38

386 36 2
                                    

Keesokan harinya, hari yang cerah diawali dengan olahraga, jalan santai mengelilingi sekitar perkemahan.

Semua senior berjalan paling depan, saat Ara sedang berjalan tiba-tiba ada yang menarik tangannya keluar dari kelompok, Ara kira itu Andrian, begitu Ara berbalin ternyata Rina.

"Ih ... apaan sih tarik-tarik kebiasaan deh," kesal Ara.

"Udah jangan banyak komentar dulu, kita cari tempat aman dulu biar nggak ketahuan," ucap Rina sambil menarik-narik Ara.

Setelah menemukan tempat yang aman, Rina melepas tangan Ara.

"Huh, capek ... mau ngapain sih?"

"Nggak ada," jawab Rina dengan entengnya membuat Ara melotot.

"Trus disini untuk apa?"

"Ngobrol lah, malas gua ngikutin agendanya kayak pramuka, nggak kayak famget," jawab Rina.

"Iya sih bener,"

***
Setelah lumayan jauh berjalan, Andrian berbalik dan mengecek semua kelompok.

Saat di kelompok satu, Andrian tidak sadar kalau Rina tidak ada, tapi begitu di kelompok terakhir, Andrian tidak menemukan Ara. Barulah ia kembali melihat ke kelompok satu dan benar saja Rina tidak ada.

'Kemana mereka berdua?'

Andrian memilih tidak meneruskan perjalanan untuk mencari Ara, Nadia yang melihat Andrian putar balik langsung mengejar.

"Andrian!" teriak Nadia membuat Andrian berhenti lalu menoleh.

"Mau kemana? Kok putar balik,"

"Mau nyari Ara sama Rina, nggak ada di barisan mereka,"

"Owh, ya udah kalo gitu aku kembali jalan santai ya," ucap Nadia yang dibalas anggukan oleh Andrian.

'Kayaknya ini enak deh kalo aku aduin ke panitia kalo Ara sama Rina nggak ada, palingan nanti di hukum 'kan seru,' batin Nadia.

***
"Rin, nanti kalo ketahuan kita dihukum nggak sih?"

"Mana aku tahu, makanya jangan sampe ketahuan," jawab Rina.

"Rin, aku mau kerja," kata Ara membuat Rina langsung menoleh ke samping.

"Buat apa?" tanya Rina nggak percaya.

"Waktu Mak masih ada, beliau selalu ngasih aku uang, walaupun aku udah nikah, aku nggak pernah ngerasain yang namanya kerja walaupun aku anak dari seorang tukang kebun," terang Ara.

"Tapi 'kan suamimu ada Ra,"

"Iya aku tahu, tapi aku nggak mau semua bergantung sama Kak Andrian. Aku mau mandiri Rin, Kak Andrian udah bayar uang kuliahku,"

"Terus kamu mau kerja apa? Susah kalo mahasiswa kerja part time,"

"Aku juga mikirnya gitu, kerja apa ya?" ucap Ara sambil menaruh jari telunjuknya di kening.

Cukup lama mereka berfikir, tiba-tiba Rina ada ide.

"Eh Ra, gimana kalau kita jual gorengan aja?" ucap Rina dengan semangat membuat Ara langsung berfikir kembali.

"Gini-gini, kita masak gorengan banyak kemudian kita titip di warung-warung, nah kalo kamu mau kita bawa juga ke kampus, gimana?"

"Tapi modalnya gimana Rin, kita masaknya dimana? Kalo di rumahku, takut nggak dibolehin sama Kak Andrian,"

"Modalnya kita patungan aja, kita masaknya di rumahku,"

"Eh, tunggu-tunggu, kamu mau kerja juga?" Ara balik bertanya.

Musuhku Penyelamat HidupkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang