17|. Penyelesaian Masalah

802 82 7
                                    

•••

Ada banyak hal yang sangat disesali oleh Ajun. Salah satunya kenapa harus dia yang menjadi anak pertama. Karena dengan begitu, dia lah yang menanggung beban paling berat. Apalagi kepergian Bubun jelas meninggalkan luka besar yang sampai sekarang belum sembuh.

Ketika anak lain menikmati masa-masa indah saat remaja, dia justru harus menjaga semua adiknya dengan penuh tanggung jawab. Bahkan beban yang dipikul semakin bertambah ketika Papa memutuskan untuk kerja jauh.

Namun sangat disayangkan, perannya sebagai anak pertama seringkali tidak dianggap. Setiap ada kejadian menyangkut apapun, Ajun selalu menjadi orang yang tahu paling akhir.

Saat ini ketiga adik lelaki itu berada di kamarnya guna menanyakan masalah apa yang sebenarnya terjadi. Namun, Ajun tidak kunjung bersuara karena sudah terlalu lelah. Beberapa kali juga terdengar decakan dari mulut Echan karena Ajun masih saja bungkam.

"Jawab gue, Juna!"

Nana yang masih waras langsung memukul pelan kepala kembarannya.

"Kalau gomong yang sopan! Dia masih Abang lo!"

Bukannya merasa bersalah, Echan malah mendecih sinis, lalu berjalan mendekati Ajun yang sedang duduk di sisi ranjang.

"Kalau lo ada masalah tinggal bilang, bukan malah jadiin adek lo pelampiasan. Laki bukan lo?" sarkas Jeje ikut duduk di samping Ajun.

"Lo masih gak mau jawab, Bang?" tanya Nana mulai muak.

"Bisu lo?"

"Ini masalah gue, bukan urusan kalian," balas Ajun menatap dingin ketiga saudaranya.

"Kami gak dianggap sama lo?" tanya Echan tersenyum sinis.

"Emang kalian nganggep gue?"

Echan yang terbawa emosi hendak memukul wajah Ajun, namun Jeje dan Nana langsung sigap menahan.

"Tahan, Chan. Kita saudara, gak pantes kalau harus adu jotos."

"Ya makanya ngomong!" sentak Echan kelewat kesal.

Ajun menghela nafas lelah, lalu memijat kepalanya yang terasa ingin meledak. "Cuma masalah kampus, kalian gak perlu tau."

"Mau masalahnya kecil atau gede, tetep aja kami harus tahu. Apalagi lo sampe marahin Lia kaya tadi, jelas gue gak terima!" ujar Nana mulai habis kesabaran.

Nana sangat tahu kalau Lia tidak bisa dibentak, terlebih hatinya terlalu rapuh. Dengan melihat gadis itu menangis di depannya, jelas membuat dia ikut merasakan sakit.

"Lo mau jawab atau harus gue bonyokin dulu?!" ancam Echan tidak main-main.

"Kalian percaya sama gue 'kan?" tanya Ajun mulai frustasi.

"Lo Kakak kami. Jelas gue percaya banget sama lo," jawab Jeje sambil menepuk pundak Ajun .

"Gue dituduh ngambil uang buat acara kampus." Setelah berkata jujur, Ajun bisa melihat raut wajah terkejut dari ketiga saudaranya.

"Kok bisa?" tanya Nana bingung.

"Uang itu tiba-tiba ada di tas gue. Gue juga gak tau siapa yang naro."

Ajun tidak mengerti kenapa mengalami masalah seberat itu. Sekarang reputasinya sebagai anak pintar di kampus harus hancur karena kabar mengejutkan itu.

"Bajingan!" desis Echan tersulut emosi.

"Orang itu syirik, makanya pake cara kotor buat ngejatuhin lo," timpal Jeje.

Because, Only Brother'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang