gue mau ke toilet dulu," ujar gadis itu seraya pergi meninggalkan Daniel yang mendengus.
"Lo gak tau aja berapa banyak cowok yang mau jadi pacar lo," gumamnya tersenyum kecut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because, Only Brother's
JugendliteraturMenurut Lia, mempunyai saudara laki-laki itu rasanya nano-nano. Tidak tahu harus senang atau sedih. Apalagi sampai mempunyai empat sekaligus Namun, di sisi lain banyak orang yang bilang hidup dia itu beruntung, banyak juga yang mau berada di posisin...