•••
Dela sudah pergi dari UKS, digantikan dengan kedatangan Nana yang menunjukkan raut muka panik. Walaupun katanya Lia tidak papa, tetap saja dia Khawatir. Bahkan lelaki itu rela tidak mengikuti pelajaran kesukaannya. Sedangkan Echan sudah pergi dari beberapa menit yang lalu untuk membeli makanan.
"Kakak beneran heran kenapa kamu bisa jatuh. Ceroboh apa gimana, sih?"
Lia justru menatap langit-langit UKS, mengabaikan perkataan Nana. Masalahnya ia tidak tahu harus menjawab apa, karena berkata jujur bukan pilihan tepat. dia juga sangat berharap Ajun tidak tahu.
"Eliana!" panggil Nana geram karena tidak kunjung mendapat jawaban.
Sontak Lia menggigit bibir bawahnya gugup."K-kenapa, Kak?"
"Daritadi kakak nanya, loh. Kenapa kamu bisa jatuh?"
"K-kepeleset dari atas toilet."
Lipatan di dahi Nana terlihat jelas, menandakan dia bingung dengan jawaban Lia yang terbilang ambigu.
"Bentar, deh. Kamu ngapain naik ke atas toilet segala?"
Sekarang Lia menyesal, seharusnya dia berbohong saja daripada semakin ditanya segala macam.
"Mau jawab sekarang atau nunggu Abang yang nanya?"
Lia menggeleng panik. Bahaya jika Ajun mengetahui alasan kenapa dia bisa jatuh. Apalagi ceramahan lelaki itu ketika marah akan sangat pedas.
"Tapi jangan bilang ke siapa-siapa, apalagi Abang. Nanti bilangnya aku cuma kepeleset di lantai."
"Jawab, Lia!"
Lia berdecak, lalu menyodorkan kelingkingnya. "Janji dulu!"
Dengan perasaan kesal Nana langsung menyetujuinya.
"Aku cuma iseng ngintip bilik sebelah, tapi bukan mau ngintip orang. Lagian aku juga tau kalau di toilet cuma ada aku. Pas mau turun malah kepeleset, jadi kepala aku duluan kejedot lantai. "
Penjelasan Lia membuat emosi Nana seketika naik ke ubun-ubun. Dia ingin sekali memarahi adik bandelnya itu, namun tidak tega."Kak Nana jangan marah. Jangan bilangin Mas Jeje, apalagi Abang. Aku juga minta maaf," pinta Lia panik saat Nana menatapnya datar.
"Lia ... kamu minta banget Kakak omelin, ya?!"
"Ampun, Kak! Maafin aku!"
Nana menghela nafas, berusaha untuk tidak lepas kendali.
"Jangan lakuin hal konyol lagi! Gimana kalau tadi gak ada Meli, bisa-bisa kamu kehabisan darah."
"Iya, Kak maaf."
"Yaudah. Kamu mau pulang sekarang?" tanya Nana yang dibalas gelengan kepala oleh Lia.
"Aku mau di sini sampe pulang sekolah. Tapi kak Nana ke kelas aja, jangan bolos pelajaran lagi. Aku juga udah gak papa."
Nana terpaksa mengangguk. Sebenarnya dia sangat ingin menemani Lia, namun setelah ini ada ulangan kimia. Tentu saja dia tidak boleh meninggalkan pelajaran lagi.
"Maafin Kakak gak bisa nemenin kamu. Selagi nungguin Echan balik, kamu tidur aja."
Selang beberapa menit setelah Nana pergi, Echan kembali masuk ke dalam UKS dengan tangan yang membawa satu mangkuk bubur. Hanya saja Lia memutar bola matanya malas saat melihat kedatangan Luki.
"Gue gak sakit, Chan. Ngapain juga harus makan bubur?" tolak Lia saat Echan hendak menyuapinya.
"Makan aja napa, sih. Gue udah susah ngantri juga," sahut Luki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because, Only Brother's
Teen FictionMenurut Lia, mempunyai saudara laki-laki itu rasanya nano-nano. Tidak tahu harus senang atau sedih. Apalagi sampai mempunyai empat sekaligus Namun, di sisi lain banyak orang yang bilang hidup dia itu beruntung, banyak juga yang mau berada di posisin...