•••
Keadaan kantin saat ini sangat sepi. Hanya ada Ibu penjaga kantin dan anak perempuannya yang ikut bekerja di sana. Mereka berlima yang baru saja datang ke kantin langsung berjalan ke arah bangku paling pojok. Tempat favorit ketika makan.
Mungkin hanya kelas IPS 4 saja yang mengalami jam kosong, dan semua kelas lain sedang melakukan pembelajaran. Namun, biasanya ada beberapa murid yang sengaja bolos.
"Kok Sepi, Teh?" tanya Lia pada Teh Ayu anak dari Ibu penjaga warung.
"Tadi ada Pak Roni ke sini, jadi semuanya ke kelas lagi."
"Gimana kalau nanti ke sini lagi?" tanya Mulan was-was. Pasalnya Pak Roni guru bk yang sangat galak.
"Bilang aja Pak Gondrong gak masuk, tugasnya juga udah dikerjain," saran Ijul yang tumben sekali ada benarnya.
"Tenang aja, lagian dia gak bakal ke sini dua kali," sahut El seolah tahu.
"Yaudah, deh bagus. Kalian mau makan apa?" tanya Joya hendak memesan.
"Berhubung lagi pusing, gue pengen seblak yang level setan."
"Muka lo tuh udah kaya setan!" ketus Ijul merespon perkataan Lia.
"Gue juga mau samain kaya Lia."
Joya yang barusan bicara malah langsung disentil pacarnya.
"Nanti kalau tengah malem sakit perut jangan ngadu ke gue!" sahut El sinis.
Joya mendengus, lupa kalau lambungnya memang lemah. Makan pedas sedikit saja kadang membuat dia sakit perut dua hari.
"Gue juga pengen seblak, pedesnya setan banget. Pokoknya setan sesetan-setannya.
Sontak saja Mulan ditatap ke empat temannya bingung. Apalagi mereka tahu, kalau dia orang yang paling anti makan pedas.
"Apaan, sih, Mul. Lo orangnya gampang sakit, jangan samain kaya Lia yang kebal. Udah biar gue yang pesenin."
Perkataan Ijul membuat Mulan cemberut. Dia juga tidak mengerti kenapa Ijul bisa berkata seperti itu, seolah bersikap perhatian.
"Maksud gue, nanti kalau sakit kasian orang tua lo. Terus kita juga yang nantinya disalahin Kak Yuda," ralat Ijul takut Mulan salah paham.
Lia yang melihat keuwuan para teman-teman mulai iri. Kenapa hanya dia yang tidak mempunyai pacar, kenapa dia juga yang kelihatan ngenes, dan kenapa harus dia yang berteman dengan mereka.
"Setan lo semua!" umpat Lia kelewat kesal.
"Gue juga bakal berhenti makan pedes kalau udah punya pacar," lanjutnya memasang wajah sedih.
"Hubungannya pacar sama makan pedes apaan?" tanya Joya bingung.
"Kalau punya pacar jadi ada yang perhatian sama gue," jawab Lia.
"Emang ada yang mau pacaran sama lo?" tanya El meledek.
"Gue cantik. Mau nembak cowok mana pun pasti langsung diterima," jawab Lia percaya diri.
"Ngadi-ngadi!" sahut Ijul tidak habis pikir.
"Sejauh ini gue belum nemu, tuh cowok yang ngedeketin lo. Berarti lo emang gak laku," cibir Mulan.
"Sialan!"
"Bacot! Kita yang ingetin juga tetep aja batu!" sentak Ijul tidak santai.
"Jadi pesen, gak?" tanya El ikutan kesal.
"Pesen sana! Minumnnya es lemon aja biar seger!" sahut Lia ketus.
Pada akhirnya Joya dan Mulan jadinya memesan batagor, dan es lemon seperti Lia. Beberapa menit kemudian, pesanan mereka datang.
"Wanginya enak banget, Joy. Yakin lo gak tergoda?" tanya Lia sambil mengaduk-ngaduk kuah seblaknya.
"Pengen nyobain." Joya hendak mencoba seblak Lia yang warnanya benar-benar merah, namun tangannya langsung ditepis El.
"Nurut Joy!"
"Dasar bucin!" sahut Lia kesal. Akan tetapi, baru saja hendak memakan seblaknya, perkataan tegas dari seseorang membuat dia terpaksa kembali meletakkan sendok.
"Kakak udah ingetin berapa kali, jangan makan pedes! Nanti kamu juga yang sakit kaya waktu itu."
Kehadiran Nana yang tiba-tiba membuat mereka berlima meringis.
"Kak Nana kok di sini?"
"Ijin dulu. Tadi udah ke kelas kamu tapi gak ada, eh ternyata malah di sini," jawab Nana sambil menyerahkan kotak makan pada Lia yang bisa dipastikan dari rumah.
"Marahin, Kak. Tadi kita udah ingetin tetep aja batu. Malahan Lia bilang bakal berhenti makan pedes kalau udah punya pacar."
"Cepu lo, ajig!" sentak Lia ke arah Joya yang sekarang tertawa.
"Kakak gak pernah ajarin kamu ngomong kasar."
Mereka berempat semakin menahan tawa, apalagi melihat wajah Lia yang sudah merah karena menahan kesal.
"Makan nasinya, lain kali jangan pesen kaya gitu lagi."
"Sayang banget udah dibeli."
Nana tetap menggeleng, dia malah mengambil mangkuk seblak Lia.
"Biar Kakak kasih ke Yuda, kamu harus makan nasi. Awas aja kalau sampe pesen lagi."
"Kak Nana siniin seblaknya. Sayang uang aku."
"Kakak ganti," ujar Nana seraya memberikan Lia uang ganti.
"Aku pengennya seblak," jawab Lia cemberut, namun tetap mengambil uang pemberiaan Nana.
"Gak boleh! Apalagi kamu belum makan apapun."
"Kakak ih ...."
"Mau diaduin Abang?"
Pada akhirnya Lia tidak bisa berkutik lagi. Baru mendengar nama Ajun saja sudah membuat dia merinding.
"Kakak ke kelas dulu. Kamu juga jangan bahas soal pacar, awas aja!"
"Kak Nana sweet banget," puji Joya setelah Nana pergi.
Senyum Lia seketika muncul saat melihat bekal yang dibawakan Nana. Dia memang marah karena seblaknya diambil, namun bekal buatan Nana tidak ada tandingannya.
"Lo masih mau pacaran?" tanya Ijul tiba-tiba.
"Hah?"
"Padahal lo udah punya segalanya. Kak Nana yang perhatian, Mas Jeje yang pengertian, Bang Ajun yang peduli, dan Kak Echan yang selalu jagain lo."
Perkataan Ijul membuat Lia tidak jadi menyuapkan nasi ke mulutnya.
"Ngapain pengen punya pacar, kalau lo udah dapetin lebih dari itu," lanjut lelaki itu tersenyum.
•••
![](https://img.wattpad.com/cover/271082152-288-k195857.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Because, Only Brother's
Roman pour AdolescentsMenurut Lia, mempunyai saudara laki-laki itu rasanya nano-nano. Tidak tahu harus senang atau sedih. Apalagi sampai mempunyai empat sekaligus Namun, di sisi lain banyak orang yang bilang hidup dia itu beruntung, banyak juga yang mau berada di posisin...