Preman Suruhan

194 29 1
                                    

"Kena batunya juga rupanya," gumam Rina.

Sore hari, Andrian dan Ara siap-siap untuk pulang ke rumah.

"Udah semua?" tanya Andrian, yang dibalas anggukan oleh Ara lalu mereka pulang. Sepanjang perjalanan hanya ada keheningan, Andrian fokus menyetir dan Ara melihat-lihat ke luar jendela.

Tiba-tiba mobil mereka berhenti tiba-tiba membuat Ara langsung menoleh.

"Kenapa, Kak?" tanya Ara membut Andrian langsung melihat Ara.

"Nggak tau, kayaknya ban nya kempes deh, bentar aku turun dulu," jawab Andrian lalu turun memeriksa ban mobil. 

Saat Ara hendak turun, ia langsung di tarik paksa oleh dua orang preman membuatnya langsung kaget dan meronta-ronta.

"Lepasin! Kak Andrian!" teriak Ara membuat Andrian yang sedang berjongkok langsung kaget berlari ke arah sumber suara. Matanya langsung memerah saat melihat istrinya di seret-seret seperti itu.

"Lepasin istriku," ucap Andrian datar dan penuh penekanan, tapi kedua preman itu tertawa mengejek.

"Nggak semudah yang kamu bayangin, Pak Andrian," ucap salah satu temannya, dengan segera yang satu lagi menginjak kakinya.

"Oh, kalian mau main-main rupanya, baiklah jangan salah 'kan saya jika badan kalian remuk ya," ancam Andrian lalu ia mulai mengambil posisi untuk menghajar preman tersebut.

Bugh! 

Satu pukulan keras mendarat di pipi preman itu hingga mulutnya langsung mengeluarkan darah.

Ara yang melihat Andrian mulai menghajar satu preman, dengan segera ia menggigit tangan preman yang memeganginya sekuat tenaganya. Hingga preman tersebut kesakitan lalu melepas Ara, tidak hanya itu Ara juga menendang kemaluan preman itu sekuat tenaganya membuat preman tersebut jatuh ke tanah sambil memegangi kemaluannya.

Detik kemudian Andrian mendorong preman yang dia hajar ke samping preman yang di tendang Ara tadi.

"Katakan atas suruhan siapa kalian seperti ini?" tanya Andrian pada keduanya yang sudah terkapar di tanah.

"Ng--nggak ada, Pak," jawab preman berkaos hitam yang di tendang Ara tadi.

"Nggak usah bohong, berapa dia bayar kalian untuk melakukan ini? Saya akan kasih kalian uang jika kalian mau jujur," lanjut Andrian, kedua preman tersebut langsung hadap-hadapan seolah-olah sedang memberi kode.

"B--buk Nadia, Pak," jawab preman berkaos coklat tersebut.

"Kami di bayar dua juta, Pak," lanjut yang satu lagi membuat Andrian langsung menyunggingkan senyum.

"Dan kalian mau mengerjakan tugas begini yang ujung-ujungnya kalian juga yang kena hajar?" tanya Andrian membuat kedua preman tersebut langsung menunduk.

"Kami butuh uang Pak, istri saya seminggu lagi mau lahiran, tapi saya nggak punya uang," jawab preman berkaos coklat tersebut.

"Saya juga Pak, Ibu saya udah lama sakit, tapi belum bisa berobat karena nggak ada uang," tambah preman berkaos hitam itu lagi.

"Ya sudah, sekarang saya tanya jika kalian mendapat pekerjaan, apa kalian tetap melakukan pekerjaan begini?" tanya Andrian lagi, keduanya langsung menggeleng.

"Kami terpaksa Pak, kami juga nggak mau kerja begini sebenarnya, kami malu, Pak," 

"Baiklah kalo gitu, ini kartu nama saya," ucap Andrian sambil memberikan kartu namanya pada kedua preman tersebut.

"Buat apa ini, Pak?" tanya preman berkaos coklat tersebut.

"Besok kalian datang ke kantor itu, saya akan kasih kalian pekerjaan, di kantor butuh 4 orang tukang bersih-bersih, dan besok gaji kalian akan saya kasih sebagian, biar kalian punya uang pegangan, tapi ingat saya butuh orang jujur," lanjut Andrian, keduanya langsung tersenyum mengangguk lalu menangkupkan kedua tangannya.

"Terima kasih, Pak. Maaf kan kami sudah membuat ban mobil bapak kempes," ucap preman berkaos hitam tersebut.

"Sudah gak apa-apa, sekarang kalian pergilah, besok datang ke kantor itu," lanjut Andrian lalu kedua preman tersebut pergi.

Setelah mereka pergi, Andrian langsung menelpon bengkel untuk datang memperbaiki mobilnya. Kemudian pandangannya teralih pada Ara yang kepanasan.

Andrian celingak-celinguk, tidak jauh dari tempat mereka ada pondok kecil, Andrian langsung menarik tangan Ara.

"Mau kemana, Kak?" tanya Ara.

"Berteduh, panas soalnya," jawab Andrian lalu ia mengangkat Ara ke atas pondok tersebut karena sedikit tinggi.

Mereka duduk berdua di sana sambil menunggu orang utusan bengkel datang untuk memperbaiki mobilnya. Saat mereka sedang asik memandang-mandang, lewat penjual es dawet.

"Kamu mau es itu?" tanya Andrian sambil menunjuk es dawet tersebut.

"Mau," jawab Ara sambil tersenyum.

"Pak!" teriak Andrian memanggil penjualannya, beberapa menit kemudian penjualnya sudah di depan mereka.

"Dua ya, Pak," ucap Andrian yang dibalas anggukan oleh penjual es dawet tersebut. 

"Bapak udah lama jualan es dawet ini?" tanya Andrian tapi, Bapak tersebut tidak menjawab ia malah mengambil kertas dan pulpen lalu menuliskan sesuatu.

"Sudah 9 tahun, tapi saya bisu," tulis Bapak tersebut membuat Andrian mangut-mangut.

Setelah memberikan es nya, Andrian mengeluarkan uang 50 ribu dah kantongnya.

"Berapa, Pak?" tanya Andrian. Bapak tersebut memainkam tangannya mengisyaratkan 20 ribu.

"Owh ya udh, ini ya pak, ambil aja kembalinya," lanjut Andrian lalu bapak tersebut tersenyum lalu sedikit membungkukkan badannya untuk mengucapkan terima kasih.

"Sama-sama, hati-hati ya Pak, semoga laris," ucap Andrian lalu penjual es dawet tersebut tersenyum lalu pamit pergi.

Tanpa Andrian sadari, Ara terus memperhatikannya sedari tadi, Ara sangat kagum dengan sikap rendah hati Andrian. Saat mata Andrian tidak sengaja melihat Ara, ia langsung menyergit melihat Ara tersenyum-senyum sambil melihatnya.

"Kenapa?" tanya Andrian, bukannya menjawab tiba-tiba Ara mencondongkan badannya dan sekarang wajahnya dan wajah Andrian hanya jarak 1 centi, bahkan nafas Andrian terasa di wajah Ara.

Detik kemudian Ara mencium bibir Andrian, mambuat Andrian kaget bukan main, matanya langsung celingak-celinguk melihat orang, ia tidak menyangka Ara sudah berani menciumnya sekarang.

Musuhku Penyelamat HidupkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang